Part 8

5.2K 503 78
                                    

Ketukan pintu membangunkan seseorang yang tadinya terlelap, dia bangkit dan perlahan meregangkan tubuhnya. Berjalan mendekati pintu, tersenyum manis saat melihat siapa yang mengganggu tidur nyenyaknya.

"Ci Shani akhirnya bangun juga"

Tubuh Shani ditubruk begitu kencang hingga langkahnya harus mundur perlahan, si sulung tersenyum dengan tangan yang mengusap lembut kepala si bungsu. Sejak kejadian di mana Shani dan Gracia saling bicara, tak satu pun di antara mereka memulai obrolan lagi seakan pembicaraan mereka itu percuma. Gracia tetap menjadi Gracia yang dingin dan acuh padanya, hanya saja gadis itu mengizinkan Shani untuk kembali tinggal di rumah Harlan sesuai yang dia mau.

"Kamu kok belum berangkat sekolah? Zee sama ci Gre mana?" Christy melepas pelukan mereka, tanpa aba-aba mengecup kedua pipi Shani dan menarik tangan sang kakak untuk keluar dari kamarnya.

Shani menggelengkan kepala melihat sikap si bungsu yang selalu seperti ini tapi dia juga tak marah malah senang melihat Christy masih sudi bertingkah manja dengannya. Tubuh tegap Shani dibawa menuju ruang makan, di sana sudah terlihat Zee dan Gracia yang duduk berhadapan dan memulai makan mereka seakan tidak terganggu dengan kedatangan Shani dan Christy.

Shani mengernyit bingung merasa hawa yang tak enak di ruang makan, dia menoleh dan tersenyum tipis melihat Christy menonjolkan lidahnya di balik pipi seakan memberikannya kode. Shani mengangguk, dia mengajak Christy untuk duduk di tempat masing-masing. Si sulung duduk di kursi utama, meminta para pelayan untuk menyediakan makanannya tetapi sebelum menyantap menu sarapan yang telah tersedia, Shani tatap kedua saudaranya yang terlihat saling menghindar satu sama lain.

"Zee.." panggil Shani membuat Zee menoleh dan menatapnya seperti biasa tetapi Shani bisa menangkap ada yang lain dari tatapan sang adik yang selalu menjuluki dirinya keren.

"Kenapa makan kamu dikit banget? ayo tambah" Zee hendak menyanggah tetapi Shani kembali melanjutkan kata-katanya. "Gak ada alasan untuk menolak Azizi, turuti permintaan cici karena itu juga demi kebaikan kamu"

Zee memgangguk lesu, mengambil satu sendok nasi goreng lagi untuk dia santap. Dengan wajah ogah-ogahan dia memakan makanannya, dia tak mau ditegur Shani lagi.

Mereka berempat memulai makanannya dengan hening, selain kebiasaan keluarga Harlan tetapi Shani bisa merasakan adanya keributan yang ditimbulkan Zee bersama Gracia. Setelah ini harus Shani tanyakan kepada keduanya, dia harus mendengar dari sisi Zee dan Gracia barulah dia bisa menyimpulkan harus bersikap bagaimana.

Setelah acara sarapan bersama selesai, Zee terlebih dahulu meninggalkan ruang makan disusul Gracia yang telah memakai setelan kerjanya. Mereka berdua pergi dalam suasana hati yang mungkin sedang tidak baik, Shani menoleh kala Christy memegang ujung piyamanya.

"Mereka kenapa, sayang? what happened while i was sleeping? tell me, apa mereka berantem?" Christy tak menjawab, dia merentangkan tangannya membuat Shani spontan mengangkat tubuh sang adik lalu melangkah meninggalkan ruang makan.

Dia langkahkan kakinya menuju ruang keluarga, alisnya menyatu melihat Zee dan Gracia duduk di sofa dan yang lebih aneh lagi keduanya melayangkan tatapan yang begitu tajam kepadanya sehingga membuat Shani berkata-kata apakah dia memiliki salah sehingga kedua adiknya menatapnya setajam itu.

Dengan hati-hati Shani turunkan Christy dari gendongannya, dia perbaiki rambut si bungsu yang tampak berantakan lalu Shani elus kepalanya dengan penuh kasih sayang. "Gih sana keluar, kamu sama Zee nanti telat. Belajar yang benar yah, banggain cici sama ci Gre di sini" Christy mengangguk semangat, mengecup sebelah pipi Shani lalu melangkah dengan riang saat keluar dari rumah.

Shani menggelengkan kepala melihat sikap si bungsu, raut wajahnya seketika berubah melihat Zee dan Gracia yang semakin tajam menatapnya. Sebenarnya dia punya salah apa sih sampai mereka berdua sesangar itu menatapnya?

Bersama Selamanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang