Chapter 10 SA

29 4 0
                                    

...

Plak!

Kali ini pipi Rehan yang seketika kemerahan karena tamparan keras Syeril padanya.

"Setelah apa yang kamu lakukan, dengan entengnya kamu mengucapkan itu. Di mana hati kamu, Mas?!" Kalimat Syeril meninggi, napasnya mulai memburu, bola matanya memanas.

"Memangnya kalau aku mengatakan padamu sedari awal aku ingin menikah lagi kamu akan mengizinkan? Tidak kan?" Suara Rehan ikut meninggi.

Tanpa mereka sadari, suara mereka membangunkan Sky yang tertidur.

Syeril menatap suaminya dengan tatapan terluka. "Agama memang memperbolehkan pria untuk berpoligami, Mas, tetapi itu bukan sembarang pernikahan. Kamu harus bisa berbuat adil seadil-adilnya pada istri-istrimu tanpa menyakiti salah satunya. Memangnya bisa kamu melakukannya? Tidak akan bisa, Mas. Kecuali kamu menikahi wanita-wanita berhati baja yang siap dimadu. Sayangnya ... kamu menikahi wanita yang salah, Mas. Kamu menikahi wanita yang memiliki hati serapuh bangunan tua termakan usia yang siap roboh kapan pun."

Rehan bungkam.

"Kalau sedari awal kamu berniat berpoligami, maka sedari awal juga mungkin aku akan menolakmu, Mas. Aku sangat pencemburu. Aku tidak bisa melihatmu bersanding dengan wanita lain. Dan sekarang ... aku tidak peduli kamu mau menikahi berapa wanita, asal ceraikan aku terlebih dahulu," tegas Syeril.

"Wanita ini namanya Weny." Rehan menunjuk foto yang berserakan di bawah. "Dia adalah cinta pertamaku sebelum aku bertemu denganmu. Kami putus karena cinta kami yang tidak direstui. Kamu ingat, dulu sekali aku hanyalah pelayan restoran. Karena pekerjaanku itu, lamaranku ditolak. Dan setelah lama tidak bertemu, dia bilang padaku kalau dia sudah bercerai dengan pria yang dijodohkan orang tuanya. Kedua orang tua Weny juga sudah meninggal karena sakit. Jadi dia tidak punya siapa-siapa lagi, hidup sebatang kara. Dan aku ... maaf, aku masih mencintainya. Jadi aku merasa ... ini kesempatan bagiku untuk bisa hidup dengannya."

"Dan kesempatanmu semakin terbuka setelah bercerai denganku." Syeril menanggapi datar.

"Lalu bagaimana dengan Sky?"

Syeril tak habis pikir akan jawaban Rehan yang begitu santai di matanya. Kelewat santai malah. Seolah tidak ada penyesalan sama sekali atas perselingkuhan yang sudah dilakukannya.

"Terserah dia mau ikut siapa."

Setelah mengungkapkan kekecewaan serta kemarahan terpendamnya pada Rehan, Syeril membuka pintu.

Betapa terkejutnya Syeril dan Rehan saat mendapati Sky berdiri di depan pintu kamar mereka.

"Sky." Tenggorokan Syeril seperti tercekik. Ada yang menghalangi suaranya untuk keluar.

Sky melihat Rehan dan Syeril bergantian. Ada air di sudut-sudut matanya. Sky yang sudah kelas sebelas tentu saja mengerti maksud dari perkataan kedua orang tuanya yang tidak sengaja dia dengar.

"Mama sama Papa mau cerai?" Sky bertanya dengan menahan air matanya.

Rehan dan Syeril tidak mampu berkata-kata. Rehan memijat pelipisnya, sedangkan Syeril membuang pandang ke arah lain, tidak tahu harus menjawab apa.

"Kenapa?"

Suara lembut Sky mampu meremat hati Syeril, air matanya siap tumpah.

"Ma? Pa? Kenapa?"

Sebulir lolos dari mata Syeril.

"Jelasin, Ma? Pa? Jangan diem aja."

"Ma?" Sky melihat mamanya dengan air mata yang jatuh.

Tidak tahu harus melakukan apa, Syeril meraih tubuh Sky dan memeluknya erat. Tubuh Sky berguncang dalam pelukan Syeril.

"Kenapa, Ma?" Suara Sky bergetar. "Apa masalah kalian tidak bisa dibicarakan dengan baik-baik?"

"Maafin Mama, sayang. Maafin Mama," lirih Syeril. "Mama sudah tidak tahan, Sky. Jadi Mama harap kamu bisa mengerti."

"Maksud Mama apa sih, Ma? Jelasin." Sky memeluk pinggang Syeril. "Mama sama Papa berantem kenapa?"

"Nanti Sky juga ngerti. Mama minta maaf, ya, kalau Mama enggak bisa di samping Sky lagi?"

"Apa tidak bisa diperbaiki lagi, Ma?"

"Enggak bisa, sayang." Syeril mengusap punggung Sky. "Mama sudah mencapai batas kesabaran Mama. Kamu enggak apa-apa ya, kalau Mama pisah sama Papa?"

Sky semakin tidak mampu menahan dirinya untuk menangis. Kabar buruk itu terlalu menyakiti lubuk hatinya.

"Papa udah nyakitin Mama, ya, Ma?" tebak Sky dengan suara pelan.

Syeril terdiam. Sedangkan Rehan hanya melirik Sky dan Syeril dengan wajah datar, tidak terbaca apa yang sedang dipikirkannya.

"Kalau begitu enggak apa-apa, Ma. Asal Mama jangan sakit lagi." Sky tentu saja berbohong dengan perkataannya. Hanya saja ... Sky tahu bagaimana sifat Syeril yang sangat penyabar. Jika keputusan sepahit itu sudah dibuat mamanya, itu artinya mamanya sudah mencapai batas kesabarannya.

Sky menguraikan pelukannya. "Mama sudah, ya? Jangan nangis." Sky mengusap air mata Syeril yang jatuh sebulir. "Sky enggak apa-apa, kok, kalau Mama sama Papa pisah."

Sky yang tidak bisa menahan diri, kembali terisak dalam pelukan Syeril. Dia tentu saja tidak ingin orang tuanya berpisah, tetapi dia juga tidak ingin melihat Syeril terluka.

"Sky enggak apa-apa, Ma. Kalau memang itu yang terbaik buat Mama," ucap Sky dengan suara bergetar.

***

Sky Arletta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang