Segelas air kini dilempar hingga membasahi sekujur tubuhnya. Ishvara terdiam di tempatnya menyadari blazer yang dia kenakan serta sekujur tubuhnya telah basah.
Wanita itu mengangkat kepala, menatap Hiera yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Aku tidak menyangka kau begitu licik, Ishvara." Hiera menekankan kalimatnya dengan raut wajah yang benar-benar menunjukkan kemarahan.
Ishvara menatap sekelilingnya, ada banyak mata yang melihat pertengkaran mereka. Bagaimana tidak, mereka tengah berada di dekat pintu masuk. Ishvara hanya hendak membeli kopi di lantai bawah. Namun dirinya malah dikejutkan oleh kedatangan Hiera.
"Apa maksudmu?"
Hiera berdecak kesal mendengar pertanyaan dari Ishvara. "Bukankah dalang dari semua ini adalah kau? Karena dirimu lah ayahku kini di tangkap. Jangan berlagak polos. Aku tidak menyangka, inikah balasan setelah keluarga kami merawat mu? Tanpa keluarga Wylian kau tidak mungkin mendapatkan semua ini."
Telapak tangan Ishvara terkepal. Wanita itu mencoba untuk menahan dirinya agar tidak tersulut.
Apakah tindakan yang dilakukan keluarga Wylian bisa disebut sebagai merawat? Bahkan tindakan mereka hampir sama seperti memperlakukan seorang budak. Ishvara hanya diberikan tempat tinggal yang layak. Namun kebebasannya dan kebahagiaannya telah direnggut.
Lagipula waktu satu tahun hanyalah waktu yang singkat. Ishvara yang seharusnya sudah duduk di bangku sekolah dasar pun tak kunjung mendapat pendidikan di usianya. Hanya kakaknya. Lalu setelah kepergian kakaknya dirinya dibuang begitu saja dengan tidak terhormat. Bahkan lebih rendah daripada hewan.
Ishvara menggigit bibirnya. "Benarkah? Apa alasanmu menuduhku?" desis Ishvara dengan nada angkuhnya.
"Mereka bertanya tentang kematian kakakmu. Jika bukan kau, siapa lagi?"
Max, telah pergi dari dunia ini bertahun-tahun yang lalu. Tidak mungkin permasalahan itu kembali dibahas kecuali ada seseorang yang merasakan kejanggalan. Jika bukan karena Ishvara, kecil kemungkin itu adalah orang lain. Karena yang tahu mengenai masa lalu mereka itu hanyalah keluarganya dan juga Ishvara.
"Max? Kematiannya bahkan tidak pernah sampai di telingaku."
"Aku yakin kau dibesarkan di keluarga yang berkecukupan, dengan pendidikan yang layak. Jadi kurasa kau cukup pintar untuk memahami situasi Hiera," lanjut Ishvara yang seketika mendapatkan tamparan dari telapak tangan Hiera.
Plakk
Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Ishvara. Suara tamparan yang terdengar begitu nyaring. Dari banyaknya sepasang mata yang menatap keduanya. Tak ada satupun dari mereka yang berusaha untuk melerai. Ishvara menatap wajah-wajah orang yang menatapnya. Wanita itu hanya berdesis menertawakan dirinya.
Raut wajah Hiera, bahkan Ishvara pun tidak menunjukkan adanya persahabatan. Keduanya sama-sama percaya dengan pendiriannya.
"Lantas kenapa para petugas itu menanyakan tentang kakak mu? Jika dalang dari semua ini bukan kau!" teriak Hiera dengan emosi yang sudah tidak bisa ia kontrol lagi. Wanita muda di depan Ishvara itu tampak benar-benar putus asa.
Hiera kini mulai terduduk lemas di lantai. Keputusasaannya terlihat jelas dari raut wajah. Air mata juga tampak keluar dari pelupuk matanya. Rambut lurus yang digerai itu juga terlihat berantakan karena tindakannya yang mengacak-acak rambut.
"Jika para petugas menanyakan hal itu kepada ayahmu. Bukankan sepatutnya kau bertanya padanya? Bagaimana mungkin dia bisa terlibat masalah. Hanya karena kematian seorang anak kecil yang telah mati bertahun-tahun lalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cruel Duke and Duchess
General FictionHidupnya terasa berubah dalam semalam. Ishvara terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya tengah berada di tubuh Ishvara Berenice. Yaitu tokoh utama wanita yang bukunya sempat dia baca di kehidupan sebelumnya. Kini dia harus membiasakan diri deng...