Please, don't be a silent reader.
Happy reading .....
Terkadang, semua tidak sama seperti yang kita
harapkan. Namun, itulah makna dari
sebuah kehidupan.— L O S E —
.
.
.
.
Nata berdecak kesal ketika pagi-pagi ia bangun, cowok itu tak menemukan siapa pun di apartemennya ini. Hanya melihat sepucuk ketas yang terletak di meja makan beserta satu mangkuk sop yang sudah dingin.
Sebuah surat yang Nata sangat yakin jika Sena yang menulisnya. Di sana, Sena bilang kalau ia bersama Kean mau pergi ke suatu tempat dan cowok itu tak menjelaskan secara detail tentang ke mana mereka akan pergi.
Kesal, tentu saja karena mereka tadi tak membangunkannya. Tapi Nata juga sedikit bernapas lega, karena setidaknya Sena pergi bersama Kean.
Nata hendak mendudukkan dirinya pada kursi yang ada di depannya, namun urung karena tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Dengan raut yang terlihat kesal, Nata beranjak dan membuka pintu apartemennya.
Ketika pintu itu terbuka dengan sempurna, Nata bergeming. Kedua netranya menatap sepasang bola mata jernih milik gadis itu. Gadis yang nyatanya masih mengisi setengah hatinya.
Gadis itu lantas tersenyum seraya berkata, “Hai, Alvin.”
***
Berbekal kartu nama yang berisi alamat dan nomor telfon yang Sena ambil dari sang ayah, kini Sena ditemani oleh Kean sedang mencari alamat rumah itu. Alamat rumah yang Sena yakini milik ibu kandungnya.
Sena sudah menyimpan nomor telfon itu yang entah benar atau tidak milik ibunya. Tapi nyatanya Sena tak punya keberanian sebesar itu hanya sekedar menghubungi nomor itu. Baginya, bertemu dan bertatap muka secara langsung akan jauh lebih baik dari pada hanya mendengar suaranya.
Saat tinggal beberapa menit lagi sampai di tempat yang mereka tuju, tiba-tiba motor Kean berhenti yang mau tak mau membuat Sena juga menghentikan laju motornya.
“Kenapa berhenti?” tanyanya.
“Motor gue kayaknya mogok, Sen. Masa tiba-tiba mati dan nggak mau jalan.” Kean berulang kali mencoba menghidupkan kembali motornya, namun hasilnya nihil.
Sena membuka helem yang cowok itu kenakan. Sepertinya memang kesialan sedang mengikutinya saat ini. Kedua mata cowok itu mengedar, senyum tipisnya terbit ketika ia melihat di depan sana ada sebuah bengkel.
“Di depan ada bengkel, ayo bawa motor lo ke sana.”
Kean mengikuti arah pandang sahabatnya dan benar tak jauh darinya ada sebuah bengkel di sana. Kean lantas mengangguk dan mendorong motornya sampai bengkel itu.
“Ini motornya mogok, Mas. Bisa diperbaiki tapi butuh waktu lumayan lama bisa sampai satu jam lebih,” ucap laki-laki yang sekarang sedang mengutak-atik motor Kean.
“Yaudah mending lo tungguin aja motornya. Biar gue ke rumah itu sendiri.”
Kean lantas menoleh ke samping. Terlihat sekali ia tak terima dengan apa yang Sena katakan. “Motornya biar di sini, terus gue harus ikut lo sekarang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
L O S E
FanfictionSEQUEL STORY "NOT YOU || BROTHERSHIP" Disarankan membaca story NOT YOU terlebih dahulu, agar tahu jalan cerita (story) ini. *** Mereka hanya setitik cahaya yang menginginkan bahagia. Mereka juga setumpuk luka yang ingin menemukan obatnya. *** "Lih...