Part 34

3.4K 393 77
                                    

"Ge, masih betah di sini? udah malem ini, yuk balik kasihan Zee sama Kitty kalau nyampe rumah duluan" Shani menghela napas melihat gelengan kepala dari sosok yang tak kunjung puas melihat pemandangan yang memang Shani akui sangat indah apalagi dilihat dengan pencahayaan temarang seperti ini. Meski begitu Shani juga tak mau terlena dan melupakan keadaan adik-adik mereka, Shani takut Zee dan Christy marah karena mereka terlalu lama kembali ke rumah.

"Masih mau di sini ci, di rumah sumpek enakan di sini" Gracia memalingkan wajahnya, menatap lembut ke arah Shani lalu memejamkan mata saat telapak tangan besar nan lembut mengelus surai hitamnya.

"Kapan-kapan ke sini lagi yah? cici takut Zee sama Kitty nyariin kita, pulang yuk" Shani kembali berkata dengan nada yang lebih diperhalus, sangat tahu jika nada bicaranya sedikit saja menaik bisa membuat suasana hati si pendek ini berubah.

"Tapi kan cici janji mau temenin Gege makan es krim, cici boong iss sebel sebel sebel!! kalau gitu mending jangan janji deh, aku dari tadi nungguin malah diajakin pulang" bibir tebal itu dengan sengaja dikerucutkan, netra indah milik Shania Gracia melirik tipis ke arah lawan bicara seolah saat ini dirinya benar-benar kesal karena berhasil dibohongi.

Pastinya tindakan rajuknya itu hanyalah akting belaka karena Gracia tak akan pernah bisa marah sama sosok yang menatapnya lembut dan tak pernah berubah hingga saat ini.

Shani tertawa, perutnya seperti digelitik mendengar guyonan aneh sang adik. Memang benar saat mereka baru saja menginjakkan kaki di tempat ini, Gracia berkata ingin makan es krim membuat dirinya langsung mengiyakan permintaan sang adik meski hingga saat ini belum dapat dia kabulkan.

"Si bayi ternyata udah nungguin yah? maaf cici tadi lupa, yuk beli sekarang" saat Shani yang sudah berniat menarik tangan Gracia pun terhenti mendengar isak tangis lirih yang adiknya keluarkan. Entah hal apa yang membuat adiknya menangis tetapi Shani tahu yang saat ini Gracia perlukan hanyalah pelukan dari dirinya.

Shani peluk tubuh kecil itu dengan eratnya seolah tak mengizinkan siapa pun menarik sang adik dari dalam genggamannya, sesekali mengecup pucuk kepala Gracia dan hal itu berhasil membuat isak tangis sang adik perlahan berhenti. Merasa tangis itu tak terdengar lagi membuat Shani menatap sang adik yang juga menatap ke arahnya.

"Cici.."

"Iya Gege" jawab Shani dengan senyum manisnya. Tetapi wajahnya berubah bingung saat Gracia memanyunkan bibirnya.

"Kok cemberut gitu, adiknya cici yang gemes ini kenapa?" gadis jangkung itu mencubit pelan pipi perempuan yang ada dalam dekapannya, Shani benar-benar ingin sekali menggigit pipi bakpao putih itu.

"Cici kan gak gitu manggil Gege, ada panjangannya!!" Gracia merengek, menelusupkan wajahnya ke ceruk leher sang kakak dan menggeliat membuat Shani terpaksa menengadahkan wajahnya memberi akses kepada sang adik.

"Hah panggilannya gimana emang? Shani mikir Shan, jangan sampe si bayi nangis karena lo lupa nama panggilan dia" Shani memikirkan beberapa hal lalu yang sudah dia lupakan sembari mencium rambut adiknya untuk menenangkan Gracia yang terus-terusan merengek.

"My baby bunny Gege kesayangan cici, mau gak digendong?" seketika tingkah aneh yang diperbuat si mungil terhenti mendengar panggilan serta ajakan yang sudah lama tak dia dengar. Raut wajah malu-malu yang mengakibatkan pipinya bersemu membuat Shani tak kuasa menahan diri terlalu lama untuk tidak menciumi seluruh wajah sang adik termasuk bibirnya.

Shani memegang pinggang ramping itu lalu mengangkatnya hingga kedua kaki Gracia melingkar manis di tubuhnya, keduanya saling bertatapan untuk menunjukkan betapa mereka saling berkasih sayang lewat tatapan itu. "Jangan tinggalin aku yah ge, aku gak akan pernah bisa bayangin hidup aku tanpa ada kamu di dalamnya"

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang