Derap langkah seseorang yang terdengar begitu jelas mengambil atensi semua orang yang berada di ruang tunggu, pria-pria tinggi berbadan besar nan tegap sontak menundukkan kepala sebagai tanda hormat kepada majikannya yang wajahnya tampak tak bersahabat. Salah satu dari mereka sontak menunduk dalam saat kepala keluarga Harlan itu mendekat dengan rahang mengeras.
Plak!!
Yang ditampar hanya menunduk dengan mata tertutup merasakan tamparan yang begitu kuat dari perempuan tinggi itu. Ini konsekuensi atas kelalaian mereka dalam bekerja, mendapat hukuman yang setimpal dari anak tertua di keluarga Harlan ini.
"Kau bodoh, hah?!! sudah saya katakan jaga Zee sama Christy, kenapa bisa adik saya berakhir di rumah sakit?!!" tangan gadis itu menarik kerah baju pria itu dengan kasar, tatapannya diselimuti oleh rasa amarah membuat atmosfer di sekitarnya terasa menyeramkan.
Gadis yang biasanya bersikap lembut itu benar-benar tampak berbeda saat ini, wajahnya dipenuhi oleh kemarahan membuat tak ada yang bisa mendekat ke arahnya.
"Maafkan saya nona Shani, saya lalai pada pekerjaan saya" Shani berdecih, melayangkan tangan hendak memberi tinjuan kepada pria itu tetapi terhalang karena seaeorang memegang kepalan tangannya membuat Shani menoleh.
"Udah, percuma kamu marah karena kejadian ini gak bisa diputar lagi"
"Tapi mereka lalai bekerja, ge. Kita gaji mereka untuk jaga Zee sama Kitty tapi mereka gak becus!!"
"Jadi, kamu mau gimana? mau hancurin rumah sakit sama sekolah yang mereka tempati?" ucapan yang terlontar dari mulut Gracia benar-benar menohok hati Shani, cengkraman di kerah pria itu mulai mengendur seiring Shani yang mengatur napasnya.
Shani memang tidak memberikan tinjuannya kepada pria itu tetapi kepada dinding yang tak memiliki salah sedikit pun. Shani lampiasin amarahnya dengan memukuli dinding tak peduli tangannya yang mulai memar. Hatinya benar-benar panas saat ini, Shani harus mencari pelampiasan terbaik untuk menenangkan hatinya.
Saat akan memberikan tinjuan lagi, tiba-tiba Gracia berdiri dihadapannya dengan mata tertutup saat kepalan tangannya hampir saja mengenai mata sang adik. Segera Shani turunkan tangannya dengan wajah khawatir, apalagi Gracia mengeluarkan air mata di celah matanya yang tertutup.
"Kamu ngapain, Gracia?!!" Gracia perlahan membuka matanya, kedua mata itu berpapasan dengan netra Shani yang tertutupi amarah. Tangannya terangkat dan mengusap pipi Shani membuat gadis jangkung itu perlahan memejamkan matanya.
"Jangan menggila di rumah sakit, cukup itu jadi urusan kita berdua nanti, ci Shani" tentu saja Gracia mengatakan itu dengan suara lirih, dia tak mau orang-orang di sini terutama Zee tahu betapa kejamnya seorang Shani Indira. Yang tahu dan hanya boleh tahu itu dirinya, karena hanya dia yang tahan melihat aksi gila Shani.
Shani mengangguk pelan, mulai menenangkan diri dan perlahan membuka mata. Keduanya kembali bersitatap sebelum Shani melepaskan diri dan mendekati Zee yang bergetar ketakutan. Ditariknya sang adik ke dalam pelukan membuat isakan itu berganti menjadi teriakan saat tangan lembut sang kakak mengusap kepalanya.
"Cici!! Kitty gak bakal kenapa-napa, kan? awas aja si Jessi.. hiks.. bakal aku bunuh dia kalau Kitty sampai kenapa-napa?!!" Shani tetap mengusap kepala sang adik meski mulutnya tak kunjung memberi jawaban, keadaan Christy sangat mengkhawatirkan apalagi si bungsu yang manja itu memiliki ketahanan tubuh yang rentan daripada saudari-saudarinya yang lain.
"Kamu tenang yah, cici yakin Kitty gak bakal kenapa-napa. Kamu percaya cici, kan?" Shani melerai pelukan mereka, menatap Zee dengan sorot mata penuh keyakinan membuat Zee perlahan mengangguk.
"Zee percaya cici"
"Yaudah, turuti ucapan cici dulu yah. Kamu pulang ke rumah lalu ganti pakaian, makan siang baru kembali ke rumah sakit lagi. Jangan ada alasan, cici gak mau tahu kamu suka atau gak saran ini tapi cici maksa" Shani tak memberi kesempatan sedikit pun saat Zee hendak melayangkan protes atas titah sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Selamanya [End]
FanficMenceritakan empat bersaudara di mana kakak pertamanya tidak akrab dengan kakak biologis mereka, Shani dan Gracia. Kejadian beberapa tahun yang membuat kedua kakak yang dulunya selalu berdua kini bagaikan air dan minyak yang tak bisa bersatu.