Part 7

4.5K 475 65
                                    

"Belum bisa ngelunakin si Gege kamu, Shan?"

Shani hampir saja jatuh jika tak bisa menahan tubuhnya saat mendengar suara seseorang yang tepat di telinganya, segera dia menoleh dan bernapas lega saat tahu papanya lah dalang yang membuatnya terkejut. Sedangkan si pelaku hanya tertawa melihat anak sulungnya sampai se terkejut itu karena ulahnya.

"Papa demen banget ngagetin Shani!!" dumelnya yang hanya dijawab suara tawa, hal itu membuat Shani memberengut kesal.

"Lagian kamu suka banget bengong di sini, udah tahu halaman belakang rumah kita banyak yang bilang serem tapi kamu tetep aja ngeyel buat duduk di sini" Shani mengabaikan perkataan sang papa, tatapannya kembali fokus melihat halaman belakang yang telah disulap olehnya menjadi taman yang begitu cantik.

Taman yang berisi bunga-bunga indah seperti mawar merah, daisy, matahari hingga anggrek. Semuanya di desain oleh Shani sendiri, dia tata secantik mungkin sehingga kini taman belakang itu menjadi tempatnya untuk berteduh kala ingin memiliki waktu sendiri atau ingin mencari inspirasi.

"Kan bengong lagi, jawab pertanyaan papa, Shani" Shani berdecak dan menatap sendu sang papa, usahanya semalaman untuk membuat Gracia mengerti berakhir gagal malah kedua adiknya juga ikut-ikutan tidak mau bicara dengannya karena hanya dia yang setuju usulan sang papa "Gagal pa, malah Zee sama Kitty juga ikut-ikutan marah sama Shani"

Bima tersenyum melihat anak sulungnya bersedih, dia tepuk bahu tegap anaknya membuat Shani menoleh. Bima sedikit kikuk ditatap seserius itu oleh Shani, jarang sekali Shani bertingkah seperti ini.

"Pa.."

"Kenapa, sayang?"

"Apa bener aku anak pungut papa sama mama?"

Bima tertegun mendengar sang anak bertanya seperti itu, napasnya tercekat melihat Shani yang juga menatapnya sangat lekat seperti menginginkannya untuk menjawab secara lugas atas pertanyaan yang anaknya berikan.

"Kenapa nanya gitu sih? ada-ada aja kamu" Bima berkilah, dia tertawa kaku melihat Shani yang masih menatapnya.

"Jika Shani emang anak kandung papa, kenapa nama Shani gak ada marga papa? kenapa nama belakang Shani itu Natio bukan Harlan?" Bima benar-benar dibuat kalah telak saat Shani kembali mengajukan pertanyaan, Bima menghela napas panjang lalu memutar tubuhnya hingga kini sepenuhnya berhadapan dengan sang anak yang selalu membanggakannya ini.

"Umur kamu berapa sekarang, sayang?" Shani mengernyit mendengar pertanyaan sang papa yang sangat tidak berhubungan dengan pertanyaannya.

"Umur Shani 18 tahun, papa kok malah nanya yang lain sih?" ucapnya kesal.

Bima tersenyum tipis, tangannya terangkat merangkul bahu sang anak lalu kembali menatap Shani tetapi lebih dalam dari yang tadi. "Papa harus mulai dari mana atas semua kebingungan kamu, sayang?"

Shani berurai air mata, ucapan sang papa seakan membuktikan kejanggalan-kejanggalannya selama ini. Berarti memang benar dia bukanlah anak kandung keluarga Harlan, pantas saja oma sering kali mengatainya anak pungut yang tidak tahu diuntung.

"J-jadi bener Shani bukan a-anak kandung papa sama mama?" Bima kembali menghela napas dan dengan berat hati mengangguk membuat tangis Shani menguar begitu saja, Bima segera mendekap Shani dan membiarkan anak sulungnya menumpahkan segala rasa sakit yang sebenarnya tidak mau dia katakan.

"Maafin papa yah sayang, maafin papa.." lirihnya membuat tangis Shani semakin terdengar pilu, kenyataan yang sungguh menyakitkan hatinya. Delapan belas tahun dia disayangi sama dua orang yang dia anggap sebagai orang tua kandungnya, hal yang baru dia dengar tentu saja membuat jiwanya sedikit terguncang.

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang