Kereta kuda melaju cepat selama perjalanan. Matanya memandang keluar jendela menikmati pemandangan kota ketika matahari mulai berada di atas. Ishvara masih terus memikirkan perkataan nyonya Karrollien tentang mendiang Duchess terdahulu. Masih banyak tanda tanya di dalam benaknya.
Hingga kereta kuda yang ia tunggangi berhenti di salah satu toko, dari sekian toko yang berjajar rapi di tengah kota. Ishvara turun dari kereta dengan bantuan Cedric yang mengulurkan tangannya. Kakinya kini memijak tanah.
Melihat pemandangan di sekitarnya Ishvara sudah bisa menebak. Bagaimana Asher berhasil memimpin wilayah Houston. Dia tengah berada di pusat wilayah, namun selama perjalanan Ishvara hampir tidak melihat adanya pengemis. Bahkan ketika melewati permukiman kumuh yang terkenal di wilayah Houston.
Meskipun ada beberapa dari rakyat yang berpakaian lusuh. Tetapi mereka terlihat sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
Mungkin benar, Ishvara baru bisa merasakan bagaimana Asher dapat membawa kemakmuran bagi rakyatnya.
Saat kakinya memasuki pintu toko Ishvara disambut oleh beberapa pekerja yang memberi hormat padanya. Wanita itu hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman.
"Senang bertemu dengan Anda yang mulia Duchess." Seorang wanita tua dengan rambut yang hampir memutih menyambut kedatangannya disertai salam hormat.
"Terima kasih nyonya Benedict. Aku kemari ingin memesan kalung yang pernah kau rancang khusus."
"Silakan ikuti saya yang mulia Duchess."
Nyonya Benedict mempersilahkan Ishvara dan Cedric untuk masuk lebih dalam ke toko. Hingga mereka tiba di sebuah meja yang ditata khusus. Terdapat sebuah perhiasan di dalamnya. Ishvara berjalan mengamati perhiasan itu lebih dekat.
"Ini adalah perhiasan yang Anda maksud. Tetapi di perhiasan ini belum berikan sihir apa pun. Dan ini hanya replika yang kami tampilkan sebagai contoh."
"Ini cantik. Berapa lama aku bisa menunggu?"
"Sekitar seminggu yang mulia Duchess. Kami akan berusaha memberikan yang terbaik."
"Baik jika pesananku sudah siap. Maka kirimkan saja kalungnya ke kediaman Duke Houston. Dan berikan pada Butler yang bernama Matteo."
"Baik yang mulia Duchess. Tetapi sebelumnya maaf jika saya lancang. Apakah yang mulia Duchess tengah mengandung? Karena kebanyakan pembeli membelinya untuk calon putra dan putrinya," tanya nyonya Benedict ragu.
"Tidak, mungkin kau salah paham. Aku memesan kalung ini bukan karena tengah mengandung. Tetapi aku akan menghadiahkannya kepada putri dari Raja Ventri yang baru saja lahir. Kalung dengan sihir pelindung. Keluarga kerajaan pasti akan membutuhkannya, terutama putri Raja. Bukan begitu?" Ishvara menjawab pertanyaan tersebut disertai senyuman sambil sesekali melihat beberapa perhiasan lainnya.
"Ah maafkan kelancangan saya. Sebelumnya terima kasih sudah mempercayai toko kecil kami. Semoga yang mulia Duke dan Duchess segera dikaruniai seorang keturunan."
Ishvara hanya tersenyum simpul tanpa terlalu memikirkan perkataan nyonya Benedict lalu segera menyelesaikan urusannya. Perjalanan menuju kota terasa melelahkan. Kereta kuda yang berguncang membuat isi perutnya terasa tak enak. Tentu saja Ishvara tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan langsung pulang. Dirinya pasti akan menyesal jika melewatkan kesempatan melihat-lihat isi dari pusat wilayah Houston.
"Cedric, kita akan pulang sedikit terlambat. Temani aku berkeliling sebentar."
"Baik yang mulia Duchess," jawab Cedric sambil berjalan mengikuti nyonyanya dari belakang.
"Y-yang mulia Duchess, Anda ingin apa? Anda tidak boleh membeli makanan yang berada di pinggir jalan. Saya masih menyayangi kepala saya," pekik Cedric sambil berlari mencegah Ishvara berbelok ke salah satu gerobak makanan.
Wanita itu berhenti di depan gerobak roti. Sudut bibirnya melengkung ke bawah mendengar larangan dari Cedric,"kalau begitu cobalah lebih dulu."
"Tetapi yang mulia Duchess. Tuan Duke memerintahkan kepada saya untuk tidak.."
Sekantong roti hangat kini telah berada di genggaman sang Duchess. Ishvara mengambil salah satu roti hangat dan membelahnya menjadi dua bagian. Salah satu bagiannya dia berikan ke arah Cedric. Ishvara menatap Cedric dengan pandangan membujuk agar pria disamping nya segera memakan roti yang ia berikan.
"Makanlah. Jika tidak mati, maka aku akan mencobanya."
Cedric mengalah, pria itu pada akhirnya menerima tawaran sang Duchess. Tangannya bergerak mengambil setengah potong roti yang diberikan oleh nyonyanya. Dengan ragu memasukkan roti ke dalam mulut dan mengunyahnya.
Satu menit... dua menit... lima menit... tak ada reaksi apa pun.
"Lihat? Roti ini aman." Ishvara berucap sambil menggigit roti di tangannya.
"Tapi yang mulia Duchess tidak boleh makan terlalu banyak. Setelah pulang dari sini, akan ada makan malam bersama nyonya Karrollien."
"Aku tahu, cerewet."
Ishvara berhenti berjalan, matanya kini menatap ke sebuah bangunan berwarna putih yang terlihat megah. Terlihat seperti rumah seorang bangsawan kaya. Yang berada tak jauh dari pusat perbelanjaan.
"Ini adalah satu-satunya panti asuhan yang berada di wilayah Houston. Para orang tua sering kali keberatan membiayai anaknya. Yang mulia Duke pun membangun panti agar anak-anak bisa tetap hidup dalam kecukupan. Anak-anak yang berada di sini akan diberikan makanan, tempat tinggal, dan pendidikan yang layak. Mereka akan dilepas ketika sudah mencapai usia matang. Orang tua dari anak-anak yang sudah berhasil menjadi pebisnis atau memiliki uang yang cukup untuk merawat anak, akan kembali mengambil anaknya dari panti. Tetapi tidak sedikit orang tua yang tidak sanggup mengambil anaknya, hingga anak mereka tumbuh dewasa dan siap dilepas dari panti."
"Aku tidak tahu ada tempat seperti ini."
Ishvara masih menatap kagum ke arah bangunan yang berada tak jauh di depannya.
"Tunggu sebentar Cedric." Ishvara memberikan sekantong roti yang dia bawa kepada Cedric. Sedangkan dia berjalan mendekat ke arah panti. Bukan hanya mendekat tetapi masuk ke dalam panti meninggalkan Cedric berdiri di depan pagar.
"Yang mulia Duchess, Anda akan pergi ke mana lagi?" teriak Cedric sambil mengekori.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Duke and Duchess
General FictionHidupnya terasa berubah dalam semalam. Ishvara terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya tengah berada di tubuh Ishvara Berenice. Yaitu tokoh utama wanita yang bukunya sempat dia baca di kehidupan sebelumnya. Kini dia harus membiasakan diri deng...