Keadaan keluarga sejak Shani pergi benar-benar kacau, baik Zee atau Christy bertindak di luar nalar yang membuat kepala Gracia berdenyut setiap hari. Kenakalan-kenakalan yang sengaja mereka lakukan benar-benar menguji kesabaran seorang Shania Gracia. Terhitung sudah lebih dari satu bulan Shani angkat kaki dari rumah mereka, hal itu juga yang membuat kedua adiknya berubah total.
Zee semakin berulah dan cuek pada omongannya sedangkan Christy sering melamun dan mengabaikan dirinya seakan seluruh ucapannya hanya angin lalu. Contohnya seperti saat ini, Gracia yang sedang mengambil alih tugas Shani sebagai kakak mereka dibuat pusing karena Zee dan Christy tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya, padahal mereka tahu Gracia punya agenda meeting yang tak bisa ditunda lagi.
Mengusap wajahnya kasar, kepalanya pusing melihat waktu yang semakin mepet. Gracia turun dari mobilnya, berjalan menyusuri sekolah yang mulai sepi. Satu demi satu lantai sekolah dia singgahi tetapi tak kunjung menemukan keberadaan kedua adiknya.
Gracia menghentikan langkahnya, semua sudut sekolah sudah dia lewati tetapi Zee dan Christy masih belum bisa ditemukan. Gracia memejamkan matanya, sudah dipastikan para kliennya pasti sangat marah karena dia tidak disiplin padahal meeting kali ini benar-benar sangat penting untuk kemajuan perusahaan.
"Di mana sih mereka?"
Terlintas di pikiran satu tempat yang masih belum dia kunjungi, rooftop. Segera si cantik itu melangkah menaiki tangga, tak peduli kakinya yang sudah sangat lelah berjalan mengelilingi sekolah yang luar biasa luasnya ini. Saat hampir mencapai tangga terakhir, Gracia lebih dulu mengatur napasnya yang tersengal. Kakinya seperti akan lepas dari tempatnya, dia benar-benar kelelahan menghadapi sikap adik-adiknya.
Setelah mulai tenang, Gracia kembali melanjutkan langkahnya hingga kini berada di depan pintu rooftop. Saat ingin membuka, terdengar suara sang adik yang membuat gerakannya terhenti. Dengan wajah serius, di dengarkannya pembicaraan kedua adiknya yang sedang menangis.
"Zoy, ci Shani kayaknya bener-bener pergi deh. Buktinya sejak aku masuk rumah sakit sampai aku keluar ci Shani gak pernah ngunjungin aku"
"Gak tahu aku toy, aku juga bingung. Ci Shani apa bener udah nyerah?"
"Hiks.. hiks.. kangen tahu sama ci Shani. Itu nenek tua emang bener-bener yah, seenaknya ngusir cici aku!!"
"Kamu jangan nangis dong toy, aku jadi mau nangis nih"
"Hiks.. hiks.. yaudah nangis aja biar bareng nangisnya"
"Kamu mah.. hiks.. hiks.. ci Shani!! Christoy buat Zee nangis.. hiks.. hiks.."
Gracia terkekeh dan mengusap kasar air matanya yang tanpa sadar mengalir, hatinya tersentuh mendengar obrolan dua bocah itu. Gracia sepertinya baru ingat jika Shani berperan sangat penting bagi kedua adiknya dan juga dirinya(?).
"Hiks.. hiks.. Zoy sini peluk aku, lagi sedih nih"
"Gak mau.. hiks.. hiks.. k-kamu buat aku nangis, ci Shani!! hiks.. hiks.. pulang kek, gak kangen apa sama adik cici yang keren ini?"
"Kamu lagi nangis bisa-bisanya narsis.. hiks.. kan jadi makin kangen ci Shani"
Gracia melihat kedua adiknya saling memeluk dan menumpahkan kesedihan mereka satu sama lain yang bahkan tak pernah Gracia dengar selama ini. Gracia sadar dirinya terlalu sibuk hingga mengabaikan keadaan kedua adiknya, tanpa sadar dia melimpahkan seluruh tanggung jawabnya sebagai kakak kepada Shani. Sejak kejadian itu, Gracia selalu menyibukkan dirinya dan jika memori diulang, tak pernah lagi dia bicara dari hati ke hati bersama Zee dan Christy. Semua itu dilakukan Shani, jadi wajar saja mereka berdua kehilangan rumah ternyaman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Selamanya [End]
FanfictionMenceritakan empat bersaudara di mana kakak pertamanya tidak akrab dengan kakak biologis mereka, Shani dan Gracia. Kejadian beberapa tahun yang membuat kedua kakak yang dulunya selalu berdua kini bagaikan air dan minyak yang tak bisa bersatu.