Seorang wanita setengah baya melangkah dengan badan tegap, meskipun usianya tak lagi muda tetapi dia masih memiliki cukup tenaga. Langkahnya makin cepat menyadari nyonya barunya tak kunjung keluar dari kamar.
Brakk
Dia membuka kasar pintu ruangan tanpa permisi. Pintu yang terbuka menampakkan seorang wanita dengan balutan gaun tidur. Ishvara berdiri membelakangi, sambil menatap ke luar jendela seakan telah menunggunya.
"Nyonya ini sudah cukup siang, tolong jangan mempermalukan kediaman ini. Sebentar lagi acara perjamuan akan dimulai. Nona dan nyonya bangsawan yang datang dari jauh, akan segera tiba."
"Di mana sopan santunmu?" tanya Ishvara dengan nada tegas.
Kepala pelayan Duke, Tronfo. Ishvara bisa mengingat, wanita tua itu yang pertama kali berbuat semena-mena terhadap Ishvara Berenice di awal cerita. Sejak Ishvara datang ke kediaman Duke. Kepala pelayan itu sudah menunjukkan sikap yang kurang mengenakkan. Sifatnya sangat berbeda dengan pelayan lainnya.
Ah, Ishvara melupakan sesuatu. Sejak Duchess Emillia jatuh sakit, Duchess memberikan kepercayaannya penuh kepada kepala pelayan Tronfo untuk merawat putranya hingga dia tiada. Sejak saat itulah kepala pelayan Tronfo mulai besar kepala. Wanita tua itu beranggapan dialah yang menguasai kastel ini selain Duke.
Ishvara memutar badan lalu melangkah mendekati wanita tua yang berdiri tak jauh darinya. Kini saat yang tepat bagi Ishvara untuk menunjukkan taringnya.
"Di mana permintaan maafmu? Katakan. Aku tidak peduli meskipun kau akan mengadukan ku kepada Duke."
Wanita tua itu menggertakkan rahangnya, kuku jarinya memutih menahan kekesalan yang tidak bisa disembunyikan. Sejak awal bertunangan dia mendapatkan kabar bahwa Duke akan menikahi seorang putri Marquess yang jarang berinteraksi dengan orang luar dan lebih memilih mengurung diri. Banyak yang merumorkan bahwa gadis yang akan dinikahi Duke adalah gadis penyakitan yang lemah. Namun sekarang gadis itu sangat jauh berbeda dari yang dirumorkan.
"Sial," umpat wanita tua itu dalam hati.
"Nyonya jangan membuang waktuku, acara akan segera dimulai. Itu semua karena kau bangun terlalu siang," cecar nyonya Tronfo tak ingin disalahkan.
"Katakan!" bentak Ishvara di hadapan nyonya Tronfo dan para pelayan lain yang ada di belakangnya.
"Baik maafkan saya," balas kepala pelayan Tronfo menahan kekesalannya dan meminta maaf.
"Keluarlah. Biarkan tiga pelayan di belakangmu membantuku berganti pakaian."
"Tidak bisa!" potong kepala pelayan Tronfo tak terima.
"Mengapa tidak? Aku tidak suka di bantah. Apalagi oleh kepala pelayan sepertimu."
Kepala pelayan Tronfo memutar badannya dan membanting pintu kamar dengan keras menunjukkan kekesalan. Jika jiwa Ishvara Berenice di sini, Ishvara yakin gadis lugu itu akan menuruti perkataan sang kepala pelayan meski harus mengenakan pakaian sirkus sekalipun.
Namun sekarang tubuh gadis itu tengah di isi oleh jiwanya. Dan Ishvara tidak suka bila ada yang merendahkannya. Apalagi direndahkan oleh kepala pelayan yang memiliki kedudukan jauh di bawahnya. Sudah cukup rasa sabarnya selama ini. Dia tidak ingin direndahkan lagi seperti di kehidupan sebelumnya.
Tak membutuhkan waktu lama untuk berganti pakaian. Kini dia telah mengenakan setelan gaun berwarna merah yang sederhana. Rambut cokelat nya yang lembut digerai. Serta dihiasi jepit yang terbuat dari batu alam berwarna merah yang berkilau membuat tampilannya terlihat berbeda dari biasanya.
Ishvara Berenice yang asli seharusnya tidak akan mengenakan pakaian ini. Ishvara yakin gadis lugu itu akan mengenakan gaun dengan banyak renda dan warna-warna yang cerah, atau mungkin hanya mengikuti keinginan nyonya Tronfo.Para pelayan yang membantunya kini sudah berhamburan keluar. Ishvara mengisyaratkan Eria untuk menutup pintu kamarnya.
Eria merupakan pelayan pribadinya, yang Ishvara ingat pelayan pribadinya itu selalu bersikap netral. Eria tidak terlalu dekat dengan Ishvara Berenice namun dia hanya diberikan kepercayaan lebih untuk mengurusi kepentingan pribadinya.
"Eria."
"Ya yang mulia," balas Eria dengan suara rendah mendengar Ishvara memanggilnya.
"Aku meletakkan sebuah surat di kotak. Tolong kirimkan itu kepada ayahku. Dan ingat, jangan biarkan siapa pun masuk ke dalam kamarku."
"Sesuai perintah Anda yang-"
"Bersikaplah lebih santai ketika kita sedang berdua," potongnya yang dijawab anggukan oleh Eria.
Sampai saat ini Ishvara tidak tahu kapan tepatnya Ishvara Berenice dan Duke mulai jatuh cinta. Tetapi yang dia yakini, masih ada beberapa rintangan yang harus di hadapi.
Tidak banyak yang bisa dia lakukan, jika Duke atau suaminya itu tidak bisa diharapkan untuk melindunginya. Ishvara hanya bisa bergantung kepada ayahnya yaitu Marquess Ronfold dengan menjaga hubungan baik anak dan ayah. Setidaknya Ishvara harus mengirimi surat beberapa minggu sekali meski hanya untuk memberikan kabar.
Ishvara melangkah meninggalkan Eria yang masih berada di kamarnya. Ia tidak begitu yakin dengan langkahnya lantaran kisah di bab pertama hanya menceritakan sampai Duke tiba di kediaman. Setelah itu dia tidak membacanya sama sekali.
"Baik atau buruk, meski mati sekalipun aku tidak peduli," ucap Ishvara yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Duke and Duchess
General FictionHidupnya terasa berubah dalam semalam. Ishvara terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya tengah berada di tubuh Ishvara Berenice. Yaitu tokoh utama wanita yang bukunya sempat dia baca di kehidupan sebelumnya. Kini dia harus membiasakan diri deng...