Part 2

5.6K 486 46
                                    

Wanita cantik yang memiliki tubuh yang sangat sempurna bagi banyak orang sedang menunggu kepulangan kedua adiknya, mengabaikan tatapan memuja beberapa gadis seusia adiknya. Sesekali melirik jam tangannya dan ternyata sudah lima belas menit bel berbunyi tetapi kedua adiknya tak kunjung keluar.

Hendak melangkahkan kaki tetapi tak jadi saat melihat sang adik kedua terlibat adu mulut dengan anak seusianya, Shani segera melangkahkan kaki saat Zee hampir terjatuh karena di dorong gadis yang menatapnya remeh. Rahangnya mengeras melihat Christy tersandung dan meringis kesakitan. Segera Shani papah kedua adiknya dan menatap tajam gadis dihadapannya ini sedangkan gadis itu malah menatapnya penuh kagum membuat Zee dan Christy tak mengindahkan sakitnya. Keduanya tidak ingin cici kesayangan mereka ditatap seperti itu sama orang lain, yang boleh menatap Shani seperti itu hanya mereka berdua saja.

Shani memeriksa tubuh Zee lebih dahulu sebelum Christy, diperiksanya sampai bawah dan Shani berusaha menekan amarahnya melihat siku tangan Zee terluka. Setelah itu, Shani periksa Christy dan dia tak bisa lagi menahan amarah melihat darah mengucur dari dengkul kiri adik bungsunya. Shani tatap tajam gadis yang membuat kedua adiknya terluka, dicengkramnya kuat rahang gadis itu membuat Zee dan Christy sangat panik.

Mereka melupakan satu fakta tentang cicinya, Shani akan menuntas habis siapa saja yang melukai adik-adiknya. Shani sangat bertanggung jawab sebagai kepala keluarga di keluarga Harlan, Zee serta Christy tahu siapa Shani sebenarnya tapi mereka tak mempedulikan itu. Selama Shani menyayangi mereka, itu lebih dari cukup untuk Zee dan Christy.

"Apa maksud anda melakukan itu? anda melukai adik saya!!" suara bass yang dilontarkan Shani membuat beberapa orang yang berlalu lalang berhenti dan kini menatap mereka seolah penonton yang siap berteriak mendukung siapa pemenangnya.

Yang ditanya tidak menjawab malah semakin terpesona melihat sikap Shani yang penuh wibawa, si pemilik lesung pipi itu berdecak lalu melepaskan cengkramannya. Menarik lembut kedua lengan sang adik lalu berjalan meninggalkan halaman sekolah, mengabaikan teriakan gadis yang terdengar begitu terpukau padanya.

Shani buka pintu di samping kemudi untuk Zee lalu membuka pintu belakang untuk Christy, sebelum masuk Shani mengambil dua tas yang berada di punggung adik-adiknya lalu Shani taruh di bagasi. Mobil Range Rover keluaran terbaru itu melenggang pergi meninggalkan parkiran sekolah bersamaan terdengarnya nada dering dari ponsel Shani.

"Bentar yah sayangnya cici, cici izin bentar ngangkat telepon dari kak Sisca" Zee dan Christy mengangguk patuh dan menatap jalanan membiarkan Shani yang berbicara kepada orang yang meneleponnya dan memakai earphone.

"Iya Sisca, bentar yah"

"..."

"Iya Sisca ku tersayang, sabar. Emang udah nyampe kamu?"

"..."

"Oh udah nyampe yah? oke bentar lagi aku sampe di sana"

"..."

"Hahaha iya-iya, nanti aku beliin yang banyak buat kamu. Dah.."

Shani melepaskan earphone-nya dan terkejut saat kedua adiknya menatap dirinya penuh selidik. "Kenapa kalian ngeliatin cici gitu banget?"

"Cici mau ke mana?!!"

Shani tertawa saat Zee dan Christy kompak mengajukan pertanyaan kepadanya. Sebelah tangannya menjulur mengusap kepala Zee membuat Christy mengedepankan tubuhnya dengan kepala yang sedikit tertunduk agar Shani juga mengusap kepalanya. Senyumnya terbit saat mendapatkan apa yang dia inginkan, cicinya memang adil dalam segala hal.

"Cici belum jawab loh pertanyaan Zee sama Toya"

"Cici mau pergi sama kak Sisca, udah janjian lama tapi baru sekarang terlaksana. Setelah nganter kalian sampe rumah, cici langsung berangkat"

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang