...
"Sky?" beo Rehan. Seperti maling ketangkap basah, wajahnya mendadak pias sebab kehadiran putrinya yang tidak terduga.
Sky menatap lama mata Rehan, lalu beralih melihat wanita di sisi Rehan. Sky ingat dengan wajah wanita itu, wajah yang setahun lalu dilihatnya dengan sang papa di parkiran mall. Di mana waktu itu keluarganya masih utuh. Dan saat itu Sky berpikir kalau wanita itu hanya rekan kerja papanya.
Namun sayang, sepertinya pemikiran Sky yang terlalu polos saat itu sangat salah besar. Saat ini satu kesimpulan Sky dapat, wanita itulah penyebab perceraian kedua orang tuanya.
"Sebentar, ya, sayang," ucap Rehan pada Weny yang mendapat satu anggukkan sebelum menghampiri putrinya.
"Kamu kenapa ada di sini? Bukannya ini masih jam sekolah?" kata Rehan saat sudah berdiri di depan Sky.
"Dulu waktu Papa sama Mama belum berpisah, aku pernah liat wanita itu bareng Papa. Aku kira dia rekan kerja, Papa. Ternyata bukan, ya, Pa? Papa main di belakang Mama ... dan Mama tahu itu. Makanya Mama minta pisah sama Papa. Benar, kan?" Sky memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Rehan.
"Kamu enggak jawab pertanyaan Papa, Kay. Kenapa kamu malah ada di sini, bukannya ada di sekolah?"
"Kenapa? Papa enggak suka liat Sky di sini?"
"Jangan memancing emosi Papa."
"Oke. Lanjutin aja kesibukan Papa." Sky berlalu pergi.
"Kay."
Sky tetap mengayunkan kaki.
"Sky."
Sky menulikan telinganya.
Rehan menghela napas berat dengan menahan emosi lantaran dia tidak digubris sedikit pun oleh putrinya yang terus melanjutkan langkah bersama Levin.
Tangan Weny mendarat di pundak kanan Rehan, lalu dia bergerak ke sisi kiri Rehan sehingga menjadi merangkul bahu pria itu.
"Ini yang aku takutkan, Mas, kalau kita tidak segera memberitahu anakmu mengenai hubungan kita. Tapi baguslah, akhirnya dia tahu juga. Sekarang tinggal bagaimana kamu menjelaskannya saja ke dia," ucap Weny pelan.
Rehan melirik melalui ekor matanya saat Weny mendaratkan kepalanya di bahu Rehan. "Aku tidak sabar untuk memasakkan makanan untukmu juga putrimu, Mas."
"Aku juga. Tapi tidak dalam waktu dekat. Sabar, ya?"
"Selalu, Mas."
Weny menegapkan kepalanya kembali dengan tatapan masih memandang punggung Sky yang mengecil tertelan jarak. "Sky cantik, ya. Manis anaknya. Sama seperti papanya."
Rehan menarik sudut bibirnya sedikit sungkan. "Makasih."
***
🌸 NEMBAK? 🌸
Di area luar sekitar stadion lapangan sepakbola, Levin dengan sabar mengikuti jejak langkah Sky yang berjalan di depannya.
"Mending kamu pulang, deh, Vin. Aku lagi pengen sendiri."
Levin tidak menanggapi ucapan Sky dan terus mengikuti gadis itu.
Saat Sky berhenti, Levin ikut berhenti. Ada jarak sekitar satu meter di antara mereka sebelum akhirnya Sky memutar tubuh, membuat mereka bersitatap.
"Kamu enggak capek ngikutin aku terus?"
Levin diam.
"Aku mau nenangin diri, Vin. Jadi mending kamu balik."
"Percuma!" balas Levin dengan suara tegas.
"Percuma?" beo Sky tidak mengerti.
"Ya, percuma. Bisa aja sih sebenarnya aku balik sekarang, tapi pas aku sampai rumah, aku pasti bakal kepikiran sama kamu, Kay."
"Kepikiran? Kita aja enggak ada hubungan apa-apa, Vin."
"Emang harus punya hubungan spesial dulu baru boleh mengkhawatirkan seseorang?"
"Kamu khawatirin aku? Papa aku aja enggak khawatir, Vin. Bukannya ngejar aku, Papa malah tetap di sana dengan wanita itu. Dan sampai sekarang ... Papa belum menghubungi aku, Vin. Tapi kenapa kamu yang orang lain malah khawatirin aku?"
"Karena aku suka sama kamu."
...
Enggak ada angin, enggak ada ujan, tetiba si Levin ngungkapin perasaannya aja tuh, gengs ....
Terkhusus buat pembaca cewek nih, ya. Kalo lo di posisi Sky, terus tiba-tiba teman sekelas lo yang cuek abis saat di sekolah ngungkapin perasaannya ke lo, lo bakal kayak gimana, nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Arletta (TAMAT)
Ficção AdolescentePernahkah kalian bertanya, bagaimana kehidupan seorang broken home itu? Kenapa kebanyakan mereka mencari perhatian di luar? Atau bahkan tidak sedikit dari mereka yang merusak dirinya? Sky Arletta adalah siswi SMA yang seketika kehilangan arah karena...