Chapter 23 SA

16 3 0
                                    

🌸🌸🌸

Duniaku sudah tidak seindah dulu. Aku hanya berharap ... aku segera terbiasa dengan lembaran baru kisahku. Namun ternyata, tak semudah itu.

~Sky Arletta~
🌸🌸🌸

🌸 KEMARAHAN REHAN 🌸

🌸Baru saja akan masuk restoran, Rehan terhenti karena ponsel di sakunya berdering. Dia lalu mengangkatnya saat itu juga.

"Assalamu'alaikum. Ini dengan Pak Rehan?" Suara di balik telepon.

"Ya, saya sendiri. Ada apa, ya, Pak?"

"Saya wali kelas Sky, Pak Rehan. Kalau boleh tahu, hari ini kenapa Sky tidak masuk lagi, ya, Pak?"

"Maaf, Sky tidak masuk lagi, Pak?"

"Iya, Pak Rehan."

Rahang Rehan mengeras setelah mengetahui Sky tidak masuk sekolah lagi. Dia memejamkan mata sejenak untuk meredam emosinya.

"Bapak yakin Sky tidak ada di sekolah? Soalnya tadi pagi saya sudah mengantarnya ke sekolah, Pak."

"Yakin, Pak. Di kelas tidak ada anak Bapak. Teman-temannya juga tidak ada yang melihatnya."

"Baik, Pak. Terima kasih atas informasinya, nanti akan saya ingatkan lagi anak saya agar mau ke sekolah."

"Ya sudah, Pak Rehan, saya tutup teleponnya. Maaf sebelumnya sudah mengganggu waktu Bapak."

"Oh, tidak apa-apa, Pak. Saya malah sangat berterima kasih karena Bapak sudah memberitahu hal penting ini."

"Itu sudah tugas menjadi wali kelas, Pak. Ya sudah, saya tutup, Pak. Karena harus segera mengajar. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Merasakan panas karena amarah di dalam dirinya, Rehan sampai mengendurkan sedikit dasinya yang mencekik leher.

"Berani sekali kamu permainkan Papa, Kay," ucap Rehan pelan pada dirinya sendiri.

Dengan menahan amarahnya, Rehan pun melangkah masuk restoran.

***

Di rooftop, sudah banyak puntung rokok bertebaran. Sky sendiri di sini, karena Ojan pergi untuk membeli minum juga cemilan. Di pojokan, Sky terbatuk seraya menepuk-nepuk dadanya yang mulai terasa terbakar setelah tidak ada lagi rokok yang bisa dihisapnya. Dia butuh air untuk meredakan rasa panas di tenggorokan juga dadanya.

Tak berselang lama, Ojan akhirnya kembali dengan membawa kantong plastik. Dia menyodorkan sebotol minuman dingin pada Sky. Sky menerimanya dan langsung menenggaknya hingga isinya tandas setengah.

"Haus banget, Kay?"

"Hm."

"Maaf, tadi ke belakang dulu sebelum ke kantin. Nih, makan, Kay. Pasti kamu laper, kan?"

Karena memang lapar, Sky menerima nasi bungkus yang diberikan Ojan padanya. Dia segera melahap makanan itu seolah sudah tidak makan beberapa hari.

"Pagi tadi enggak sarapan?" tanya Ojan ikut menikmati nasi bungkus dalam genggamannya.

"Dikit," jawab Sky dengan mulut yang sedikit menggelembung.

"Pelan-pelan, Kay. Aku enggak bakal minta, kok."

Sky tidak menanggapi.

"Kamu jadi nakal gini, ada masalah apa?" tanya Ojan lagi, kemudian memasukkan nasi ke mulutnya.

Sky Arletta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang