Bab 40

2.8K 335 46
                                    

Peluru tersebut tak mencapai target karena hanya mengenai sedikit jaket Shani dan mendapat sangat tepat di bagian dada Vando. Sontak saja si pemuja cinta Shania Gracia tersebut berteriak kesakitan hingga menghentikan langkahnya bersama dengan Gracia yang termangu saat semua kejadian itu terjadi di depan matanya. Pria yang tadinya berlutut meminta untuk menikahinya kini terbaring dengan luka tempat di dada bagi kiri itu, wajah yang terluka parah kembali merasakan sakit saat peluru masuk ke dalam tubuhnya.

"C-ci.." bibir Gracia bergetar membuat Shani merengkuh tubuh mungil itu hingga pandangan Gracia tertutup tubuhnya, dengan segera Shani membawa Gracia pergi meninggalkan tempat itu meski tubuhnya sudah mulai kaku karena rasa sakit yang luar biasa.

Zee dan Christy yang berlari ingin mendekat pun terkejut melihat kondisi sang kakak tertua, secepat kilat tubuh Gracia di lepas hingga kini berada dalam pelukan Christy sedang Zee memeriksa kondisi Shani yang mulai melemah. Zee memegang tubuh Shani yang hampir merosot ke jalan, memapah sang kakak dan berjalan lebih dulu meninggalkan Christy dan Gracia.

"Kenapa bisa begini, ci? dan Kitty denger ada suara tembakan tadi, kalian gak kenapa-napa, kan?" Gracia menggeleng lemah, kepalanya berdenyut mengingat berapa mencengangkan adegan itu.

"Ayo lihat ci Shani, dia terluka parah tadi" Christy yang ingin menanyakan kembali pun memilih menutup pembicaraan melihat kondisi sang kakak yang tampak down, ada baiknya memang mereka meninggalkan tempat ini.

Christy dengan hati-hati memapah Gracia menuju parkiran yang di mana Zee tengah melepas jaket agar Shani tak kesulitan bernapas, hatinya merasa hancur dengan keadaan Shani yang seperti ini. Siapa gerangan yang berniat buruk kepada kakaknya? Shani dikenal sebagai pribadi yang ramah di antara putri keluarga Harlan, jadi sangat tidak masuk akal mendapat serangan tiba-tiba di mana mereka bahkan tidak berada di negara sendiri.

"Cici belum mati, Zee. Jadi stop ngelihat cici seakan tubuh cici udah kaku" tanpa sadar tangannya mendarat tepat di bibir sang kakak setelah mendengar celetukan itu, hatinya panas mendengar Shani mengatakan kematian semudah itu.

"Bibir cici digaplok, durhaka kamu Zee" ucap Shani, berusaha sesantai mungkin untuk meredakan kekesalan Zee pada dirinya. Ucapannya pasti menyakiti hati Zee meski tak berniat sekali pun, memang faktanya dia belum meninggal dan masih berada di dunia mesti kondisi tubuhnya sangat menyakitkan.

"Biarin, sekali lagi cici ngomong gitu aku tabok lagi bibirnya. Enak aja ngomong gitu, gak mikirin perasaan aku apa?" Zee memelototi matanya membuat Shani terkekeh kemudian mengangguk, mengalah daripada sang adik marah padanya.

Ternyata bukan hanya Zee yang kesal mendengar ucapan Shani, di belakang mereka berdua terdapat Gracia dan Christy yang mendengar semua pembicaraan mereka.

"Mulut ci, awas aja kalau berani ngomong gitu. Becanda itu jangan ngehubungin sama maut dong" protes si bungsu yang berjalan cepat bersama Gracia yang masih terlihat lemah. Shani meringis meratapi dirinya yang seperti anak kecil yang sedang dimarahi, ingin membantah tapi apalah daya ketiga pasang mata menatapnya begitu tajam membuat Shani akhirnya menyerah tanpa perlawanan.

"Ci, kondisi Vando gimana yah? kita ninggalin dia di sana" meski membenci pria tak tahu malu itu tetapi Gracia masih memiliki hati nurani apalagi pria itu tertembak tepat di depan matanya. Ingatan itu seperti tak mau lepas dalam pikirannya membuat hatinya tak tenang. Sementara Shani yang dalam pengobatan melihat raut khawatir sang adik membuat jantungnya berhenti beberapa detik.

"Kamu udah mulai nerima dia, ge?" itulah yang terlintas dalam benaknya, perih tiba-tiba menyerang hatinya namun berkatilah dirinya yang pandai memasang ekspresi.

"Sebentar" Shani mengambil ponsel dalam sakunya, entah menghubungi siapa tetapi yang pasti meminta bantuan untuk membawa Vando ke rumah sakit. Setelah selesai, dia menatap Gracia seraya mengangguk menandakan bahwa semua telah selesai. "Kamu gak usah khawatir, Vando gak akan kenapa-napa, ge"

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang