Chapter 51 SA

40 3 0
                                    

🌸 KEMBALI BERSEKOLAH 🌸

🌸Saat teman-temannya sibuk dengan kegiatan olahraga, Sky hanya bisa duduk di atas kursi rodanya ditemani kedua orang tuanya. Sky masih mampu berdiri, tetapi untuk jalan, dia sangat kesulitan sebab merasakan sakit di kewanitaannya.

Di bawah pohon rindang, Sky hanya bisa menyaksikan yang lainnya bergerak lincah ke sana kemari. Tak terbayangkan olehnya, jika akan terjadi hal seperti ini, hanya bisa duduk di kursi roda dan menonton yang lainnya beraktivitas.

Ya, karena semangat Sky untuk belajar di sekolah bersama rekan-rekannya, pihak sekolah akhirnya memberikan perlakuan khusus terhadap Sky. Salah satunya dengan memindahkan kelas Sky yang tadinya di lantai dua berpindah ke lantai bawah, bertukar dengan kelas lain. Lalu, kebijakan sekolah lainnya adalah membolehkan kedua orang Sky turut hadir untuk mengawasi Sky dalam kegiatan belajar.

"Kalau mau tidur, bilang ya? Nanti kita bisa pindah ke UKS," kata Rehan sembari mengusap kepala Sky.

"Sky enggak ngantuk kok, Pa."

Rehan mengangguk mengerti, lalu pandangannya tercuri oleh Syeril yang datang dengan membawa bola basket.

"Mau main bola basket, Kay?" ucap Syeril dengan senyum merekah.

"Sky kan enggak bisa lari, Ma."

"Enggak perlu lari, Kay. Cuma masukin bola ke ranjang kok. Tuh, mumpung ada tiang basket yang nganggur," jelas Syeril seraya menunjuk salah satu tiang basket yang tidak digunakan.

Entah apa jadinya jika Syeril tidak ada di sisinya, mungkin Sky tidak akan bisa bertahan sejauh ini. Syeril memang sudah menjadi tempat ternyaman bagi Sky.

Belum sempat menyetujui atau menolak, Syeril sudah lebih dulu menaruh bola basket di pangkuan Sky, lalu segera mendorong kursi roda menuju tiang basket. Sementara Rehan, dia sampai menggeleng tak habis pikir akan tingkah Syeril, sebelum akhirnya menyusul dua malaikatnya.

"Kamu mau melemparnya sambil duduk atau berdiri, Kay?" tanya Syeril setelah sampai di dekat tiang.

"Coba berdiri deh, Ma."

"Oke." Kemudian Syeril membantu Sky turun dari kursi roda.

"Kamu yang lempar, nanti Mama yang ambil, sayang."

"Nanti Mama capek, enggak apa-apa?"

"Enggak apa-apa. Itung-itung olahraga juga. Ayo, lempar!"

Sky mengangguk. Kemudian dia memfokuskan tatapannya pada ring basket. Lima detik kemudian dia baru melempar, gagal.

Saat Syeril hendak mengambil bola, Rehan sudah lebih dulu berlari mengejarnya, lalu mengembalikannya pada Sky.

"Kalau masuk, nanti Papa tantang guru olahraga kamu buat tanding basket sama Papa."

"Serius, Pa?" Ada binar di mata Sky akan ucapan papanya.

"Em. Kalau dilihat-lihat, guru olahraga kamu sepertinya seumuran sama Papa. Jadi enggak ada salahnya kan, buat menantangnya?"

"Pak Vito jago loh, Pa, main basketnya."

"Papa juga lumayan jago. Jadi, ayo lempar bolanya. Kalo masuk, Papa samperin guru kamu."

"Oke," balas Sky semangat.

"Masukin, Kay. Biar kita liat, Papa sejago apa main basketnya," dukung Syeril.

"Iya, Ma."

Sky memfokuskan pandangannya lagi ke ring basket. Setelah mengembuskan napas pelan, dia kemudian melemparkannya dengan sedikit melompat. Sky meringis saat kedua kakinya kembali menyentuh tanah. Hal itu menimbulkan kepanikan kedua orang tuanya. Namun, ringisannya segera tergantikan seruan senang saat bola yang dilemparnya masuk.

Sky Arletta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang