Brakk
Ishvara dikejutkan dengan suara pintu yang dibuka dengan kasar. Kepala pelayan Tronfo memaksa memasuki kamarnya tanpa permisi.
Ishvara berdecak lantaran tak menginginkan kehadiran pelayan tersebut. Tubuhnya kini sedang tak enak. Dan ia tidak ingin menghabiskan energinya hanya untuk berurusan dengan kepala pelayan Tronfo.
"Siapkan diri Anda, guru tata krama akan segera tiba," tukas kepala pelayan Tronfo sedikit membungkuk namun masih dengan wajah angkuhnya.
"Guru tata krama?" Ishvara mengernyit lalu berdiri dari posisinya. Ia diam sejenak lalu menatap wanita tua di depannya.
Ishvara yakin Duke Houston bukanlah orang yang gila akan kehormatan. Bagaimana bisa tidak ada angin ataupun hujan tiba-tiba ia dipaksa untuk menghadiri kelas tata krama.
Lagi pula dirinya baru saja bertemu. Jika memang itu atas perintah suaminya seharusnya ia mengatakan saat bertemu dengannya.
"Seharusnya siapa yang mendapatkan pelajaran tata krama, kepala pelayan Tronfo?" Ucap Ishvara sambil menatap ke arah wanita di depannya.
"Anda yang mulia," balas Kepala Pelayan Tronfo menekankan ucapannya.
"Suamiku tidak pernah membicarakan ini? Tidak ada yang menginginkannya di sini."
"Ini adalah perintah. Jadi Anda harus mematuhinya," ucap wanita tua tersebut masih dengan posisinya.
"Tidak sampai aku tahu siapa yang menyuruhmu memanggilnya. Aku baru saja bertemu dengan suamiku dan dia tidak mengatakan apapun," balas Ishvara tak kalah menekankan.
Ishvara sungguh tidak berminat untuk beradu mulut. Tubuhnya saat ini terlalu lelah setelah berlatih pedang bersama dengan sang suami.
Memang benar bahwa Ishvara Berenice memiliki kemampuan sosial yang buruk. Tetapi bukan berarti ia tidak mendapatkan pelajaran tata krama.
Ishvara Berenice merupakan seorang bangsawan. Putri dari seorang Marquess. Lantas apakah seorang putri bangsawan yang hidup, dan dibesarkan di lingkungan bangsawan, masih harus menjalani kelas tata krama?
"Saya yakin keluarga Anda tidak bisa mengajarkan tata krama dengan baik. Karena mereka bukan darah bangsawan asli. Jika Marquess Ronfold bukan seseorang yang berjasa. Maka saya yakin ia tidak akan mendapatkan gelar Marquess. Dan anda tidak bisa berdiri di sini sebagai seorang nyonya."
Telapak tangan Ishvara terangkat dan mendarat sempurna di pipi milik kepala pelayan Tronfo.
Tidak, seharusnya Ishvara tidak terlalu tersinggung. Tetapi entah kenapa hatinya sepertinya teriris mendengar apa yang kepala pelayan Tronfo ucapkan. Sekelebat ingatan buruk membayangi pikirannya. Mungkinkah ini ingatan masa lalu Ishvara Berenice? Masa bodoh, kini pikirannya benar-benar kalut.
Sungguh ia baru mengetahui bahwa keluarga Ishvara Berenice merupakan orang biasa yang diberikan gelar karena jasanya. Dengan latar belakang seperti itu pantas saja Ishvara Berenice tidak pernah disambut dengan baik.
Wanita tua itu menutup pipi bekas tamparan Ishvara. Terlihat raut amarah yang tak terelakkan. Namun ia segera pergi meninggalkan kamar Ishvara. Ishvara masih berdiri dengan telapak tangan yang memerah. Beberapa penjaga dan pelayan yang melewati kamar sang Duchess mematung di tempat melihat kejadian di depan mata mereka.
Ishvara menatap para pelayan dan penjaga yang masih diam. Tangannya yang nyeri ia kepalkan.
"Tanyakan pada guru tata krama itu. Jika dia tidak datang atas perintah yang mulia Duke. Maka segera usir dia untukku!" perintah Ishvara lantang yang langsung di tanggapi oleh pelayan dan para penjaga.
"Nyonya Anda baik-baik saja?" ucap Eria dari belakang sambil memastikan dengan raut wajah yang sedikit terkejut lantaran kejadian di depannya.
"Eria berikan aku air ... "
Eria bergerak menuntun sang nyonya untuk duduk lalu menyodorkan segelas air agar membantu Ishvara menenangkan pikirannya. "Nyonya, selalu seperti ini. Di saat ada seseorang yang membahas masa lalu keluarga. Nyonya pasti akan marah."
Eria mundur dari posisinya berdiri. Gadis muda itu menggigit bibirnya sejenak lalu membuka suara.
"Nyonya, atas perintah anda beberapa hari yang lalu. Sebenarnya saya mendapatkan sedikit informasi mengenai kepala pelayan Tronfo."
Ishvara mendongak menatap Eria di sampingnya. Meskipun kepalanya masih berdenyut setidaknya dia harus mengetahui latar belakang kepala pelayan itu.
"Saya sempat bertanya kepada beberapa pelayan. Apakah kepala pelayan Tronfo sudah bekerja cukup lama. Mereka semua mengatakan tidak. Tetapi kepala pelayan Tronfo dahulu bekerja di bawah nyonya Karroline. Adik dari mendiang Duchess."
"Nyonya Karroline?" tanya Ishvara bingung.
Kepalanya saat ini terasa akan pecah. Bayangan masa lalu Ishvara Berenice tiba-tiba terputar dengan jelas. Tergambar kejadian yang terus berulang-ulang di kepalanya. Ia yakin itu adalah kejadian yang sama meskipun memiliki pola berbeda. Tapi anehnya dari semua pola yang ada selalu berakhir sama.
Bayangan tangan mungil yang terangkat seperti meminta pertolongan. Tubuh seorang anak yang diseret. Dan ...
Ishvara menggelengkan kepalanya tidak sanggup lagi untuk mengingatnya. Suara-suara aneh juga turut datang disertai ingatan kelam Ishvara Berenice.
"Apakah nyonya tidak enak badan?" tanya Eria mencoba menyadarkan.
"Tidak apa. Eria, siapkan bak mandi. Rasanya tubuhku begitu lengket sejak berlatih tadi pagi."
"Baik nyonya."
Gadis itu segera melaksanakan perintah nyonyanya. Sedangkan Ishvara memijat pelipis menahan nyeri di kepala. Ia yakin dengan berendam pikirannya akan menjadi sedikit lebih tenang.
"Ishvara Berenice ... "
"Sudah berapa kali kau mengulang kehidupan?"
***
Rantai panjang yang terbuat dari besi yang tebal kini tergeletak di atas tanah. Suara rantai tersebut bahkan mampu membuat buli halus setiap orang yang mendengarnya berdiri. Warnanya sudah tidak lagi cerah. Karat terlihat jelas di beberapa bagian. Terlebih lagi warnanya juga mulai menghitam.
Ishvara berdiri di lantai atas menatap kepala pelayan kediamannya dari jauh. Di bawah sana terdapat Kepala pelayan Tronfo dengan kaki yang sengaja dirantai. Tak ada sedikitpun belas kasihan yang terlihat dari mata Ishvara begitu melihatnya.
Meskipun Ishvara tahu semua mengenai pengabdian kepala pelayan Tronfo. Ishvara tidak ingin jika ada orang yang membuatnya kesulitan. Jika memang Nyonya Karroline berdiri di belakang kepala pelayan tersebut, lantas kenapa?
Terlihat pecut panjang kini diayunkan ke arah punggung kepala pelayan kediamannya oleh salah seorang pria di bawah sana. Jika biasanya wanita itu akan membalas seluruh tindakan dan ucapan. Kini kepala pelayan itu hanya diam tak berdaya sambil mengerang menahan rasa sakit akibat pecutan di punggungnya. Kain yang menutupi punggung wanita tersebut bahkan hampir robek. darah juga terlihat menembus pakaiannya.
"Apa kepala pelayan Tronfo akan baik-baik saja?" gumam Eria yang terdengar oleh telinga Ishvara.
"Tidak, mulutnya bisa menjadi lebih berbahaya daripada hukuman yang ia terima saat ini. Ini masih cukup ringan Eria. Tidak perlu khawatir."
Eria hanya menganggukkan kepalanya dalam diam. Gadis muda itu tidak menyangka bahwa Ishvara Berenice akan dengan berani mengambil tindakan seperti ini. Terlebih lagi kepala pelayan Tronfo adalah orang yang membesarkan Yang Mulia Duke.
- - - - - - - -
Thanks for giving me stars 😣💗
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Duke and Duchess
Fiksi UmumHidupnya terasa berubah dalam semalam. Ishvara terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya tengah berada di tubuh Ishvara Berenice. Yaitu tokoh utama wanita yang bukunya sempat dia baca di kehidupan sebelumnya. Kini dia harus membiasakan diri deng...