Mulai sejak hari itu, Syeril berpura-pura baik-baik saja di depan putri dan suaminya, tetapi tidak di belakang mereka. Wanita itu menangis dalam diam karena lukanya.
Rehan pun demikian, dia bersikap biasa saja seolah tidak pernah melakukan sesuatu yang sudah melukai hati istrinya.
Saling sapa, melempar canda, berkumpul saat ada waktu luang, berbelanja kebutuhan bulanan, semuanya terlihat baik-baik saja, sama seperti sebelumnya.
Hingga dua tahun lebih berlalu, Syeril yang sudah lelah berpura-pura baik-baik saja, memutuskan untuk mengikuti ke mana suaminya pergi dengan menyewa ojek. Syeril terpaksa melakukannya lantaran menurutnya tidak ada perubahan dari sikap Rehan yang masih sering tidak pulang dengan alasan ada kerjaan yang tidak bisa ditunda. Sebegitu sibukkah menjadi manajer restoran?
Seharian mengikuti, akhirnya Syeril berhenti begitu mobil suaminya memasuki parkiran sebuah hotel. Karena hari sudah gelap, Syeril memutuskan untuk melangkah lebih dekat, bersembunyi di balik jajaran mobil lain. Seolah sudah menduga ini akan terjadi, Syeril terlihat datar saat dia kembali melihat pemandangan yang pernah dilihat sebelumnya. Dengan wanita yang sama, suaminya itu mengkhianatinya.
Mungkinkah ... Rehan menganggap angin lalu ucapannya waktu itu? Itulah yang dipikirkan Syeril saat melihat Rehan dengan wanita lain.
Lantaran hatinya yang sudah membeku, Syeril memutuskan untuk mengarahkan kamera ponsel kepada sepasang manusia itu. Dia mengambil gambar tanpa sepengetahuan mereka.
Dan foto-foto itu baru Syeril tunjukkan pada Rehan beberapa bulan kemudian. Di hari ketika kesabarannya sudah mencapai batas.
Kalimat yang tidak pernah ingin diucapkannya. Kalimat terlarang yang dia tenggelamkan ke dasar hatinya. Kalimat yang selalu dia tahan di dalam pikirannya. Kalimat terlarang itu ... akhirnya diucapkannya di malam hari saat suaminya baru saja pulang dengan wajah lelah.
"Aku mau kita cerai." Kalimat terlarang ini terlontar dari mulut Syeril dengan sorot datar. Dia mengatakannya tanpa melihat wajah Rehan yang duduk di samping kirinya.
Rehan melihat foto-foto dirinya dengan selingkuhannya yang berserak di lantai dengan rahang yang mengeras.
"Jadi kamu membuntutiku lagi? Aku baru tahu kalau kamu sangat tidak sopan seperti ini, Dek," kata Rehan.
Geram, Syeril menoleh dengan tatapan tajamnya. "Tidak sopan kamu bilang? Siapa yang lebih tidak sopan di antara kita? Aku ...? Atau kamu, Mas. Padahal aku sudah memperingatkanmu agar tidak bermain lagi di belakangku. Aku sudah berusaha menjadi istri sebaik mungkin untuk kamu. Tapi apa balasannya? Kamu masih bermain di belakangku dengan wanita yang sama. Atau mungkin ... hanya satu yang ketahuan."
Rehan menatap Syeril tidak terima. "Jaga ucapanmu! Aku hanya selingkuh dengan dia. Itu pun aku punya alasan."
Syeril tersenyum miring dengan dengkusan tertahan. "Jadi kamu mengakui kalau kamu selingkuh?"
Rehan diam.
"Mau satu atau pun lebih, yang namanya selingkuh tetap selingkuh, Mas. Dan di mataku sekarang ... kamu tidak lebih dari sampah busuk yang layak dibuang!"
Tajam, Rehan menatap Syeril penuh amarah.
"Bahkan kamu lebih buruk dari sampah busuk, Mas."
Sedetik kemudian wajah Syeril tertoleh ke samping.
"Jaga ucapan kamu, Syeril!"
Selama beberapa detik keduanya tertelan dalam hening, hingga ketukkan sepatu dengan lantai mengisi kekosongan itu. Dengan perasaan campur aduk, Rehan hendak keluar. Namun suara Syeril menghentikannya di ujung pintu.
"Lebih dari dua tahun aku menahannya. Lebih dari dua tahun aku diam. Lebih dari dua tahun, aku berusaha menjadi istri sebaik mungkin buat kamu, dengan harapan kamu akan berubah. Tapi ternyata ... semua yang aku lakukan, sia-sia saja. Kalau bukan karena melihat Sky, sudah dari dulu aku ingin berpisah denganmu."
"Aku tidak masalah jika kita berpisah, hanya saja ... bagaimana dengan Sky?" Rehan tenang menanggapi, seolah dia tidak bersalah.
"Kamu yang menyulut api di rumah ini, maka kamu juga yang harus memadamkannya." Syeril menyibak rambut panjang terurainya, mengusap pipi bekas tamparan suaminya, berusaha tetap tegar di tengah goncangan batinnya yang ingin meletupkan air mata.
"Apa tidak ada jalan tengah?" Rehan berbalik untuk melihat Syeril.
"Maksudmu jalan tengah?" Syeril bangkit menghampiri Rehan.
"Izinkan aku menikah dengan dia. Dengan begitu kita tidak perlu berpisah. Dan aku tidak perlu bermain lagi di belakangmu."
Plak!
Kali ini pipi Rehan yang seketika kemerahan karena tamparan keras Syeril padanya.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Arletta (TAMAT)
Teen FictionPernahkah kalian bertanya, bagaimana kehidupan seorang broken home itu? Kenapa kebanyakan mereka mencari perhatian di luar? Atau bahkan tidak sedikit dari mereka yang merusak dirinya? Sky Arletta adalah siswi SMA yang seketika kehilangan arah karena...