Chapter 36 SA

16 3 0
                                    

🌸 LUKA BARU 🌸

🌸Di tempat kerjanya, Syeril kini disibukkan menyetrika baju. Hingga aktivitasnya itu terhenti sejenak oleh sapaan bosnya. Yang tak lain adalah Juan.

"Kalau capek, jangan dipaksain, ya, Ril?"

Syeril mengulas senyum lembut, senyuman yang selalu berhasil mengunci tatapan Juan pada bibirnya. "Enggak, Mas. Udah biasa nyetrika banyak waktu dulu sama Mas Rehan."

Tunggu. Mas Rehan? pikir Syeril. Dia termenung. Bukankah ... tidak seharusnya dia memanggil Rehan dengan panggilan hormat seperti itu. Rehan sudah melukainya, yang berdampak juga pada Sky. Jujur, Syeril membenci Rehan karena Sky ikut menjadi korban dari kebusukkannya.

Sementara Juan, dia merasa dikalahkan oleh pria yang bahkan tidak ada di antara mereka.

"Oh. Lanjutkan kalau begitu. Kalau capek, istirahat. Pokoknya kerja di sini jangan sampai lupa dengan kesehatan masing-masing."

Syeril bisa melihat mata Juan yang terluka. Namun apa daya, wanita itu sudah berjanji pada putrinya bahwa tidak akan menikah lagi tanpa izin darinya. Maka satu anggukkan tidak enak hati sekaligus canggung mewakili jawaban Syeril.

Saat matanya kembali bertabrakan dengan mata Juan, Syeril akhirnya memutuskan untuk memanggil. Juan terhenti di ambang pintu.

"Ya?" sahut Juan.

"Maaf, ya, Mas. Sepertinya hubungan kita tidak bisa dilanjutkan."

Juan menyunggingkan senyum maklum. Sky pasti tidak mengizinkan hubungan mereka, pikirnya.

"Enggak apa-apa. Aku ngerti, kok."

"Makasih."

***

Bayangan tiang di lapangan memendek, pertanda matahari semakin naik. Diikuti kibaran sang Pusaka, angin menyentuh lembut kain merah putih di ujung tiang, terlihat sangat gagah dengan keanggunannya. Siapa pun yang berani 'menurunkannya', dipastikan akan patah tangan dan hancur badan.

Masih di ruang UKS, Sky yang baru terbangun sontak menoleh ke lapangan saat terdengar riuh karena suasana tadi sangat senyap.

"Ada rapat guru, Kay. Kita pulang cepet hari ini." Yuki memberitahu informasi yang didapatnya lewat pesan grup kelas pada Sky.

Entah Sky harus senang atau apa. Dia sama sekali tidak betah berada di rumahnya.

"Kay, tunggu di sini, ya? Mau ambil tas kita."

"Aku ikut, Ki."

"Memangnya udah kuat?"

Sky ragu.

"Udah di sini, aja. Enggak lama kok."

Saat Yuki baru saja melesat keluar, tubuhnya terpental jatuh ke lantai. Pun orang yang baru saja melangkah masuk ke UKS.

Sementara Sky yang melihat kedua orang itu bertabrakan, menahan tawanya.

"Bilang-bilang, Vin, kalau mau masuk." Yuki bangun sembari mengusap pantatnya yang sakit karena pendaratan yang tiba-tiba.

"Ya maaf. Kamu juga kenapa enggak lihat-lihat? Lagian ngapain lari coba? Memangnya ini lapangan?" balas Levin sambil memungut dua tas yang tergeletak.

"Nih."

Wajah sebal Yuki berubah manis begitu disodorkan dua tas yang ingin dia ambil.

"Pengertian banget. Baru juga mau ambil. Makasih ya, Vin."

"Iya, sama-sama."

Pandangan Levin beralih ke Sky yang hanya menyimak.

"Tadi Pak Ramdan nyuruh aku buat antar kamu pulang, Kay. Katanya takut kamu kenapa-napa kalau pulang sendirian. Pak Ramdan juga bilang, katanya maaf enggak bisa anterin kamu pulang karena ada rapat."

Sky Arletta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang