Chapter 7 SA

24 3 0
                                    

...

"Ma, Sky kangen."

Beberapa detik kemudian Sky bangkit, dia bergerak mengambil ponsel di nakas. Jemarinya menari di sana. Dia menatap pilu nama kontak yang terbaca matanya. Kontak Syeril yang diberi nama 'Mama'.

Dengan hati terluka, Sky memutuskan menelepon mamanya. Lalu dengan mata yang berkaca-kaca, Sky menempelkan ponsel itu ke telinganya. Dia kembali duduk sembari menunggu jawaban dari sang mama.

Air mata Sky kembali meluruh begitu deringan di ponsel berganti dengan suara mamanya.

"Hallo, Sky."

"Hallo, Ma," balas Sky sembari mengusap air matanya.

"Kenapa sayang? Kangen Mama, ya?" Terdengar suara Syeril yang begitu tenang dengan sedikit nada bercanda. Namun Sky yakin, mamanya juga sama seperti dirinya, sedang menahan sesak di dadanya.

"Sky?"

"Iya, Ma. Sky kangen Mama." Air mata Sky tak terbendung lagi. Dia memilih mematikan telepon karena tak sanggup mendengar suara mamanya. Sky terguguh dengan air mata yang berjatuhan pada punggung tangan di atas pahanya.

"Kenapa sih, Mama sama Papa harus pisah?" lirih Sky dengan isaknya yang tertahan.

Ponsel Sky berdering tak lama kemudian. Sky membiarkannya hingga dering itu mati dengan sendirinya. Berdering lagi dan dibiarkannya lagi. Berulang kali.

Setelah lebih tenang, Sky mengusap kembali layar ponselnya seraya merebahkan diri di kasur. Jemarinya mengetikkan pesan pada mamanya.

Sky: Maaf, Ma. Tadi Sky ke belakang, panggilan alam. Makanya tadi Sky matiin teleponnya. Enggak tahan soalnya.

Mama: Oh, pantes tiba-tiba mati. Terus sekarang udah lega?

Sky: Udah, Ma. Mama lagi apa?

Mama: Lagi apa ya? Coba tebak.

Sky: Enggak tahu. Nyerah.

Mama: Cemen.

Sky: Emang lagi ngapain sih, Ma? Sibuk nyari penggantinya Papa?

Mama: Mulutnya .... Emang boleh?

Sky: Ahaha .... Boleh. Tapi itu kalau Mama mau Sky sedih, sih.

Mama: Enggak deh. Mama enggak mau kamu sedih. Maunya kamu bahagia.

Sky: Dan bahagianya Sky adalah liat Mama sama Papa bisa bareng lagi.

Mama: Kay ....

Sky: Iya, Ma, Sky ngerti. Mama sekarang lagi apa? Kasih tahu, jangan main tebak-tebakan, Sky lagi males mikir.

Mama: Ahaha .... Enggak lagi ngapa-ngapain, sayang. Kamu sendiri lagi apa?

Sky: Merindukan Mama.

Mama: Sama dong.

Sky: Ya udah sini, Ma.

Mama: Kay ....

Sky: Atau Sky aja yang ke rumah Mama?

Mama: Belum juga seminggu.

Sky: Ya gimana dong, orang kangen.

Mama: Peluk dari jauh.

Sky: Maunya dipeluk langsung.

Mama: Kay ....

Sky: Cuma menyampaikan keinginan, Ma.

Mama: Keinginan diterima. Kamu udah makan?

Sky: Udah. Mama?

Mama: Udah. Makannya banyak atau dikit?

Sky: Banyak kok. Sampe Sky kekenyangan.

Dalam hal ini, Sky berbohong. Dia makan sangat sedikit saat menyantap makan malamnya tadi bersama papanya. Sky sedang tidak nafsu makan.

Mama: Yang bener? Enggak boong nih?

Sky: Hehe .... Habis bukan Mama yang masak.

Mama: Papa kamu bilang sama Mama, katanya ada pembantu di rumah baru?

Sky: Iya, Bi Wen. Tapi ke sini pagi, sore pulang. Waktu Sky tanya-tanya, katanya usianya baru tujuh belas coba, Ma. Ya Sky enggak percayalah. Orang udah tua gituh.

Mama: Haha .... Terus apa kata Bi Wen?

Sky: Bi Wen tetep kekeh kalo usianya masih tujuh belas.

Mama: Ada-ada aja, ya, Bi Wen.

Sky: Iya, Ma. Kalo Mama ketemu langsung sama Bi Wen, pasti ketawa mulu deh Mah. Orangnya lucu.

Mama: Jadi pengen ketemu Bi Wen.

Sky: Nanti kapan-kapan Sky video call-in Mama sama Bi Wen deh.

Mama: Oke. Sekarang kamu tidur, ya? Udah malem banget. Besok sekolah kan? Mama juga besok udah mulai kerja.

Sky: Mama kerja? Kerja di mana?

Mama: Di tempat laundry, sayang, diajakin temen lama Mama yang kerja di sana. Dan kebetulan lagi butuh karyawan. Mama boleh kerja di sana, bagian nyetrika. Sudah ya, kamu tidur, jangan begadang. Nanti pagi-pagi Mama telepon buat bangunin kamu.

Sky: Siap, Bos!

Mama: Selamat tidur Sky putri Mama yang cantik jelita. Jangan lupa baca koran sebelum tidur.

Sky rindu sekali bercanda dengan mamanya. Tapi apalah daya, semua itu hanya tinggal kenangan sekarang.

Sky: Kebiasaan. Masa sebelum tidur baca koran?

Mama: Terus baca apa dong?

Sky: Baca majalah dewasa.

Mama: Eh! Awas kalo berani baca begituan. Mama bakar pabriknya sekalian.

Sky: Ahaha .... Ampun, Ma. Ya udah, Sky tidur nih, ya. Mama juga tidur.

Mama: Iya, sayang.

Sky: Selamat tidur Mama tercinta.

Mama: Selamat tidur juga putri Mama yang cantik jelita.

Rasa sakit di dalam diri Sky sedikit terobati karena obrolannya lewat chat dengan sang mama. Ada binar bahagia dari raut wajahnya. Namun hanya berlangsung beberapa menit saja. Karena ketika alam pikirannya menyadarkan Sky bahwa kedua orang tuanya sudah berpisah, Sky kembali merasakan rongga dadanya seolah menghimpit paru-parunya, membuat sesak.

"Kenapa Mama sama Papa harus bercerai, sih?" pikir Sky. Pertanyaan itu selalu muncul di kepalanya akhir-akhir ini.

Sementara itu, di kamarnya yang sangat sederhana, Syeril memijat keningnya, kepalanya terasa sakit. Perlahan air mata mengaliri pipinya saat ingatannya kembali pada masa sebelum perceraian itu terjadi.

"Maafin Mama ya, Sky, karena Mama tidak bisa bertahan lebih lama menahan sakit hati Mama pada papa kamu. Mama harap kamu bisa memakluminya dan tetap tumbuh dengan baik," lirihnya.

***

Sky Arletta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang