🌸 KEHANCURAN SYERIL 🌸
🌸Di tengah jalan, Sky tiba-tiba meminta berhenti tepat di depan minimarket. Permintaan Sky yang tidak habis pikir, hanya bisa dituruti Levin. Cowok itu turun, segera membeli sesuatu yang diinginkan Sky juga sekalian membeli makanan ringan. Setelah kembali masuk mobil, Levin langsung melajukan mobilnya dan berhenti di sebuah halte. Mereka turun di sana.
Levin berdiri membelakangi Sky yang duduk di halte. Sky saat ini sedang menikmati hisapan rokoknya. Entah Sky harus senang atau apa, satu-satunya yang tidak tertolak oleh tubuhnya adalah hawa panas yang masuk ke tubuhnya.
Satu puntung rokok dijatuhkan Sky, lanjut yang kedua, dijatuhkan lagi. Saat puntung yang ketiga sedang dihisapnya, seketika Sky mendongak lantaran Levin tiba-tiba merebutnya. Dengan sorot tidak terbaca, Levin menjatuhkan puntung rokok di tangannya, pun bungkus rokok dan pemantik api di sisi Sky. Cowok itu menginjak dua benda itu tepat di depan Sky.
"Cukup, Kay. Sekarang aku antar kamu ke rumah mama kamu," ujar Levin dengan ekspresi miris.
"Kenapa menginjaknya? Padahal itu masih banyak, Vin. Sayang, kan? Dan juga ... hanya asapnya yang bisa diterima tubuhku, Vin, kenapa malah membuangnya?"
Levin mengabaikannya, tanpa meminta izin, dia langsung membopong Sky masuk ke mobil.
"Kamu marah, Vin?" Sky bertanya setelah Levin duduk di balik kemudi.
"Vin ...."
"Iya, aku marah, Kay. Aku tidak suka melihat kamu merokok. Aku tidak suka dengan sengaja kamu merusak hidup kamu, Kay."
"Tapi kan aku sudah janji kalau ini yang terakhir, Vin. Setelah itu aku tidak akan merokok lagi. Lagi pula aku sudah rusak juga."
"Tapi aku tidak tahan melihatnya, Kay!" Suara Levin meninggi di akhir. "Aku ingin membiarkanmu menghabiskan rokok itu, tapi maaf, aku tidak bisa."
Tersenyum, Sky kemudian mengalihkan pandang ke depan. "Kalau Ojan yang di sampingku, apa dia juga akan melakukan hal yang sama, Vin?"
"Tentu saja. Sekalipun dia suka merokok, kalau melihatmu seperti ini, dia pasti mengambil keputusan yang sama."
"Benarkah? Aku jadi rindu dengannya juga pada yang lainnya. Apa aku bisa melihat mereka, Vin."
Levin menoleh dengan bola mata yang memanas. Sedangkan Sky menoleh dengan senyuman di bibirnya. "Jadi antar aku ke rumah Mama, kan?"
Mengalihkan pandang ke depan, Levin kemudian tancap gas.
***
Meskipun masih ada kemarahan di hati Rehan lantaran Sky pulang dengan wajah penuh lebam, tetap saja di hati kecilnya dia mengkhawatirkan Sky. Begitu pulang, Rehan langsung mengecek kamar putri semata wayangnya. Tidak mendapati Sky di sana, Rehan seperti biasanya mengecek ke kamar mandi, lalu mengubungi nomor Sky. Saat telinganya menangkap dering ponsel, pria itu spontan menoleh ke sumber suara, tepatnya di atas nakas di mana ponsel Sky berada.
Langsung saja Rehan mematikan teleponnya dan bergerak mendekati nakas. Saat hendak mengambil ponsel milik anak semata wayangnya, tangan Rehan teralihkan pada sepucuk surat di sisi ponsel yang ujungnya ditindih oleh ponsel tersebut.
Pa, Sky ke rumah Mama dengan teman Sky. Papa tidak usah khawatir, nanti kalau sudah sampai, Sky hubungi Papa pakai handphonenya Mama. Papa jangan lupa makan dan jaga kesehatan, ya?
Sky Arletta Bagaskara sayang Papa dan Mama.
Sky
Membaca pesan itu, Rehan menghela napas lelah. Mendadak hatinya diselimuti perasaan bersalah lantaran dia menyadari sikap Sky berubah semenjak perceraiannya dengan Syeril. Setelah berbulan-bulan berlalu, baru sekarang Rehan menyadari kalau putrinya ... sangat terluka dengan perpisahan itu. Baru sekarang ... Rehan merasa kalau dirinya adalah orang jahat karena sudah menyakiti dua wanita sekaligus, mantan istrinya dan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Arletta (TAMAT)
Fiksi RemajaPernahkah kalian bertanya, bagaimana kehidupan seorang broken home itu? Kenapa kebanyakan mereka mencari perhatian di luar? Atau bahkan tidak sedikit dari mereka yang merusak dirinya? Sky Arletta adalah siswi SMA yang seketika kehilangan arah karena...