XXXVII - Lots

6.3K 466 11
                                    

Bunyi mesin pencetak serta suara keyboard terdengar mengisi seluruh ruangan. Ishvara menyandarkan punggungnya pada kursi sambil menengadahkan kepalanya. Wanita itu merenggang otot tubuhnya yang kaku akibat duduk dalam waktu yang cukup lama.

Sudah beberapa hari berlalu semenjak pertemuan Ishvara dengan Tuan Wylian. Kini Aluna kembali ditarik untuk menggantikan tugas Ishvara sebelumnya.

Ishvara tidak tahu apa yang ada di pikiran Aluna sekarang. Namun mengingat kembali pertengkaran mereka yang pernah terjadi. Rasanya Ishvara memang seharusnya tidak mengusik Aluna.

"Ishvara, ingin kopi?" tawar salah satu rekan kerjanya yang hendak beranjak dari kursi. Membuyarkan lamunannya tentang Aluna.

Wanita itu sontak menggelengkan kepala tidak tertarik. Pandangannya menatap ke arah rekan kerjanya yang kini meninggalkan ruang kerja. Namun matanya menyipit mendapati seseorang yang tak asing yang masuk melalui pintu.

"Va, bisa kita bicara?"

Ishvara tersenyum menyetujui ajakan Aluna. Ketika wanita itu mulai mendekat ke arahnya. Ia tahu Aluna pasti akan datang padanya setelah mendengar kabar tersebut.

"Apa kau menolak proyek itu karena Tuan Wylian?" tanya Aluna sembari memberikan satu cup hot coffee.

Keduanya kini telah berada di luar kantor. Berjalan beriringan meninggalkan deretan toko yang ada di depan perusahaan. Sembari membawa makanan yang mereka pesan masing-masing.

Ishvara tak menjawab pertanyaan Aluna dan memilih menyesap kopinya. Tanpa dia katakan, Aluna pasti sudah mengetahui klien yang akan dia hadapi nantinya.

Aluna kini berhenti menatap Ishvara. Menunggu jawaban dari wanita di sampingnya. "Va, aku mungkin masih tidak memahami apa yang terjadi. Namun ku anggap proyek ini sebagai bendera putih. Lihat saja, aku akan memastikan Tuan Wylian berinvestasi."

"Itu bagus, tetapi jika gagal pun tidak masalah," ucap Ishvara tenang.

Ishvara masih setia menatap jalanan di depannya. Sembari menunggu lampu penyebrangan berubah warna menjadi hijau. Sedangkan Aluna masih senantiasa melirik beberapa kali ke arah Ishvara sepanjang perjalanan.

Aluna tidak tahu pasti apa masalah yang dihadapi Ishvara. Namun melihat Ishvara saat ini membuatnya sedikit merasa bersalah. Ishvara tampak berubah menjadi orang lain. Padahal dulu Ishvara yang dia kenal tidak seperti ini.

Lampu penyebrangan kini berubah menjadi hijau. Keduanya kini berjalan ke arah seberang menuju bangunan kantor.

"Va, sejujurnya jika kau ingin cerita. Lakukan saja. Aku tahu mungkin sikapku yang lalu agak sedikit keterlaluan. Mungkin aku bisa membantumu walaupun sedikit," Aluna kini membuka suaranya setelah sekian lama dirinya terus mencuri pandangan matanya ke Ishvara.

Ishvara kini menghentikan langkahnya tepat di samping pintu masuk kantor. Matanya wanita itu kini fokus menatap Aluna.

Ishvara mengangkat sudut bibirnya. Tersenyum tipis mendengar ucapan Aluna padanya. "Saat ini juga sudah membantuku. Aku bisa mengatasinya sendiri karena ini masalahku."

Aluna yang sejak awal fokus menatap Ishvara kini pun turut menyunggingkan senyuman tipis. Mungkin masih memerlukan sedikit waktu agar Ishvara kembali percaya padanya. Namun melihat hubungan mereka sekarang. Mungkin ini sudah lebih dari cukup.

Pandangan Aluna dan Ishvara kini langsung disuguhi pemandangan lantai granit dengan banyak karyawan lain yang juga berlalu-lalang karena saat ini masih dalam waktu istirahat. Kedua wanita itu sudah memasuki bangunan utama kantor.

"Tidak pergi ke ruang rapat?" tanya Ishvara pada Aluna. Ketika mereka hampir tiba di depan lift.

"Ah, benar. Untung kau mengingatkan. Aku pergi dulu."

The Cruel Duke and DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang