XXXXXV - Another plan

1.5K 61 2
                                    

Hari yang dijanjikan pun tiba. Kini sebuah meja berbentuk lingkaran, berukuran besar berada di tengah ruangan. Masih di restoran yang sama seperti saat Ishvara dan Kave datangi sebelumnya.

Orang-orang yang berada di dalam ruangan pun terlihat saling diam memandangi satu sama lain.

Tidak ada siapapun lagi kecuali ke lima orang di dalamnya. Ruangan yang sedikit lebih privasi ini sengaja Ishvara pesan agar bisa berbicara lebih leluasa.

Iris mengerutkan kening bingung ketika dirinya turut di undang untuk makan malam bersama tanpa alasan yang jelas. Namun wanita itu masih mencoba untuk tetap tenang dan mengamati.

"Va, kakak memiliki alasan lain. Maaf jika membuatmu tersiksa seorang diri." Arno tampaknya memulai pembicaraan terlebih dahulu.

Dibandingkan sikap Arno yang sebelumnya sedikit menarik dari segi manapun. Pria itu tampak nya tidak lagi menunjukkan hal tersebut. Pembawaan pria bernama Arno itu kini terlihat lebih tenang daripada sebelum-sebelumnya.

"Nikmati makan malam kalian terlebih dulu. Setelah itu kita berbicara." Ishvara berkata tanpa menatap siapapun. Pandangannya fokus pada piring di depannya.

Ishvara tidak tahu harus memulai pembicaraan ini dari mana. Begitu sepotong daging steak yang telah ia iris masuk ke dalam mulutnya. Sesekali Ishvara melirik ke arah Arno.

Sudah hampir setengah dari steak nya telah Ishvara habiskan. Namun anehnya Arno, pria itu tampaknya sedikit bergerak gusar.

Arno beberapa kali menggaruknya tengkuknya serta berdeham ringan. Terkadang juga ia menggaruk sudut pelipisnya. Sampai pada akhirnya pria itu memutuskan untuk bangkit dan pamit pergi meninggalkan ruangan.

Begitu Arno pergi Ishvara sontak meletakkan alat makan nya. Ishvara bergegas berdiri untuk menyusul. Kave yang melihat berlangsungnya kejadian itu pun merasakan keanehan terjadi. 

Ishvara bergegas keluar tanpa sepatah kata menyusul Arno yang pergi. Ia berniat untuk menyusul keduanya. Kave  melirik ke arah Iris dan Samuel yang masih diam.

Setalah itu dirinya keluar dari ruangan melalui lorong-lorong di sekitar. Mencari keberadaan Ishvara yang entah pergi ke mana. Langkah Kave berhenti ketika menyaksikan Ishvara yang menunggu di depan toilet pria.

Pria itu tidak langsung menunjukkan dirinya. Kave hanya memandangi keduanya dari jauh. Begitu Arno keluar Ishvara langsung menghadang pria itu.

"Ada apa?" tanya Arno pada Ishvara.

"Seharusnya aku yang bertanya kau sedang apa?" tanya Ishvara kembali dengan nada menegaskan.

Arno mengangkat alisnya menunjukkan ekspresi wajah yang bingung. Ishvara berdecak lalu meraih lengan Arno. Wanita itu melingkis lengan kemeja yang dikenakan oleh pria di depannya.

Terlihat bekas kemerahan yang cukup banyak. Ishvara terdiam sesaat lalu menatap mata pria di depannya.

Ishvara berdesis. Sejak awal ini memang sudah ia rencanakan. Ishvara sengaja memesan restoran ini dan mengajak yang lain untuk makan. Bukan hanya untuk berbicara. Tetapi juga membuktikan kebenaran ucapan Arno. Yang Ishvara ingat sejuah ini Maximiliant kakaknya sangat sensitif terhadap kerang. Bahkan jika ia memakan saus yang di masak bersama kerang saja. Bisa membuat Maximiliant merasakan alergi.

Menambahkan menu olahan kerang yang tidak terlihat menyerupai adalah salah satu cara Ishvara. Bentuk makanannya tidak menyerupai kerang sama sekali hingga membuat pria itu tidak sadar.

Ishvara kini memijat pelipisnya tertunduk dengan perasaan bersalah. Wanita itu menghela napasnya perlahan. Bekas kemerahan di lengan pria itu terlihat cukup banyak. Membuat Ishvara merasa tidak enak karenanya.

The Cruel Duke and DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang