🌸Levin, salah satu teman Sky kini tengah berada di mall. Saat jam istirahat kedua, dia memutuskan untuk membolos jam pelajaran terakhir.
Dia memakai hoodie coklat untuk menutupi seragam sekolahnya. Serta tudung hoodie untuk menutupi kepalanya. Saat ini dia tengah berdiri di lantai dua, bersandar pada pembatas balkon. Pandangannya melihat ke lantai bawah, lalu gerakan matanya mengiringi langkah sepasang kekasih yang hendak naik eskalator.
Hingga suara seseorang memanggilnya, Levin menoleh untuk mencari tahu siapa sumbernya.
"Sky?" beo Levin, terkejut dengan kehadiran Sky yang memakai jeans hitam panjang, sepatu sneaker, atasan hoodie yang kebesaran di tubuhnya.
"Ternyata beneran kamu, Vin. Aku kira orang lain yang mirip sama kamu." Sky ikut berpose seperti Levin, berdiri di dekat pembatas balkon dengan mendaratkan lengan di sana.
"Baru tahu kalau kamu bisa bolos," ucap Sky memandang ke depan.
"Emang enggak boleh?"
Sky dan Levin bertatapan sejenak sebelum kembali beralih memandang ke arah lain.
"Boleh-boleh aja, hidup-hidup kamu ini. Cuma ... heran aja, kok bisa salah satu murid pintar di sekolah bolos pelajaran?"
"Kamu sendiri kenapa enggak masuk? Enggak ada keterangannya lagi. Tumben salah satu anak pintar di kelas enggak masuk tanpa keterangan."
Sky tersenyum kecut. "Enggak tahu, Vin. Akhir-akhir ini mood aku lagi enggak baik. Kaki yang buat aku jalan ini," Sky mengangkat salah satu kakinya sebentar. "... kayak enggak nyentuh tanah tahu enggak?"
"Lagi ada masalah?"
Sky diam sekian detik dengan tatapan mengarah ke lantai bawah, tetapi pikirannya entah ke mana. "Orang tua aku pisah, Vin."
"Maaf."
"Santai."
"Terus kamu ikut siapa?"
"Pengennya sih dua-duanya."
"Itu kalau orang tua kamu mau rujuk, Kay."
"Nah, itu dia. Tapi kayaknya enggak ada harapan, deh."
"Jadi kamu ikut siapa? Mama kamu?"
"Maunya sih gituh, ikut Mama. Tapi berhubung ... ekonomi keluarga Mama di kampung pas-pasan, terpaksa deh, ikut Papa. Tapi alhamdulillah sih, sekarang Mama udah ada kerjaan, jadi aku enggak terlalu khawatir gimana nanti Mama hidup di kampung, karena sudah punya penghasilan."
"Waktu izin tiga hari minggu kemarin, apa ada kaitannya dengan perceraian orang tua kamu?"
"Ya ... gituh deh. Aku pindah rumah."
Levin mengangguk mengerti.
"Haus enggak?" tanya Levin memecahkan keheningan yang melanda setelahnya.
Sky menoleh. "Lumayan. Tadi habis keliling mall, eh, ketemu kamu di sini."
"Ya udah, cari minum yuk? Mau di mana?"
"Mau traktir, nih?" tantang Sky.
"Itung-itung buat ngehibur kamu. Jadi mau ke mana?"
"Ke minimarket bawah aja. Sekalian mau beli cemilan buat di rumah."
"Oke."
Keduanya kompak berbalik bertepatan dengan langkah sepasang kekasih yang melewati mereka. Mengenali orang yang baru saja lewat tepat di depan matanya, Sky sampai memutar lehernya untuk menoleh.
"Ayo, Kay," ajak Levin hendak mengambil langkah lebih dulu, tetapi urung. "Kenapa, Kay?"
Sky menatap tepat mata Levin. "Bentar, ya, Vin." Sky lalu berjalan sedikit menjauhi Levin untuk lebih dekat pada sepasang kekasih yang bergandengan tangan beberapa meter di depannya.
"PAPA!" Sky setengah berteriak agar suaranya terdengar oleh orang di depannya.
Cukup sekali teriakan, sepasang kekasih itu terhenti. Lalu keduanya menengok bersamaan.
"Sky?" beo Rehan. Seperti maling ketangkap basah, wajahnya mendadak pias sebab kehadiran putrinya yang tidak terduga.
...
>>>Kalau kamu di posisi Sky, apa yang bakal kamu lakuin ketika ngeliat papa kamu jalan sama wanita lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Arletta (TAMAT)
Teen FictionPernahkah kalian bertanya, bagaimana kehidupan seorang broken home itu? Kenapa kebanyakan mereka mencari perhatian di luar? Atau bahkan tidak sedikit dari mereka yang merusak dirinya? Sky Arletta adalah siswi SMA yang seketika kehilangan arah karena...