XXXXIX - Foreigners

1.3K 61 0
                                    

"Va, bisa mengerjakan file ini?" pinta Aluna padanya. Tampilan wanita itu tampak sedikit berantakan sambil bergerak heboh memasang Id card di lehernya. Napasnya juga memburu. Terlihat begitu ketara bahwa Aluna cukup sibuk dan tak memiliki banyak waktu luang.

Aluna memiliki urusan lain di luar kantor pada hari ini. Tetapi file di tangannya sudah harus selesai sebelum esok hari. Ia sedikit khawatir tidak bisa menyelesaikan dengan tepat waktu. Aluna juga tidak dapat memastikan pertemuannya akan berlangsung berapa lama. Oleh karena itu ia menyerahkannya kepada Ishvara.

"Baik bukan masalah besar," tanggap Ishvara.

"Terima kasih. Lain kali akan ku ajak kau ke tempat yang bagus." Wanita yang berdiri di sebelah Ishvara tersenyum hangat menunjukkan kelegaannya. Aluna berlari keluar dari ruangan team. Bunyi heelsnya bahkan terdengar begitu berisik dan menimbulkan suara yang tak enak untuk di dengar.

Memakan waktu yang tidak lama bagi Ishvara untuk menyelesaikan tugas seperti ini. Dirinya juga telah selesai dengan tugas-tugasnya. Jadi tidak masalah jika dia mengerjakan beberapa tugas ringan lainnya.

Namun dirinya mulai melamun menatap pemandangan dari dinding kaca lantai atas. Di jam-jam senggang seperti ini biasanya Iris akan datang mengusiknya. Tetapi hal ini tidak bisa dilakukan oleh sahabatnya itu karena ia tengah terbaring di rumah sakit. Ishvara menyunggingkan senyum tipis ketika mengingat tingkah laku Iris yang seperti anak kecil. Mungkin Ishvara bisa merasakan sedikit kesepian seperti saat Iris melakukan perjalanan bisnis. Sangat disayangkan sahabatnya itu masih dirawat hingga kini.

Sejenak Ishvara menatap ponselnya yang tergeletak. Layar ponsel menyala disertai bunyi notifikasi masuk. Nomor asing mengirimkan sebuah pesan padanya. Tangannya yang semula berada di atas keyboard bergerak mengambil ponsel pintarnya.

Jari lentiknya membuka layar ponsel dan segera menekan pesan yang berasal dari notifikasi mengarahkannya pada sebuah ruang pesan.

Tanpa nama, dan hanya nomor yang tertera. Pesan yang dikirim juga membuat Ishvara mengangkat alisnya heran. Hanya satu kalimat tanpa disertai apapun lagi. Telunjuknya mengetuk profile nomor tersebut namun nihil, tak ada apapun apalagi foto.

'Tuan Wylian akan bebas'

Ishvara memilih mengabaikan pesan masuk itu dan melanjutkan sisa pekerjaan yang diberikan Aluna padanya. Hampir setengah jam berkutat tugasnya pun selesai. Benar saja ia tidak membutuhkan waktu yang lama.

Ishvara menyandarkan punggungnya pada kursi. Meregangkan sedikit otot-ototnya yang kaku karena terlalu lama duduk.

Wanita itu mengusap lengannya ketika merasakan suhu yang mulai mendingin. Cuaca akhir-akhir ini tidak menentu, namun seringkali hujan turun disertai awan gelap yang cenderung muncul lebih lama.

Suhu ruangan masih dalam derajat yang cukup. Namun sama sekali tak berpengaruh apa-apa padanya. Ishvara menolehkan kepalanya kembali ketika panggilan masuk dari Iris terdengar di telinganya.

"Ishvara, bisakah datang sore ini? Tolong bawakan aku makanan cepat saji. Ah aku sungguh menginginkan? Apa kau tidak mengasihani ku?" cicit Iris ketika panggilan teleponnya di angkat.

***

Ishvara berjalan di sepanjang lorong rumah sakit. Bau obat selalu saja menusuk hidungnya ketika berjalan menuju ruang rawat inap. Sambil menenteng tas berisikan bubur hangat serta makanan yang dipesankan Iris. Ishvara sesekali memandangi ponselnya.

Begitu sampai di ruangan rawat inap Ishvara tersenyum membuka pintu tersebut sambil mengangkat tinggi tas yang ia bawa.

"Apa tidak masalah?" tanya Ishvara sedikit khawatir melihat Iris yang langsung meraup tas yang ia bawa dan mengeluarkan kentang serta burger dan soda yang Ishvara selundupkan.

The Cruel Duke and DuchessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang