🌸Levin mengedarkan pandangannya untuk menikmati embusan angin di siang hari. Jalanan yang cukup lengang menumbuhkan kedamaian. Bunga kertas warna-warni yang indah tertata rapih di setiap lima meter sekali di sisi jalan, kanan-kiri, cukup memanjakan mata anak perkotaan. Daun kering yang jatuh dalam kehangatan, mengirimkan sinyal ketenangan.
Deru mesin yang tiba-tiba mati di dekat dua remaja tengah duduk, memancing perhatian. Levin tersenyum begitu mengetahui siapa yang keluar dari mobil. Pria dewasa yang berjalan cepat menghampirinya.
"Maaf, Den Levin, kalau saya kurang cepat," katanya sedikit membungkuk.
"Sangat cepat kok. Sangat membuktikan kalau Mas Tedi ada bakat jadi pembalap."
Pria yang dipanggil Mas Tedi oleh Levin, tertawa renyah. "Den Levin bisa aja," timpalnya.
Ada kekosongan sepersekian detik sebelum suara Mas Tedi mengisinya. "Jadi, ada apa Den Levin menyuruh saya kemari? Motornya bermasalah?"
Levin menggeleng. "Motornya aman. Cuma ... ini, temen saya lagi sakit. Disuruh antar pulang sama wali kelas. Karena dia enggak kuat pas motor jalan, jadi kita berhenti di sini."
"Oh, ngerti Den. Tapi ngomong-ngomong ... itu beneran temennya Den Levin atau ...."
"Temen, Mas."
"Oke. Jadi ... mau Mas yang antar atau Den Levin?"
"Saya aja, Mas. Amanah dari guru."
"Sip! Berarti kita tukeran kunci."
Keduanya segera bertukar kunci.
"Butuh bantuan untuk membawanya masuk ke mobil, Den?"
"Enggak usah. Mas pergi aja. Ganggu!"
"Oke. Dengan senang hati. Kalau begitu Mas pamit."
Usai satu anggukkan didapat, Mas Tedi kemudian melesat membawa motor Levin bak pembalap profesional.
Perhatian Levin teralihkan saat merasakan pergerakan kepala Sky di pundaknya.
"Aku ketiduran, ya, Vin? Maaf. Oh, iya, motor kamu?" kata Sky yang melihat di depan sudah tidak ada motor Levin.
"Sudah berubah jadi roda empat, Kay." Levin menunjukkan kunci mobilnya.
"Kok bisa?"
"Bisa. Nanti aku jelasin. Sekarang aku antar kamu pulang."
Sky yang ingin cepat-cepat mendarat di pulau kapuk, hanya menurut saja saat Levin menuntunnya masuk mobil. Sesaat setelah mobil melaju, Levin menceritakan bagaimana bisa motornya berganti jadi mobil pada Sky.
"Maaf ya, Vin, jadi ngrepotin," respons Sky usai Levin menjelaskan.
"Santai, Kay. Kamu tidur lagi aja, enggak akan jatuh kok."
Sky menanggapi dengan senyuman candaan Levin.
Hanya musik pop band tahun 2000-an yang mengisi keheningan di antara mereka. Levin sesekali ikut bernyanyi. Dan Sky yang mendengarkan lantas tertawa saat Levin salah lirik.
Malu? Jangan ditanya. Levin rasanya ingin menembus langit dan bersembunyi di sana karena saking malunya pada Sky.
"Bisa lawak juga kamu, Vin," kata Sky entah memuji atau menyindir.
Kali ini Sky yang bersenandung mengikuti musik yang mengalun. Rupanya dia hapal lagunya, pantas saja tahu kalau Levin salah lirik tadi.
"Suka lagunya Noah juga?" tanya Levin. Dia sedikit lega karena wajah Sky tidak sepucat sebelumnya. Mungkin karena menertawakan dirinya tadi cukup memberikan energi pada Sky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Arletta (TAMAT)
Roman pour AdolescentsPernahkah kalian bertanya, bagaimana kehidupan seorang broken home itu? Kenapa kebanyakan mereka mencari perhatian di luar? Atau bahkan tidak sedikit dari mereka yang merusak dirinya? Sky Arletta adalah siswi SMA yang seketika kehilangan arah karena...