🌸 MENGINAP 🌸
🌸Di kala senja mulai bercengkerama dengan kaki langit, di waktu itulah bola mata Sky tampak bergerak di balik kelopak matanya yang masih tertutup. Bulu matanya tergerak-gerak seiring kelopak matanya terbuka. Pandangannya masih belum jelas, dia menyipit karena merasa silau dengan lampu kamar yang menggantung di langit-langit. Dalam perjalanan mengedarkan pandangannya, sorot matanya terkunci pada sosok yang sangat Sky kenali bentuk punggungnya.
"Mama?" Suara Sky sedikit serak dan pelan. Namun suara itu mampu didengar oleh sosok yang Sky panggil.
Sosok itu menoleh, ada ukiran bulan sabit di wajahnya. "Hai, Kay. Sudah bangun, sayang?"
Berpisah dengan buku milik Sky yang dibacanya, Syeril bergerak menghampiri putrinya yang berekspresi bingung sembari menarik diri untuk duduk.
"Beneran Mama, kan?" Sky meraba wajah Syeril yang mendaratkan diri duduk di dekat Sky.
Syeril tersenyum sembari menyentuh tangan Sky di wajahnya. "Iya, sayang, ini Mama, kamu enggak mimpi."
"Mama." Sky memeluk Syeril dengan haru. "Sky mau ikut Mama."
"Iya." Syeril balas memeluk tubuh hangat Sky.
"Sky mau berhenti sekolah aja, Ma. Sky mau menghabiskan waktu sama Mama."
"Iya."
Mengusap terlebih dulu air matanya yang merembes, Sky menguraikan pelukannya. "Mama kenapa bisa ada di kamar Sky? Terus sejak kapan Mama ada di sini?"
Syeril mengusap sisa air mata Sky yang masih membasahi bagian kantong mata. "Papa kamu bilang, kamu demam. Jadi Mama langsung ke sini. Dari pagi Mama ada di kamar kamu, jagain kamu."
"Kenapa Mama enggak bangunin aku?"
"Kamu tidur nyenyak banget. Takutnya kalau dibangunin, kamu lagi mimpi indah."
"Enggak, kok, Ma. Sky enggak mimpi apa-apa."
Sky kembali memeluk tubuh Syeril. "Mama jangan pergi lagi, ya? Syeril kesepian. Kalo pulang sekolah, enggak ada yang nyambut Sky. Rumah sepi, Ma."
"Bukannya ada Bi Wen, ya?"
"Bi Wen udah enggak kerja di sini, Ma. Kata Papa, anaknya yang pulang dari luar negeri ngelarang Bi Wen untuk kerja karena udah tua."
Syeril melepaskan pelukan putrinya. Jemarinya menyibak rambut Sky yang menutupi wajah. "Kamu takut kalo di rumah enggak ada orang?"
Sky menggeleng.
Dengan senyum menggantung di wajahnya, Syeril mengamati wajah Sky yang pucat, mata yang sembab, bibir yang kering. Hatinya teriris melihat keadaan putri semata wayangnya. "Kamu kurusan sayang, enggak makan berapa tahun?" candanya untuk menahan diri agar tidak terlihat sedih di depan putrinya.
"Ma ...," rengek Sky.
Syeril tertawa kecil, lalu kembali meraih tubuh hangat Sky ke dalam pelukannya.
"Kita makan, ya?"
Sky sedikit berlepas diri dari Syeril untuk mengambil jarak. "Memangnya Mama udah masak?"
Syeril diam beberapa detik, lalu bibirnya membentuk lengkungan. "Tadi Mama buru-buru ke sini. Soalnya Mama diancem sama anak Mama di dalam mimpi, katanya dia enggak mau makan sama mau berhenti sekolah kalo Mama enggak cepet ke sini."
"Sky bilang gituh ke Mama lewat mimpi?"
"Enggak, sayang. Bercanda."
Rindu sekali Sky dengan candaan mamanya. Sayang seribu sayang, Sky tidak bisa lagi menikmati candaan receh mamanya setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Arletta (TAMAT)
Novela JuvenilPernahkah kalian bertanya, bagaimana kehidupan seorang broken home itu? Kenapa kebanyakan mereka mencari perhatian di luar? Atau bahkan tidak sedikit dari mereka yang merusak dirinya? Sky Arletta adalah siswi SMA yang seketika kehilangan arah karena...