Seorang wanita sedang berjalan menuju suatu taman yang terdapat banyak sekali anak-anak yang sedang bermain bersama orang tuanya. Wanita itu menaikkan dagunya dengan fitur wajah yang sangat angkuh, tangannya melambai kecil sebagai panggilan kepada ajudan-ajudannya membuat beberapa pria berbadan tegap segera datang menghampiri.
"Di mana anakku, Bima?" tanyanya datar, menatap sang ajudan dengan tatapan menusuk.
"Tuan Bima sedang berada di taman ujung bersama nyonya Raya. Apakah nyonya ingin bertemu mereka?" tak hayal pertanyaan itu membuat Rathia Yudono, wanita yang menjabat sebagai pengusaha wanita nomor satu di Indonesia memukul kepala bodyguard nya sekuat tenaga.
"Kau tolol, hah? untuk apa aku berdiri di taman ini jika kau menanyakan hal bodoh seperti itu?" pria itu kembali menundukkan kepalanya, Rathia mendengus kesal lalu berjalan mendekati kerumunan di mana anak kesayangannya tengah beradaptasi dengan anak-anak kecil yang kebetulan hadir di sana. Bima dan Raya sangat menyukai anak kecil, Rathia sangat tahu bagaimana sifat anak bungsunya, Bima menyayangi semua anak kecil dan mendapatkan istri yang juga menyayangi anak kecil terlebih anak kecil yang hidupnya kurang kasih sayang dari orang tua kandung mereka.
Seminggu sekali suami istri itu pasti melakukan kunjungan ke taman di mana banyak anak kecil berada, tak bermaksud apa-apa hanya saja perasaan hangat terhantar di hati mereka saat mendapatkan senyum tanda terimakasih dari anak-anak yang kurang beruntung itu.
Senyum lugu yang ditebar sirna kala beberapa orang berbaju hitam mendorong mereka sedikit kuat hingga terjatuh, Bima yang saat itu berada di samping Raya langsung memasang wajah murkanya pada bodyguard sang mama.
"Kau jangan kasar sama anak kecil!! bisa-bisanya kau membuatnya jatuh!!" bentaknya sembari berjalan mendekati anak kecil yang telah bangkit dan tengah membersihkan pakaiannya dari rumput taman.
Bima mensejajarkan diri dengan anak kecil itu, membantu membersihkan sisa kotoran lalu menatap anak kecil yang membalas tatapannya dengan teduh. "Kau tidak apa-apa, nak? ada bagian tubuhmu yang terluka?"
Anak kecil berambut panjang itu tersenyum lugu sembari menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang terluka paman, tidak usah panik"
Bima mendesah lega, mendirikan tubuhnya lalu menatap malas ke arah Rathia yang menatapnya tajam. Dengan acuh Bima menarik tangan sang istri untuk meninggalkan taman, tak peduli banyaknya panggilan dari si wanita itu yang memancing perhatian orang-orang yang berlalu lalang. Tetapi sikap acuh tak acuhnya harus berhenti tatkala sang istri memegang pundaknya membuat Bima menghentikan langkahnya. Pria itu menatap sang istri dengan wajah sendu, mendengus pelan saat Raya menganggukkan kepalanya.
Hubungannya tak berangsur baik dengan sang mama selama ini, Bima tak menyukai sikap Rathia yang selalu mau ikut campur atas semua hal yang dia kerjakan. Rathia tak membiarkannya bekerja sendiri, dan hal itu membuat Bima merasa harga dirinya sebagai pria dipandang rendah oleh mamanya sendiri.
Dengan hati yang teramat dongkol Bima memutar tubuhnya sehingga kembali bersitatap dengan sang nyonya besar di keluarga Harlan itu. Rathia berjalan mendekat, terpancar rasa rindu yang teramat dalam di netra itu serta wajah sendu saat Bima mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Balikkan pandanganmu, jaga sikapmu dan tatap mama" mendengar itu mau tak mau Bima kembali menatap mamanya, menyusuri bola mata hitam pekat yang dimiliki wanita yang telah melahirkannya itu.
"Untuk apa mama kemari? aku sedang malas beradu argumen dengan mama, kalau mama memintaku pulang mending mama pergi aja dari sini, aku malu denger teriakan mama tadi" Raya yang mendengarnya pun menyikut lengan sang suami, meringis tak enak saat melihat guratan amarah yang sengaja diperlihatkan ibu mertuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Selamanya [End]
FanfictionMenceritakan empat bersaudara di mana kakak pertamanya tidak akrab dengan kakak biologis mereka, Shani dan Gracia. Kejadian beberapa tahun yang membuat kedua kakak yang dulunya selalu berdua kini bagaikan air dan minyak yang tak bisa bersatu.