Part 35

3.3K 368 54
                                    

"Zoy, ci Shani sama ci Gre kok belum pulang sih? udah jam sembilan juga" gadis tinggi yang sedari tadi celingak-celinguk mencari keberadaan dua kakaknya pun mulai khawatir, ini sudah malam dan tak biasanya kedua kakak mereka pulang selarut ini jika bukan karena kepentingan pekerjaan.

"Lah aku juga gak tahu, aku chatting dari tadi juga gak dibalas sama ci Shani. Sabar Toy, kali aja kena macet di jalan"

"Tap-"

Tin.. tin..

"Itu mobil ci Shani!!" keduanya segera berlari keluar dari rumah, bahkan melupakan kaki yang tak memakai alas apa pun hingga kini berada di teras rumah seperti anak yang menanti kepulangan orang tuanya.

Dua bungsu Harlan itu melambaikan tangan mereka setinggi mungkin dengan wajah ceria melihat kakak sulung keluar dari mobil dan berlari kecil mengelilingi mobil untuk membukakan pintu penumpang lalu keluarlah kakak kedua mereka yang tersenyum manis seraya membalas lambaian tangan Zee dan Christy.

Yang ditunggu-tunggu akhirnya kembali juga, tentu saja dengan buah tangan sebagai permintaan maaf karena terlambat pulang dikarenakan insiden tak sengaja tadi. Shani menenteng dua kantong kresek berisi cemilan yang disambut tatapan binar semangat dari kedua adiknya.

"Cici bawain martabak sama cokelat buat kalian, maaf yah kalian nunggu lama soalnya di jalan tadi macet" Gracia melirik Shani dengan wajah seolah tak percaya mendengar alibi yang diberikan gadis jangkung itu membuat Shani tersenyum kikuk mendapat ledekan seperti itu.

"Iya, macet banget kan ci?" tekanan di kata macet membuat pemilik lesung pipi itu memerah, sebelum kedua adiknya menyadari ada hal yang berbeda segera Shani melangkah masuk tanpa permisi membuat Zee dan Christy menatap bingung kakak sulung mereka sedangkan Gracia tertawa puas melihat tingkah konyol saudari kesayangannya itu.

"Ci Shani kenapa tuh, ci?" Gracia mulai menghentikan tawanya, menatap Zee kemudian tersenyum tipis. "Ci Shani masuk angin kali makanya buru-buru masuk" si manis berhidung mancung ini mampu mengelabui kedua adiknya dengan sangat baik, terbukti raut wajah yang tadinya bingung silih berganti menjadi panik sekaligus khawatir.

Tanpa menunggu arahan dari kakak mereka, Zee dan Christy berlari masuk ke dalam rumah mencari sosok yang mereka yakini sedang sakit. Panik, sangat. Mereka tak mau kakak kesayangan mereka sakit, Zee dan Christy tak mau orang yang selalu dijadikan pelindung terbaik runtuh begitu saja.

"Ci Shani!!" pekikan berserta dorongan pintu yang begitu kuat sontak saja membuat Shani yang baru saja membuka jaketnya terkejut, dan yang lebih membuatnya heran saat kedua adiknya melompat ke arahnya yang tak melakukan persiapan menahan diri sehingga ketiganya jatuh di atas kasur empuk milik Shani Indira Natio.

"Awhh.." ketiganya meringis meski mendarat dengan selamat, lalu Zee dan Christy sadar tujuan mereka mendatangi bilik kamar kakak mereka, keduanya berlomba-lomba mengecek keadaan kakak mereka membuat Shani mulai tak nyaman.

"Kalian kenapa sih? teriak-teriak, gak boleh gitu, kita kan di rumah bukan di hutan" ucapnya dengan lembut, tak mau menyakiti hati sang adik jika bersikap kasar.

"Kita mau ngecek keadaan cici, kata ci Gre cici masuk angin makanya buru-buru masuk ke rumah tadi" mendengar itu membuat Shani menghela napas, ternyata biang masalahnya Gracia.

"Si pendek itu benar-benar.." tentu saja Shani hanya bisa berkata dalam hati, jika sampai umpatan itu terdengar ke telinga adik pertamanya bisa-bisa dirinya kena amuk dan diambeki tujuh hari tujuh malam.

Shani mengusap lembut kepala Zee dan Christy membuat kedua bungsu itu menatapnya polos. "Cici gak kenapa-napa kok, tuh lihat cici sehat-sehat aja. Perkataan ci Gre gak usah di dengerin, iseng doang itu"

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang