Part 13

4.1K 453 59
                                    

Saat ini, Sisca sedang berada di ruangannya setelah berdebat panjang bersama Gracia mengenai caranya bersikap kepada Shani yang semakin keterlaluan. Bagaimana tidak, saat Shani mendatangi sang adik bukan perlakuan baik yang dia dapatkan melainkan caci maki bahkan Shani diusir secara tidak hormat oleh Gracia dan itu Sisca saksikan secara langsung.

Helaan napas terdengar begitu frustasi keluar dari mulutnya, sahabatnya itu benar-benar bodoh dalam bertindak. Andai saja yang menjadi adik Shani itu dirinya, sudah dapat dipastikan dia takkan pernah berlaku kasar kepada manusia berhati sutra itu.

Matanya yang semula terpejam sontak terbuka mendengar seseorang membuka pintu ruangannya, senyum tersungging begitu manis saat tahu siapa yang tengah mengganggu masa istirahatnya.

"Hai ci, what are you doing in here? sini duduk, gak capek apa diri mulu?" yang disapa tersenyum dan menuruti permintaan Sisca. Dia duduk berhadapan dengan Sisca yang tengah menuangkan minum untuknya.

"Nih, di minum dulu. Capek kan nahan tangis dari tadi?" Shani tertawa miris, dia teguk begitu rakus cairan mineral itu membuat Sisca menggelengkan kepala. Keduanya saling menatap satu sama lain, Sisca bisa melihat ada keraguan di mata Shani yang seolah ingin mengungkapkan sesuatu membuatnya tak bisa menahan diri terlalu lama untuk tidak bertanya.

"Kalau mau ngomong tinggal ngomong aja ci, gak usah pake acara gak enak sama aku" Shani menghembuskan napas untuk meredakan rasa canggungnya. Dengan tiba-tiba, dia genggam tangan Sisca membuat gadis manis itu sedikit terkejut.

"Bantuin aku yah, aku perlu banget bantuan kamu"

"Mau bantu apa? coba ngomong pelan-pelan, kamu mau aku bantu kamu dalam hal apa?"

Terlihat gadis tinggi dihadapannya sedang menggigit bibir bawahnya dengan wajah resah, Sisca yang melihat itu pun mengusap punggung tangan Shani agar dia tak perlu merasa tak enak padanya.

"Kamu sahabat sekaligus sekretarisnya Gracia, sedikit banyaknya dia pasti ceritain keluh kesahnya sama kamu. Aku mohon kamu jaga dia yah, kayaknya level kebencian dia sama aku udah batas maksimal. Aku udah gak bisa lagi nasehati dia dalam segala hal, aku pikir mungkin dia lebih mau dengerin kamu daripada aku sekarang. Kalau ada hal yang buat Gracia sedih, tolong bilang ke aku yah Sis. Cuman kamu yang aku percaya di sini, mengenai masalah kantor tolong bicarain juga ke aku. Aku gak bisa lagi nimbrung kalau ada Gracia, dia bisa marah sama aku"

Sisca menatap Shani dengan raut wajah tak percaya, jelas-jelas sekitar beberapa menit yang lalu Shani habis-habisan dihina oleh adiknya sendiri tetapi sekarang perempuan dihadapannya ini meminta bantuan kepadanya untuk menjaga adik yang kurang ajar seperti Gracia? sungguh Sisca sangat tidak mengerti apa yang ada di otak Shani, bisa-bisanya masih memikirkan Gracia disaat sahabatnya itu berlaku seenaknya kepada Shani.

"Kamu sadar kamu minta bantuan ini ke aku?" Shani mengangguk semangat membuat Sisca mendengus kesal. "Kamu lupa gimana sikap Gracia ke kamu tadi? aku aja masih kesel loh sama dia tapi kamu, bisa-bisanya kamu masih bersikap peduli disaat Gracia mandang kamu persis kayak sampah?"

Shani tersenyum tipis, kembali dia anggukan kepalanya meski raut wajahnya menjadi sendu. "Dia adik aku Sis, sampai kapan pun dia bakal terus jadi adik aku meski aku bukan kakak lagi bagi dia. Memang aku bukan anak biologis di keluarga Harlan tapi papa udah nitipin mereka ke aku, amanah itu harus aku jaga seumur hidupku"

"Tapi dia udah kurang ajar sama kamu, ci. Kamu sadar gak?" Shani kembali mengangguk seolah membenarkan ucapan Sisca.

"Dia bersikap kayak gitu karena aku penyebab papa mama kami pergi, aku yang maksa orang tuaku untuk pergi meski mereka bertiga udah nolak. Aku harus tanggung akibat perbuatanku, andai bisa Sisca.. andai bisa waktu diulang mungkin lebih baik aku yang pergi, andai bisa diulang aku mau menggantikan posisi orang tuaku daripada harus kehilangan banyak momen seperti ini"

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang