Part 25

3.3K 437 85
                                    

"Dari mana aja kamu?" langkah kaki yang diusahakan sepelan mungkin harus terhenti kala lampu yang tampak padam tiba-tiba terang kembali. Si jangkung pun menutup matanya mendapat pertanyaan seperti itu, dengan takut gadis itu memutar tubuhnya hingga kini berada tepat di depan sang adik.

"Jawab aku ci, dari mana aja kamu? jam segini baru pulang? kenapa gak sekalian aja kamu nginep entah di mana itu?" Shani yang semula menutup mata perlahan membukanya dan memasang ekspresi datar, menatap Gracia yang sedang bersidekap sembari melayangkan tatapan tajam pada dirinya.

"Kamu ngapain masih di sini? udah jam 11 malam ge, kamu gak tidur?" Gracia tertawa sinis, dengan langkah pelan mendekati Shani yang sepertinya enggan membalas tatapan matanya.

"Kamu pikir aku bisa tidur saat apa pun info tentang kamu gak aku dapetin hampir satu hari ini? kamu pikir aku bisa tidur tenang tanpa tahu kondisi kakakku sendiri? kamu udah makan atau belum, kamu di mana, sama siapa, ngapain aja, kamu pikir aku bisa tenang tanpa tahu semua itu?"

Gracia merapatkan tubuhnya ke arah Shani yang terus mengalihkan pandangannya, sebenarnya apa yang terjadi selama Shani tak berada di rumah? mengapa kakaknya itu terlihat berbeda?

"Ci tolong, tolong jangan diemin aku terus. Aku capek nerka hati kamu, aku capek selalu ngomong sendiri padahal di depanku itu kamu. Tolong ci, kasih tahu aku kalau aku ada salah, jangan diem dan mengalihkan pandangan kayak yang kamu lakuin saat ini" dengan lemah Gracia sandarkan wajahnya di bahu Shani, suaranya mulai bergetar dan itu membuat Shani memejamkan matanya.

"Jika kamu masih kesal sama aku, setidaknya kabarin Zee sama Kitty. Mereka bahkan melewatkan makan malam karena kamu gak ada, aku juga. Kami mengkhawatirkan pelindung kami yang gak tahu ke mana, aku rindu kamu, ci" air mata yang sedari tadi coba ditahan akhirnya luruh dari sudut mata Gracia, dadanya sangat sesak saat banyaknya kata-kata yang keluar tak direspon apa pun oleh Shani.

Sungguh Gracia lelah, pikiran dan hatinya tak lagi bisa diajak kerjasama mengenai Shani. Gracia tak mau Shani semakin memberi jarak kepadanya, Gracia tidak mau itu terjadi tetapi jika terus-terusan diam pun tak akan ada hasilnya.

"Ci, Gege rindu, tolong berhenti silent treatment sama Gege" Gracia menutup matanya, membiarkan dirinya yang memeluk Shani sendirian tanpa dibalas. Setidaknya untuk saat ini Gracia bisa melegakan hatinya yang sedari tadi risau mencari keberadaan kakaknya itu.

Sedangkan Shani yang tak lagi mendengar suara Gracia pun menghela napas berat, betapa bodohnya dia mendiamkan sang adik yang bahkan menjaga hatinya dan sangat hati-hati dalam bertindak. Pertemuannya dengan Sisca masih terus ada dalam pikirannya, pembicaraan yang cukup menguras hati serta emosionalnya.

Flashback On..

Kedatangan Shani disambut begitu antusias oleh Sisca, mereka saling berpelukan dan menyampaikan rindu untuk satu sama lain. Sisca juga memberitahu Shani alasannya tak lagi tinggal di komplek dan memilih menetap di apartemen yang beberapa bulan lalu dibelinya.

"Serius papa kamu sekasar itu? gak yakin aku ah, jangan suka bohong deh" Shani menggelengkan kepalanya atas ungkapan yang Sisca torehkan padanya.

"Kamu mah giliran aku serius gak percaya, kalau aku becanda kamu anggapnya serius. Maumu apa sehh Shani Indira?" Sisca menatap sebal Shani yang terkekeh.

"Tapi masa sih, Sis? ampe nyuruh bodyguard buat narik kamu pulang. Ada-ada aja emang orang kaya, bukannya ngomong baik-baik malah nyuruh orang nyakitin anaknya"

"Hellow, anda sadar gak anda juga orang kaya nona Shani?"

"Tapi aku gak pernah kasar yah, sama kamu aja aku lembut banget"

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang