Part 18

4.3K 469 72
                                    

"Ci.. cici di mana? ci Gre? iss ke mana sih ci Gre?" Zee mencari Gracia ke seluruh ruang yang ada di rumah, kemarin Christy resmi dipulangkan dari rumah sakit meski kakak sulung mereka sampai memohon kepada sang dokter demi menuruti kemauan si bungsu yang berteriak meminta pulang.

Zee mencari Gracia tentu saja ada alasannya, sejak mengetahui jikalau kedua cicinya telah berbaikan, Shani bagai hilang ditelan bumi karena Gracia selalu ingin bersamanya. Tak seperti dulu lagi yang mudah mencari Shani, Zee sampai meminta beberapa asisten yang bekerja membantunya mencari cici kesayangannya yang hilang diculik kakak keduanya.

"Mana lagi ci Gre? orang ci Shani lagi dibutuhin kok malah diumpetin sih?" Zee terus mendumel, mengeluarkan kata-kata yang mengandung jenaka hingga suara tawa hampir saja terdengar dari beberapa orang yang berada di belakangnya.

"Coba cari di kamarnya nona Gracia, non. Mana tahu nona Shani sedang berada di sana"

Zee berbalik, memutar matanya mendengar usulan tersebut. "Udah bahkan sampe teriak-teriak tapi hening terus kayak gak ada penghuninya. Isss kesel banget!!"

Pembalut luka Christy harus segera diganti dengan balutan yang baru dan hanya Shani yang Zee percaya untuk melakukan itu. Tapi lihatlah, rumah sebesar ini yang membuatnya mengitari ke seluruh ruangan tak membuatnya berhasil menemukan si kurus bertubuh tinggi itu.

Gadis berparas cantik nan ayu itu menoleh saat telinganya menangkap irama langkah kaki beberapa orang yang sedang menuruni tangga. Senyumnya tersungging saat orang yang membuatnya banjir keringat berjalan mendekat ke arahnya dengan senyum penuh arti. Zee berjalan, memasang wajah cemberut dengan tangan direntangkan meminta pelukan.

"Aduh aduh, adik cici kenapa nih?"

"Cici kalau ngilang bilang-bilang kek, kan kalau aku cari gampang nemunya"

Shani serta Gracia tertawa mendengar suara rajukan itu, demi membuat sang adik melupakan rasa kesalnya Shani pun mencium kedua pipi Zee membuat pipi tembam itu tampak bersemu akibat perlakuan hangat yang di dapat.

"Dih, digituin doang langsung blushing. Contoh cici nih, mau diapain tetap b aja" Zee mendengus kesal, menatap sebal Gracia yang dari dulu hobi meledeknya.

"Biarin, itu berarti aku sayang ci Shani"

"Lah, apa hubungannya?"

"Ada dong, iya kan ci?" Zee menatap penuh harap gadis tertinggi di keluarga mereka itu agar mau membelanya, otomatis permohonannya segera dikabulkan Shani dengan anggukan kepala membuat Gracia memberengut manja.

"Kamu kok bilang iya sih? gak asyik banget bela Zee, aku kek yang dibela" jika sudah begini akan berakhir saling cela-menyela membuat Shani segera memutus obrolan. Sangat tahu mengapa Zee sampai menyarinya seperti ini, Shani pun meminta kepada beberapa asisten rumah tangga untuk membawa semangkuk air serta kain dan alat-alat untuk membersihkan luka si bungsu.

Mereka berdua pun Shani tarik untuk berjalan di kedua sisinya, si sulung kembali menghela napas saat kedua tangannya di peluk begitu erat seakan mengadakan lomba untuk menghancurkan tulang lengannya. Mencoba melepas tetapi kedua manusia tukang tempel itu melayangkan tatapan protes yang membuat Shani menggelengkan kepala.

"Aku lupa punya tiga adik yang bocah semua, bahkan yang udah kerja tetap jadi bocah"

Sampai masuk ke kamarnya Christy pun rangkulan lengan itu tak juga dilepaskan membuat Shani kebingungan harus bagaimana. Dengan lembut ditatapnya kedua adiknya membuat Zee serta Gracia mengerucutkan bibir dan mulai melepas lengan Shani yang telah mati rasa. Sedikit ngilu tetapi coba Shani tahan untuk mengganti perban sang adik.

"Cici kok lama? Zizoy pasti ngeselin yah" Shani hanya tertawa sedangkan Zee yang dituduh sebagai pelaku sangat tidak terima.

"Enak aja, aku tuh nyariin ci Shani dulu yang dibawa kabur sama ci Gre"

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang