Udara malam ini terasa segar. Ishvara menatap jalanan kota yang tidak terlalu padat sambil menginjak pedal gas mobilnya. Panggilan dari Iris terus menerus masuk. Ponselnya berdering namun Ishvara tak kunjung mengangkat.
Wanita itu memilih fokus pada jalanan di depan. Tidak lama mobilnya kini memasuki area basement.
Terlihat Iris berdiri di pintu masuk area basement sambil melambai-lambaikan tangannya menyambut. Wanita itu menatap Ishvara yang turun setelah memarkirkannya mobilnya.
"Ishvara! Aku pikir kau tidak datang. Ikut aku segera. Rekan-rekanku sudah tidak sabar bertemu denganmu." Iris menarik tangan Ishvara dan segera menuntun sahabatnya untuk masuk ke dalam sebuah bangunan. Langkahnya maju pasti bergerak ke arah lift.
Ishvara tidak tahu itu tempat apa. Tetapi mungkin tempat ini dipesan secara khusus untuk acara. Iris memencet angkat lima pada tombol lift.
"Bagaimana hari pertamamu? Senang?" tanya Iris masih memegangi tangannya meskipun mereka tengah berada di dalam lift.
"Tidak terlalu," jawab Ishvara seolah tidak ingin membahas. Memang benar tidak banyak kesan pertamanya di kantor baru.
Iris memutar bola matanya jengah, ia tahu bahwa jawaban klasik itu akan keluar dari mulut sahabatnya.
Iris merupakan teman lama Ishvara. Keduanya bertemu ketika duduk di bangku sekolah menengah atas. Namun entah mengapa pertemanan mereka masih berjalan hingga saat ini.
Konyol memang, namun sifat antusias Iris yang membuat hubungan mereka berdua mencair setiap kali bertemu. Meskipun mereka sudah jarang bertemu beberapa tahun terakhir.
Pembawaan Iris yang ceria selalu membuat keduanya tidak kehabisan topik. Energi wanita itu seakan tidak pernah habis.
"Iris!" tegur Ishvara menghentikan pergerakan wanita cantik di sebelahnya ketika mereka sudah keluar dari lift.
Mendengar suara samar-samar dari dalam pintu ruangan yang akan mereka masuki. Membuat wanita itu tidak yakin.
"Katakan padaku bahwa tidak banyak orang di dalam?" tanya Ishvara memastikan lantaran suara di dalam ruangan yang akan mereka masuki begitu berisik.
Iris merenggut menatap sahabatnya. "Ah ayolah Ishvara, ini hari pertamamu. Kau yakin tidak akan merayakannya? Aku sudah mengajak beberapa rekan timku untuk bergabung. Eh, tidak akan lama. Kau juga harus belajar untuk bersosialisasi. Lagi pula aku juga ingin membuat pesta kecil untuk hari ulang tahunku."
Ishvara melambaikan tangannya menolak. "Tidak-tidak, aku sudah sering."
"Ishvara kau hanya bersosialisasi ketika membicarakan bisnis. Jika begini terus kapan kau memiliki pasangan. Ingat umurmu sudah hampir menginjak kepala tiga."
"Aku tahu."
"Apa?" tanya Iris ketika telinganya mendengar jawaban yang samar dari mulut Ishvara.
"Apa yang kau katakan tadi?"
"Tidak apa."
"Tapi bukankah hari ulang tahunmu masih 2 hari lagi?"
"Lebih cepat lebih baik." Iris membalas ucapan tersebut yakin. Tangannya kembali menarik lengan Ishvara. Namun Ishvara masih saja tidak bergerak di tempatnya.
Iris menghela napasnya, wanita itu mengedipkan matanya beberapa kali seolah memohon agar sahabatnya itu setuju. Mau tidak mau Ishvara harus mengiyakan. Rasanya akan sungkan bilang ia membatalkan pesta penyambutan untuk dirinya melihat antusiasme dari Iris.
Kini pintu terbuka menampilkan orang-orang rekan satu tim sahabatnya. Benar, tak terlalu banyak orang dari rekan satu tim. Hanya dua orang pria, dan seorang wanita. Termasuk Samuel, yang merupakan tangan kanan Ishvara di perusahaannya dulu. Pria itu juga turut hadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Duke and Duchess
Ficción GeneralHidupnya terasa berubah dalam semalam. Ishvara terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya tengah berada di tubuh Ishvara Berenice. Yaitu tokoh utama wanita yang bukunya sempat dia baca di kehidupan sebelumnya. Kini dia harus membiasakan diri deng...