XXXXXII - Feels

971 52 2
                                    

Ishvara terbangun dengan kepala yang terasa begitu nyeri. Menyadari sebelum dirinya tidak sadarkan diri. Ia berada di suatu tempat bersama tuan Wylian. Hal ini lantas membuat Ishvara sedikit tersentak.

Dirinya sungguh tidak mengingat apapun dan bagaimana bisa berada di kamar tidur. Tubuhnya begitu kaku dengan pundak yang terasa pegal. Ishvara berjalan keluar dari dalam kamar.

Matanya masih sedikit buram. Ishvara menyipitkan mata memfokuskan pandangannya. Di dapur ia melihat seorang pria yang diyakini adalah Kave. Pria itu sibuk dengan beberapa bahan makanan yang tidak tahu akan dimasak menjadi apa.

Langkah Ishvara mulai memelan mencoba untuk tidak menimbulkan suara. Dari sini Ishvara melihat dengan jelas punggung pria tersebut dengan pundak yang cukup lebar. Bahkan Ishvara menyadari ketika Kave menggerakkan lengan kirinya sedikit lambat seperti menahan sesuatu.

Dirinya mengingat pesan yang dikirimkan Iris padanya kemarin. Apakah luka tikaman yang didapatkan Kave berada di pundak sebelah kiri? Jika tidak bagaimana mungkin lengan pria itu bergerak begitu lambat.

"Iris sudah mengatakannya padaku."

Ucapan Ishvara membuat Kave yang tadinya fokus kini membalikkan badan. Pria itu menatap wanita yang saat ini berdiri di depan pintu kamar. Dengan piyama jatuh di bawah lutut Ishvara melangkahkan kakinya mendekat.

"Jangan sampai lukamu menjadi lebih parah."

Ishvara mengambil alih pisau yang digenggam oleh pria di sampingnya. Kepalanya menengadah menatap Kave karena tubuh pria itu yang lebih tinggi darinya. Luka itu baru, dan ada kemungkinan untuk membengkak jika terlalu sering digunakan beraktifitas. Ishvara bisa membayangkan betapa sakitnya itu.

Kave kini mundur ketika Ishvara mulai menggantikan dan mengambil alih semuanya. Pria itu menyunggingkan senyuman tipis yang hampir tidak terlihat. Tinggi Ishvara yang berdiri di depannya membuat wanita itu terlihat cukup menggemaskan. Meskipun tidak dengan sikapnya.

"Bagaimana dengan tuan Wylian?" tanya Ishvara di tengah keheningan. Membuyarkan lamunan pria jakun di belakangnya.

Kave tahu bahwa Ishvara akan menanyakan tentang hal ini. Namun peristiwa yang terjadi kemarin sedikit membuatnya tidak menyangka. Ada beberapa mayat hewan hasil penelitian yang terlihat mengenaskan. Beruntungnya ia dan Arno datang di waktu yang tepat. Sesaat setelah Ishvara berhasil dibius. Jika tidak, mungkin saja Ishvara dibawa ke suatu tempat oleh tuan Wylian.

"Ash?" tanya wanita muda itu melambaikan tangannya di depan wajah Kave.

"Dia sudah menyerahkan dirinya. Hukuman seumur hidup di penjara sudah sepantasnya dia terima. Meskipun itu masih dalam kategori ringan jika mengingat kesalahannya."

Manik mata Ishvara menatap lekat ke arah Kave. Tidak ada kebohongan dari kata-kata pria tersebut. Bibirnya ingin mengatakan sesuatu namun terasa sedikit kaku. Ishvara harap keputusan yang akan dia ambil kali ini cukup benar.

Ishvara mengangguk paham. Tangannya sibuk memotong bahan makanan di atas meja.

"Setelah ini bawa aku menemuinya."

***

Ishvara kini sudah duduk berhadapan dengan tuan Wylian didampingi Kave. Pria itu tampaknya sama sekali tidak terpengaruh bahkan setelah ditikam oleh salah satu orang suruhan tuan Wylian.

"Dimana kakak ku?" tanya Ishvara melipat kedua tangannya di depan dada. Dengan punggung yang menyandarkan pada kursi.

Kave kini berdiri di belakang menemani. Perbincangan mereka pun masih tetap dipantau oleh penjaga dari jarak yang cukup jauh.

The Cruel Duke and DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang