Part 36 - Damai?

260 55 9
                                    

Renjun membuka matanya perlahan, dia menoleh ke samping dan tidak menemukan Haechan tidur di sebelahnya. Renjun berusaha untuk duduk, barulah dia teringat pertengkaran dengan Haechan semalam, diam-diam Renjun merasa bersalah dengan Haechan karena tidak mengizinkannya tidur sekamar.

"Apa Haechan kedinginan tidur di luar?" Gumam Renjun.

Pemuda itu langsung saja melompat dari ranjang, tetapi kemudian rasa pusing dan juga luka di tubuhnya membuatnya oleng dan terjatuh ke lantai.

Dug!

Bertepatan dengan jatuhnya Renjun, pintu kamarnya terbuka, membuat Mark yang sedang membawa sarapan dan obat melongo.

"Kau kenapa pagi-pagi tidur di lantai?"

Renjun meringis kesakitan, dia kemudian duduk di tepi ranjang dengan bantuan Mark. "Haechan semalam tidur di mana, Mark?"

"Di sofa ruang tamu," jawab Mark, sekilas ia melirik ekspresi Renjun yang tampak bersalah. "Kasihan sekali Haechan kedinginan semalam, tapi kau tenang saja aku sudah menyuruhnya tidur di kamarku dan mengobatinya."

"Nanti jangan lupa makan sarapanmu." Mark menunjuk dengan dagu sarapan yang dia letakkan di atas meja belajar milik Renjun. "Aku akan mengobatimu dulu."

Renjun hanya bergumam untuk menjawab. Mark duduk di sampingnya dan mengobati Renjun.

Renjun meringis kecil saat Mark mengoleskan obat luka di pipinya. "Shht, pelan-pelan Mark, sakit."

"Udah tahu sakit kenapa malah pukul-pukulan dengan adik kesayanganmu?" Mark mencibir.

Renjun hanya berdecak kesal dan membuang muka. "Semua ini gara-gara kau, Mark."

Mark yang sedang menaruh kotak P3K di lemari terkejut. "Kenapa gara-gara aku? Kalian yang tiba-tiba saling pukul kok aku yang disalahin?"

Renjun mengepalkan tangan, dia teringat percakapannya dengan Mark beberapa hari yang lalu.

"Aku sudah memperingatkanmu Mark untuk tidak menyakiti Haechan lagi." Renjun melabrak Mark yang saat itu lagi santai di kamarnya.

"Terserah aku," jawab Mark tak acuh.

Plak!

Renjun memukul kepala Mark yang malah fokus memainkan ponsel.

"Aduh! Kurang ajar sekali kau sama kakakmu, Renjun!"

Renjun duduk di sebelah Mark. "Cih, kau tidak pantas disebut kakak kalau masih menyakiti adiknya."

"Aku juga tidak mau adik seperti Haechan, kalau kau mungkin aku bisa sedikit memikirkannya." Mark menaruh ponselnya.

"Aku tidak mau kakak sepertimu, jahat."

Mark kemudian tersenyum penuh arti. "Ayo kita buat kesepakatan, aku ingin jadi kakak yang baik untukmu dan aku janji tidak akan menyakiti Haechan lagi."

Renjun menoleh dengan cepat, matanya memindai ekspresi Mark untuk mencari letak kebohongan di sana, tetapi yang Renjun lihat hanya ada kesungguhan. "Kenapa kau ingin jadi kakakku?"

"Hm, karena kau menarik?"

Renjun mengernyitkan dahi saat mendengar jawaban ambigu Mark. "Apa rencanamu?"

"Tidak ada sih, aku hanya ingin kau menjadi adikku yang penurut, apalagi di depan Haechan dan aku janji tidak akan menyakiti Haechan lagi," kata Mark bersungguh-sungguh.

"Karena kau terlihat memaksa, aku setuju. Tapi kalau kau masih menyakiti Haechan, aku akan menusuk matamu, Mark." Renjun mengarahkan dua jarinya di depan mata Mark.

Dear My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang