Waktu terus berjalan dan bulan pun berubah silih berganti, tak terasa hari ini Zee serta Christy akan mengalami ujian berat yaitu ujian semester genap yang artinya sebentar lagi mereka akan naik kelas. Baik Shani mau pun Gracia sama-sama mencari waktu luang untuk menemani adik mereka belajar bahkan Shani sampai mencari guru les privat yang bisa dibawa ke rumah setiap hari.
Ujian kali ini memang sangat penting bagi Zee dan Christy, mereka tak lagi mau main-main seperti ujian hari-hari lalu. Persiapan pun kali ini lebih matang apalagi cici-cici mereka sangat amat protektif hingga rela mengosongkan jadwal berharga mereka demi menemani dua bungsu itu untuk belajar.
Saat ini, Zee masih berada di kamarnya. Jantungnya berdegup kencang sedari tadi, demi apa Zee takut nilainya tak sesuai dengan kerja kerasnya selama beberapa minggu ini. Zee takut mengecewakan cici-cicinya, apalagi selepas ujian dia akan naik kelas 12. Kelas yang menentukan hidupnya akan mengarah ke mana selepas tamat nanti.
"Tenang Zee, kamu bisa. Kamu harus percaya sama diri kamu sendiri" Zee terus menggumamkan kata itu, berharap bisa menjadi penenang hatinya yang gundah saat ini.
Ketukan pintu membuat pandangan Zee teralih, menghela napas panjang lalu berjalan untuk membukakan pintu. Senyumnya tersungging melihat kakak pertamanya menjadi orang pertama yang dia lihat pagi ini, apalagi bentangan tangan itu membuatnya langsung berada dalam dekap hangat sang kepala keluarga.
"Morning, sayangnya cici.." sapa Shani terdengar begitu lembut di telinga Zee.
"Morning too, cici kesayangan Zee"
Shani sedikit mengurai peluk mereka, tersenyum manis melihat pancaran kegugupan di mata sang adik. Shani sangat tahu apa yang Zee rasakan saat ini, jenjang SMA apalagi kenaikan kelas akhir benar-benar membuat setiap siswa stres. Shani juga pernah mengalami bagaimana stresnya memikirkan apakah dia akan naik atau tidak, walau pun sekolah Berlian Angkasa itu milik keluarga Harlan, Gracia dan Shani sebagai pemilik tidak pernah mengizinkan siswa naik kelas dengan suap dari siapa pun. Mereka mau seluruh siswa di sekolah itu lulus karena kecerdasan dan kemampuan masing-masing, bukan backup-an dari orang tua yang kebetulan kaya.
"Percaya gak sama cici?" Zee mengangguk, menatap Shani penuh tanya.
"Cici yakin Zee sama Kitty bisa melewati ujian kali ini, jangan takut tapi tanggung jawab akan semua yang Zee pelajari selama ini. Perbesar tekat sayang, Zee pasti bisa.. Kitty aja cici lihat tadi semangat banget mau ujian, masa kakaknya yang cantik ini kalah semangat sih?" Shani berkata dengan hati-hati, memberikan penerangan kepada Zee yang dia harap mengerti maksudnya.
"Cici gak marah kan semisal apa yang cici harapin ke Zee gak bisa jadi kenyataan saat ini? Zee cuman takut ngecewain cici" Shani tepuk pipi Zee, menggeleng sejenak dan kembali membawa Zee ke dalam pelukannya.
"Gak akan pernah, cici sama ci Gre bakal selalu bangga sama kalian. Cici kecewa kalau kalian ngelakuin hal yang membawa pengaruh buruk di diri kalian, selain itu cici akan selalu bangga punya adik seperti kalian berdua" Zee mendesah lega, ketakutannya berangsur menghilang.
"Udah gak usah panikan gak jelas deh, mending kita sarapan sekarang. Semuanya udah kamu nungguin tuh" Shani menarik lengan Zee, tak mau mendengar alasan sang adik yang menunjukkan wajah malasnya. Zee harus tetap sarapan, kedua adiknya harus tetap sehat apa pun yang terjadi setelah ini.
"Cici gak akan pernah kecewa sama kamu sayang, gak akan pernah"
Di ruang makan, terlihat Gracia dan Christy sedang menunggu kedatangan anggota keluarga yang lain. Gracia bersidekap, wajahnya murung saat wajah Shani tak dia lihat saat matanya terbuka untuk pertama kali tadi. Sedih tapi malu juga harus menunjukkan di depan si bontot yang menatapnya penuh tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Selamanya [End]
FanfictionMenceritakan empat bersaudara di mana kakak pertamanya tidak akrab dengan kakak biologis mereka, Shani dan Gracia. Kejadian beberapa tahun yang membuat kedua kakak yang dulunya selalu berdua kini bagaikan air dan minyak yang tak bisa bersatu.