XVI

18.2K 1.6K 4
                                    

Ishvara menatap pemandangan kota dari balkon kamarnya, tangannya dengan lugas menggoreskan tinta berwarna di atas kanvas. Awan yang sedikit gelap tak lantas membuat Ishvara kehilangan keinginan untuk melukis.

"Lukisan nyonya terlihat indah." Puji Eria ketika melihat hasil lukisan Ishvara sambil meletakkan secangkir teh di meja.

"Terima kasih Eria," balasnya sambil tersenyum. Ishvara meletakkan alat lukisnya sambil memandang langit seperti membandingkan karyanya dengan karya asli.

"Di mana nyonya akan memajangnya?"

"Aku tidak akan memajangnya. Aku akan mengirimkannya pada ayahku."

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar. Ishvara yang tengah bersantai menatap Eria yang berada di sampingnya.

"Eria buka kan pintunya."

Mendengar perintah nyonyanya Eria segera berjalan ke arah pintu, ketika pintu terbuka didapatinya Matteo yang tengah berdiri sambil tersenyum ke arahnya.

"Matteo? Ada apa katakan," Ishvara berdiri dari posisinya lalu berjalan mendekat ke arah pintu kamar ketika melihat sosok Matteo.

"Mohon maaf jika saya mengganggu waktu bersantai yang mulia Duchess. Saya kemari untuk mengingatkan bahwa pesta teh sebentar lagi akan di adakan di kediaman ini. Yang mulia Duke memerintahkan saya untuk membantu dalam persiapannya."

"Baiklah, bagaimana jika kita membicarakan tentang pesta teh sambil berjalan di taman."

"Baik yang mulia Duchess." Matteo sedikit membungkukkan badan lalu mempersilahkan nyonyanya untuk berjalan terlebih dahulu diikuti pelayan pribadinya.

Cuaca hari ini tidak cukup cerah, awan gelap menyelimuti separuh langit di atasnya. Ishvara merasakan kilatan hitam di balik rerumputan ketika berjalan memasuki taman.

Namun dia tidak terlalu memperhatikan. Kini dirinya tengah disibukkan dengan tugas untuk meninjau taman, dia harus memeras otak untuk mengubah taman kediaman ini menjadi lebih indah.

Sebenarnya dia tidak ingin melakukan hal merepotkan, namun mau tidak mau Ishvara harus melakukannya untuk menjaga nama baik Kastel Duke. Meskipun sebelumnya taman sudah didekorasi sederhana. Namun rasanya masih ada yang kurang.

"Matteo, apakah pesta minum teh akan cocok bila diadakan di tengah taman kaca?"

"Saya rasa ide yang mulia Duchess tidak terlalu buruk, mengadakan pesta di taman kaca belum pernah kami lakukan sebelumnya. Saya rasa persiapannya cukup baik."

"Mungkin di bagian tengah taman kaca terlihat kosong bisakah--"

Ucapan Ishvara terpotong ketika tubuhnya tidak sengaja di tabrak oleh seorang anak kecil yang tengah berlari. Jika saja Matteo tidak menangkapnya maka bisa dipastikan tubuhnya akan jatuh ke tanah.

"Hei tidak sopan sekali menabrak yang mulia Duchess. Tundukkan kepalamu!" teriak salah satu pelayan dari kejauhan.

"Nyonya, apakah Anda tidak apa?" tanya Matteo memastikan.

"Ya terima kasih." Ishvara kini menegakkan tubuhnya. Matanya menatap anak laki-laki yang jatuh tersungkur. Wanita itu kini sedikit membungkuk badan dan menjulurkan tangannya ke arah anak laki-laki yang terjatuh.

"Kemarilah, apa ada yang luka?"

"Yang mulia Duchess dia mencuri anggur! Dan.."

"Dan apa? Aku tahu, biar kuselesaikan dengan caraku. Pergi lanjutkan pekerjaanmu."

Pelayan itu kini pergi menyisakan mereka berempat. Anak itu tidak terlihat seperti anak jalanan, meskipun pakainya sederhana namun Ishvara bisa melihat sebuah tanda lahir di bagian dalam leher anak tersebut.

Apa itu tanda yang mirip seperti yang dimiliki anak selir? Tanda berwarna merah dengan bentuk yang menyerupai Bunga Lily. Ya Ishvara pernah mendengar beberapa orang membicarakan tanda lahir itu di perjamuan pertamanya setelah menjadi Duchess. Itu bisa diartikan bahwa anak itu, merupakan salah satu anak dari selir Raja.

"Siapa namamu?"

"Dave y-yang mulia Duchess."

"Baiklah Dave aku tidak akan menghukummu, kita akan berbincang di gazebo dan meminum teh bersama. Eria pelayanku akan menyiapkan teh dan makanan yang enak. Kau juga boleh bergabung bersama kami Matteo."

"Terima kasih atas tawaran yang mulia Duchess, saya merasa sangat terhormat."

Kini mereka sudah berada di gazebo. Ishvara menyeruput teh Darjeeling yang dibuatkan oleh Eria. Ishvara menyeduhkan teh Darjeeling sambil melirik ke arah anak kecil tersebut.

"Baik Dave, katakan. Mengapa kau berada di sini dan mencuri anggur di kediamanku hm?"

Anak itu masih menunduk sambil memegangi gelas tehnya. Dilihat dari gesture tubuhnya Ishvara tahu bahwa anak itu kini merasa bersalah.

"S-saya sebenarnya pergi bersama Evra, namun dia berbincang terlalu lama dengan seorang wanita tua dengan wajah menyeramkan. Lalu aku pergi dan tersesat di kebun milik Duchess. Saya melihat anggur hijau, jadi saya penasaran dengan rasanya. Di kediaman Raja tidak ada anggur hijau seperti di sini. Ku pikir rasanya lebih enak dibandingkan anggur yang biasa kumakan."

"Benarkah? Kalau begitu kau tidak perlu mencuri. Katakan saja kepadaku maka akan kuberikan. Sekarang makanlah buah dan kue di depanmu."

"Siapa Evra?" bisik Ishvara pada Matteo yang berdiri sejajar bersama Eria di sampingnya.

"Yang saya tahu Evra adalah seseorang yang diperintahkan Raja untuk membantunya mengirim pesan dan menyampaikan hal penting lain ke kediaman Duke. Evra adalah salah satu orang kepercayaan Raja. Mungkin dia belum mengetahui bahwa tuan Duke sedang pergi jadi berbincang dengan Nyonya Karroline. Dan izinkan saya menambahi, tuan muda Dave merupakan satu-satunya anak laki-laki Raja Ventri. Meskipun Ratu memiliki anak namun dia melahirkan anak perempuan dan usianya jauh lebih muda dibandingkan dengan tuan muda Dave. Kemungkinan tuan muda Dave lah yang akan menjadi penerus takhta kerajaan selanjutnya."

Ishvara kembali menatap anak laki-laki di depannya. Tak ada hal mewah yang melekat. Jika benar Dave adalah pewaris takhta. Raja Ventri pasti akan memperlakukan Dave istimewa.

"Dave, bolehlah aku bertanya sesuatu?" ucap Ishvara berusaha memancing anak laki-laki yang duduk di depannya.

"Ya yang mulia!" jawab anak itu semangat sambil mengunyah kue di mulutnya.

"Baik, apakah kau tahu Raja? Apakah dia orang yang baik? Beberapa hari lagi aku akan bertemu dengannya. Kudengar kau sering bertemu dengannya," bisik Ishvara memajukan tubuhnya ke arah Dave.

"Raja? Ayah? beliau orang yang mudah marah ketika melihat sesuatu yang buruk," tukas anak itu.

"Kalau begitu apakah Raja baik kepadamu?"

"Em-- ayah tidak suka bila saya kabur saat latihan berpedang. Tetapi ayah selalu mengusap kepalaku jika menurutinya dan berbuat baik. Memangnya kenapa Duchess?" tanya Dave dengan nada polos.

"Tidak, kalau begitu saat aku bertemu Raja bantulah aku," bual Ishvara sambil tersenyum.

"Duchess hanya perlu bersikap baik! Maka ayah akan bersikap baik pada Duchess," seru anak laki-laki itu bersemangat.

"Ya baiklah, habiskan makananmu." Ishvara tersenyum menatap anak kecil di depannya.

The Cruel Duke and DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang