Part 23

3.1K 349 72
                                    

Kegiatan bahagia keluarga Harlan harus terganggu kala bunyi bel yang terkesan terburu-buru membuat Gracia selaku orang yang paling dekat duduknya dengan pintu pun berdecak kesal. Dengan wajah yang tampak menahan untuk tidak memaki di depan Zee dan Christy, dia langkahkan kakinya bahkan tak sadar Shani mengikutinya dari belakang.

"Bisa sabar gak lo, a*jing?!!" teriak Gracia membuat Shani yang berada di belakangnya tertawa, kesabaran seorang Shania Gracia benar-benar setipis kertas hvs.

"Siap-"

Gracia langsung terdiam, mulutnya yang akan mengeluarkan kata-kata mutiara sontak terkatup kala melihat seseorang yang beberapa tahun ini tak pernah dilihatnya lagi. Seseorang yang membuat Gracia menahan benci terlalu lama kepada Shani, sosok yang membuatnya membenci Shani tanpa mendengar penjelasan sang kakak terlebih dahulu, sosok yang kini dengan enteng berjalan ke arahnya lalu memeluknya dengan senyum manis.

Gracia spontan menutup matanya, sakit.. itulah yang menggambarkan hatinya saat ini. Pelukan ini tak dia harapkan, pelukan ini malah membuatnya teringat bagaimana jahatnya dia bersikap kepada sang kakak dulu. Pelukan ini tergambar atas penderitaan Shani, pelukan atas kehancuran Shani menerima kebencian darinya.

"How are you, cousin? i miss you so bad, how do you feel now? aku kembali, aku bakal di sini terus dan nemenin kamu supaya gak sendirian lagi" pelukan itu terlepas, Gracia tatap datar mata gadis yang membuatnya memasuki lubang hitam bertahun-tahun lamanya.

"Ngapain kamu di sini, Anin? kapan kembali dari Singapore?"

Anin, gadis itu memberengut manja membuat Shani yang masih menonton drama itu menghela napas. Hatinya sakit melihat bagaimana Anin memeluk Gracia, Shani tahu Anin sedang menunggunya untuk marah dan alat yang dipergunakan adalah Gracia.

"Kamu kok nanyainnya kayak gak senang gitu? kamu emang gak kangen sama aku? udah hampir 7 tahun loh kita gak ketemu, aku kangen banget sama kamu Gege manis" Gracia berdecih, membalikkan tubuhnya dan melihat Shani yang pergi tanpa menariknya untuk menjauh dari Anin.

Gracia terkejut, Shani pergi tanpa izin darinya. Shani marah? pertanyaan-pertanyaan itu mulai membuat hatinya resah. Saat hendak menyusul, tangannya di genggam membuat Gracia memutar matanya. Emosi yang semakin tak bisa ditahan membuatnya reflek menghempas kasar tangan Anin.

"Kamu bukan anak kecil lagi Anin, bersikaplah seperti orang dewasa" ucap Gracia dingin, setelah itu berlalu meninggalkan Anin yang terlihat tak percaya akan sikap kasar Gracia kepadanya.

Guratan amarah mulai menguasai wajah cantik khas sumatera itu, ternyata apa yang oma katakan benar. Shani berhasil meracuni pikiran Gracia untuk membenci keluarganya sendiri. "Awas kamu Shani, aku akan buat kamu gila setelah ini"

Gracia mencari Shani, rasa takut itu hinggap dan menetap hingga saat ini. Gracia takut Shani menjauh, Gracia gak mau kejadian waktu itu terulang kembali, Gracia gak mau Shani marah padanya.

"Ci jangan marah, aku gak bisa"

Flashback On..

Shani dan Gracia remaja masih berada di sekolah mereka, Gracia sedari tadi merengek untuk dibelikan jajanan yang seharusnya tidak boleh dibeli. Shani sudah melarangnya, dari lembut sampai nada suaranya naik tetapi Gracia tak kunjung mendengar. Gadis bertulang hidung lebih itu malah merengek dan tak malu menangis di depan umum membuat Shani menahan kesal sekaligus gemas melihat wajah lucu milik sang adik.

"Ge udah dong makan telur gulungnya, mama kan masak di rumah. Udah yah? nanti kamu sakit perut loh" Shani harus menaikkan sabarnya saat Gracia kembali menggeleng.

"Diem deh ci, Gege lagi makan enak nih jadi cici dilarang ganggu. Kalau cici mau pulang duluan gak apa-apa, nanti Gege tinggal bilang Anin buat jemput ke sekolah"

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang