Ishvara Berdiri di samping proyektor dengan senyuman. Mulutnya masih sibuk berbicara mewakili divisi tempatnya bekerja dalam rapat. Pandangan matanya sesekali mengamati beberapa koleganya yang tengah mendengarkan.
Tangannya terkepal di belakang tubuhnya menyembunyikan kekesalan. Namun dirinya mencoba untuk tetap profesional mengingat ini adalah kali pertamanya melakukan presentasi dalam rapat.
Rasanya begitu sulit mengendalikan raut wajahnya untuk selalu terlihat ramah dalam menjelaskan.
"Untuk saat, ini adalah beberapa hal terkait pengembangan produk."
Satu kalimat terakhir yang di ucapkan Ishvara membuat beberapa orang di depannya berbincang-bincang. Ishvara hanya diam membiarkan orang-orang yang duduk melingkari meja di depannya saling berbicara. Wanita itu memberikan waktu. Sehingga memilih diam menunggu tanggapan dari orang-orang tersebut.
Ishvara masih setia menampakkan wajah dengan senyum yang dipaksakan. Sorot matanya kini terfokusnya ke salah satu pria yang duduk cukup dekat dari tempatnya berdiri. Ishvara seakan tidak bisa menahan rasa bencinya ketika melihat seorang pria yang duduk. Pria itu hanya berjarak 2 kursi dari tepatnya.
"Bagaimana Tuan Wylian?" tanya salah satu orang di dalam ruangan rapat.
Semua orang kini mengalihkan pandangan mereka dan menatap Tuan Wylian yang di anggap sebagai salah satu orang penting.
"Produk yang ditawarkan cukup bagus. Namun aku tidak percaya dengannya. Bagaimana mungkin perusahaan seperti kalian memberikan tugas penting ini kepada karyawan baru?" keluhnya sambil membenarkan kacamata dengan gagang berwarna keemasan.
Tuan Wylian menegakkan posisi duduknya sambil menunjuk sesaat ke arah Ishvara yang masih berdiri. Tak lupa dengan tongkat ukuran naga yang selalu dia bawa. Pria itu berjalan mendekat ke arah Ishvara dengan perlahan. Hingga suara antara tongkat dan lantai marmer menimbulkan bunyi di keheningan ruangan.
Ishvara memberikan senyuman tipis ketika Tuan Wylian melangkah mendekatinya. Di dalam mulutnya ia menggertakkan rahang. Tidak tahu mengapa ketika di hadapan Wylian, Ishvara merasakan dirinya selalu dipermalukan dan direndahkan. Kekuatan yang dimiliki Wylian sampai saat ini masih mampu membuat harga diri Ishvara terinjak-injak. Sedikit otot di pelipisnya terlihat meskipun samar.
Ishvara tahu bagaimana harus bersikap. Dia tidak ingin mencampuradukkan masalahnya dengan pekerjaan. Meskipun Ishvara menyadari betapa tidak sudinya dia mendengar penghinaan dari Tuan Wylian. Apalagi berdiri di ruang rapat ini. Namun ia masih mencoba menahannya untuk sesaat.
Dalam benaknya Ishvara sungguh tidak mengerti. Mengapa harus ada dendam di antara mereka. Pantaskah dia yang hanya merupakan anak saat itu, menjadi sasaran empuk? Ishvara bahkan tidak tahu kesalahan apa yang telah diperbuat orang tuanya dahulu.
Sorot mata tajam kini tertuju pada Ishvara. Kave menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi seolah perbincangan orang-orang selama rapat hanyalah sebuah dongeng pengantar tidur. Tidak banyak yang pria itu katakan.
Pria itu melirik Ishvara sejenak. Ia dapat melihat perubahan garis wajah Ishvara . Meskipun kini senyuman tipis masih senantiasa terpajang di wajah wanita tersebut. Pikirannya sedikit melayang membayangkan kejadian beberapa hari yang lalu. Mengingat kembali ketika Ishvara berada dalam pelukannya. Namun wanita itu, kini seolah kembali ke jati dirinya.
"Tuan Wylian. Saya memilihnya karena dia memiliki kemampuan yang cukup baik. Tetapi perkataan anda barusan terdengar seperti merendahkan penilaian saya dalam menyeleksi para karyawan."
Kave yang sejak tadi diam kini membuka suaranya.
Suara yang tiba-tiba muncul itu pun menghentikan langkah tuan Wylian yang kini sudah berdiri di depan Ishvara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Duke and Duchess
Ficción GeneralHidupnya terasa berubah dalam semalam. Ishvara terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya tengah berada di tubuh Ishvara Berenice. Yaitu tokoh utama wanita yang bukunya sempat dia baca di kehidupan sebelumnya. Kini dia harus membiasakan diri deng...