III

30.6K 2.3K 5
                                    

Para pelayan dan prajurit berbaris di halaman kastel menyambut kedatangan tuan mereka di kediaman. Duke Houston turun dari kudanya, bau darah terasa menusuk memasuki indra penciuman membuat beberapa pelayan menggosok hidung mereka.

"Yang mulia Duchess telah beristirahat di kamarnya, serta kepala pelayan Tronfo baru saja tiba di kediaman sejak siang dan akan mulai bekerja kembali besok," ucap Matteo Butler kastel Duke.

Tidak ada ekspresi di wajah pria itu, Duke Houston memilih berlalu meninggalkan para bawahannya di halaman kastel.

"Siapkan air untuk yang mulia!" perintah Matteo yang segera diangguki oleh para pelayan.

Kepergian para pelayan dan para penjaga menyisakan Matteo, dan Cedric.

"Apakah yang mulia Duchess melakukan sesuatu yang merepotkan?" tanya Cedric pada Matteo.

"Tidak, yang mulia Duchess lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kediaman. Bahkan dalam sehari hanya ada satu kemungkinan bertemu atau tidak sama sekali. Yang mulia Duchess hanya menginginkan pelayan yang dia bawa untuk melayaninya. Saya tidak meletakkan banyak pelayan karena khawatir akan membuatnya merasa tidak aman."

Cedric mendengarkan penuturan Matteo dengan saksama, sesungguhnya dia juga sedikit penasaran dengan nyonya baru kediaman ini. Dia hanya melihat sekilas diacara pernikahan dan tak melihatnya lagi lantaran harus menemani tuan Duke untuk pergi berperang.

"Ku katakan kepadamu jangan membuat masalah kepada yang mulia Duchess" tegur Matteo memperingatkan Cedric.

•••

Sudah hampir seminggu sejak acara pernikahan dan peresmian dirinya sebagai Duchess selesai, Ishvara belum bertemu lagi dengan suaminya. Meskipun ia juga tak mengharapkan pria itu.

Selama itu tidak banyak hal yang ia lakukan, hanya berkeliling taman saat pagi, menikmati teh saat sore dan sesekali pergi untuk membaca di perpustakaan.

Langit sudah mulai gelap dan aktivitas di kediaman mulai berkurang. Tidak banyak orang yang berlalu lalang. Hanya ada beberapa penjaga yang siap di beberapa sudut kediaman.

Ishvara menarik kain berwarna senada dengan gaun tidurnya yang tipis lalu menyampirkannya di pundak untuk menutupi lengan gaun tidur yang pendek.

Dia merasa jenuh kali ini. Sudah berhari-hari Ishvara merasa terkurung di dalam kediaman. Dia bahkan belum mengetahui pemandangan tempat ini ketika malam hari. Wanita itu berjalan perlahan dengan mengeratkan kain di pundaknya lantaran angin malam yang berhembus.

Jauh di sudut terdapat lampu taman yang menyala, dengan kursi taman yang menghadap ke arah kolam. Ishvara mengistirahatkan kakinya sejenak.

Dari kejauhan dengan penerangan malam terlihat sebuah bayangan pria berjalan melewati lorong yang ada di samping taman.

Ishvara mengeratkan kain di pundaknya. Bayangan tersebut bergerak cepat membuat Ishvara bergerak waspada.

Matanya melirik ke arah patung yang tak jauh darinya. Tangannya dengan lihai menarik pedang yang terpajang di tangan patung berbaju zirah di tersebut. Langkahnya bergerak maju dengan perlahan tanpa suara.

Ketika bayangan berhenti bergerak, Ishvara segera menyudutkan orang tersebut di pilar menggunakan pedang ditangannya.

"Cedric?"

"Y-yang mulia Duchess ini saya" ucap pria itu sedikit gagap lantaran pedang yang terbentang lurus di depan lehernya.

"Maaf ku kira ada penyusup."

"Tidak yang mulia, maaf karena saya menakuti Anda. Tetapi, bisakah pedang ini diturunkan?"

Ishvara segera menurunkan pedang ditangannya ketika mendengar perkataan Cedric. Cedric yang terkejut pun mengatur napasnya yang memburu karena sempat berlarian dan dikejutkan oleh tindakan Ishvara.

Cedric merupakan tangan kanan Duke. Di awal cerita dia merupakan orang yang paling setia kepada Duke. Sebelumnya Ishvara juga tidak banyak berinteraksi dengan Cedric, mereka hanya berbicara ketika diperlukan saja.

"Mengapa kau di sini? Apakah masalah di perbatasan sudah selesai?" tanya Ishvara pada Cedric.

"Ya yang mulia Duchess. Pasukan kami baru saja tiba beberapa saat yang lalu," jawab Cedric menunduk berusaha untuk tidak melihat sang Duchess dengan gaun tidurnya.

Ishvara mengerutkan keningnya. Bagaimana bisa dia tidak mengetahui kabar bahwa pasukan Duke Houston telah kembali dari perbatasan? Bukankah seharusnya Matteo sebagai pengurus kediaman ini mengabarinya?

"Lalu apakah ada masalah? Mengapa terburu-buru?"

"Ada kabar baru dari perbatasan, dan saya ingin segera melaporkannya kepada Tuan Duke."

Ishvara mencoba memaksa mengingat potongan-potongan cerita tentang novel. Jika Cedric sudah berkeliaran di dalam kediaman artinya perang di perbatasan telah usai. Lalu dia akan menghadapi rintangan pertama yaitu Nyonya Tronfo.

"Jika ingin, yang mulia Duchess bisa pergi bersama saya ke ruang kerja milik yang mulia Duke" tawar Cedric kepada Ishvara yang masih sibuk dengan pikirannya.

"Tidak perlu. Ah, kudengar nyonya Tronfo juga datang tadi. Siapa dia? Bisakah kau jelaskan sedikit tentangnya. Aku ingin menanyakan pada Matteo namun kami tidak bertemu hari ini," jelasnya kepada Cedric.

Memang benar rasanya ia jarang sekali berinteraksi dengan Matteo. Apalagi kini pria itu pasti memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum tugasnya mengatur keuangan diserahkan kepada Ishvara.

"Nyonya Tronfo? Ah nyonya Tronfo adalah kepala pelayan yang merawat yang mulia Duke sejak kecil. Bahkan ketika saya memasuki kastel, Nyonya Tronfo sudah bekerja di sini. Dia baru saja kembali dari kampung halamannya. Sekarang nyonya Tronfo akan kembali bekerja di kediaman mulai besok."

"Begitu?" Gumam Ishvara mendengar penjelasan Cedric. Tak ada percakapan selama beberapa saat.

"Bukankah kau sedang buru-buru? Pergilah," titah Ishvara pada Cedric ketika menyadari pria tersebut masih berada di dekatnya.

"Apakah Nyonya tidak ingin bertemu dengan tuan Duke?" tanyanya.

"Tidak, mungkin dia sendiri yang akan datang padaku ketika luang."

"Apakah Nyonya yakin?" tanya Cedric mencoba memastikan. Namun mulutnya langsung tertutup ketika mendapati tatapan tak mengenakan dari Ishvara.

"Kalau begitu saya permisi."

----

Thanks for support my story' 🌷

The Cruel Duke and DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang