Part 16

4.3K 437 53
                                    

Shani tampak masih terlelap di ranjang rumah sakit akibat suntikan obat penenang, sedang Christy di kamar sebelah sudah berhasil membuka mata dan kini bercengkrama bersama Zee meski fokusnya tidak untuk sang lawan bicara. Matanya terus mengedar ke mana-mana, mencari sesuatu yang Zee sangat tahu apa itu.

"Ci Shani lagi di luar Toy, lagi ngobrol sama dokter lalu ke bagian administrasi. Sekarang yang ada tuh aku, tatap aku kek bukan malah ke mana-mana matanya. Sedih banget dikacangin terus" Zee harus memasang wajah semelas mungkin agar membuat perhatian si bungsu bisa teralihkan. Zee juga tak siap menghadapi pertanyaan demi pertanyaan melihat mimik wajah Christy yang sangat kentara bingungnya.

"Ihh kamu jangan ngambek dong Zoy, iya-iya aku ngobrol nih sama kamu" Christy panik sendiri melihat mata Zee mulai berkaca-kaca, hampir saja menarik infus yang berada di punggung tangannya sebelum Zee memegang dan menatapnya dengan wajah tak percaya.

"Kamu seneng dimarahin atau gimana? segala mau dicopot infusnya, kena marah ci Gre aku gak mau bantuin yah" ucap Zee yang hanya dibalas cengiran polos dari Christy.

"Abisnya kamu mau nangis gitu, mana tega aku lihatnya" Christy mengusap kepala belakangnya saat Zee menatapnya begitu tajam. "Jangan serem-serem gitu Zoy, jatuhnya muka kamu kayak valak"

"Enak aja, masa muka aku yang cakepnya bukan main disamain sama valak? kamu tuh kayak tuyul"

Keduanya saling melempar candaan satu sama lain dan itu benar-benar berhasil membuat fokus Christy teralihkan. Zee benar-benar bersyukur untuk hal itu, setidaknya saudarinya tak mengeluarkan air mata untuk saat ini. Dibenaknya terus merapalkan doa agar Shani baik-baik saja di kaamr sebelah, meski Zee tersenyum tetapi hatinya benar-benar resah kala Gracia tak kunjung masuk ke dalam ruangan Christy.

"Zoyy.. Zizoyy.. astaga Zoya!!" Zee hampir saja jatuh saat Christy berteriak tepat di telinganya, dielusnya telinga yang telah menjadi korban sembari menatap Christy yang tertawa puas melihat Zee kesakitan.

"Kamu mah iseng banget, aku balas nanti kamu marah" kesal Zee tak dipedulikan Christy.

"Biarin, siapa suruh budek dipanggilin dari tadi juga?" Christy sepertinya tampak marah melihat cara dirinya mengabaikan saudari yang kini menatapnya sembari mengerucutkan bibir. Sengaja, meminta perhatian akan tetapi untuk kali ini membuat wajah selucu-lucunya takkan mampu meredakan kekesalan bungsu menggemaskan itu.

"Toy, kamu serius marah sama aku?" diam, hal itu sukses membuat raut wajah Zee berubah pias. Tak mau, dia tak suka diabaikan seperti ini apalagi diabaikan saudarinya sendiri.

Zee yang tadinya duduk di kursi perlahan menjatuhkan bokongnya di ranjang sang pasien yang telah membalikkan pandangan hingga yang Zee lihat hanyalah punggung kecil itu. Si kakak kembali mencoba mengambil atensi agar sang adik melihat ke arahnya tetapi tak juga berhasil.

Hanya satu hal yang tersisa yang bisa Zee lakukan, memeluk Christy untuk meredakan amarah kecil di hati sang adik. Perlahan tangannya terulur dan menyusup masuk di sela-sela lengan Christy lalu memeluk begitu erat perut rata sang adik, Zee jatuhkan wajahnya di tengkuk Christy dan mulai memejamkan mata.

"Jangan lama-lama marahnya, nanti aku kangen.."

Setelah mengatakan itu, Zee mulai memejamkan mata. Hawa yang sejuk serta pelukan yang nyaman ditambah kepenatan setelah sekolah membuat Zee mudah tertidur hingga meninggalkan Christy yang tersenyum merasakan deru napas saudaranya yang teratur.

"Selamat tidur, Zoya-nya Kitty.." yah Christy juga ikut mendatangi alam mimpi bersama Zee. Keduanya terlihat begitu damai dalam lelapnya membuat seseorang yang sedari tadi melihat mereka ikut menebar senyuman.

"Mereka udah tidur, aku suruh kamu masuk kamu gak mau" mendengar ungkapan seseorang yang terdengar kesal membuatnya tertawa dan menoleh ke arah samping.

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang