🌸 SAKIT 🌸
🌸"Kay." Yuki memanggil Sky yang sedang berjalan di anak tangga. Dia berlari menghampiri begitu Sky berhenti.
"Apa kabar, Kay."
"Baik. Kamu?"
"Alhamdulillah, baik, Kay."
"Liburan ke mana?"
"Rumah mama. Kamu?"
"Di rumah aja, Kay. Bantu jaga toko."
Mereka berjalan beriringan menuju kelas sembari mengobrol tentang liburan masing-masing. Hingga tanpa terasa mereka sampai di tempat duduk keduanya yang berada di belakang. Tatapan Sky langsung terkunci pada gerombolan siswa yang sudah menghisap rokok di belakang gedung.
Yuki menggeleng melihat kelakuan Ojan dan teman-temannya. Baru juga masuk sekolah, sudah melakukan kenakalan. Begitulah yang dipikirkan oleh Yuki.
Sementara Sky diam mengamati. Dia teringat bagaimana dirinya pernah menghisap rokok begitu banyak seharian. Tidak peduli dada dan tenggorokannya seperti terbakar, Sky terus menikmatinya. Beruntungnya perhatian dari Levin, Yuki, Ojan dan teman-temannya mampu mengalihkan pikirannya sehingga tidak menjadi perokok aktif yang sampai kecanduan setiap hari harus merokok. Dan sejauh ini, Sky belum menyentuhnya lagi. Tidak tahu kalau nanti ada pemicunya, Sky mungkin akan kembali menghisap benda itu, menikmati aroma menyesakkan yang bertarung dengan kesunyiannya.
"Kay."
"Hm." Sky menyahut singkat.
"Ke lapangan yuk? Bentar lagi bel." Yuki mendekatkan bibirnya ke telinga Sky. "Upacara."
Sky melepas tawanya karena mengira Yuki akan menyampaikan sesuatu yang penting sampai harus berbisik.
"Tau, Ki. Itu sih enggak usah diingetin," balasnya.
Yuki angkat bahu tidak peduli. "Ya kali aja lupa. Habisnya dari tadi ngelamun aja. Ngelamunin apaan sih?"
"Enggak ngelamunin apa-apa. Udah yuk, katanya ke lapangan?"
Kepala Yuki manggut. Mereka berjalan keluar. Sky hanya balas tersenyum begitu teman sekelas dan siswa lain yang mengenalnya menyapa.
"Kay."
"Apa?"
"Masih sedih, ya?"
"Keliatan banget, ya?"
Yuki merangkul bahu Sky hangat. "Jangan sedih-sedih, Kay. Hidup cuma sekali, jadi ya ... dinikmatin. Suka, duka, senang, sakit, marah, kesal, jengkel, semua itu bagian dari hidup, Kay. Meskipun aku enggak pernah bisa ngerasain di posisi kamu, dan jangan sampai deh, amit-amit, pokoknya kamu harus tetap jadi Sky."
"Andai semudah itu, Ki."
"Memang sulit sih, Kay, kalo kita lagi dalam masalah. Tapi ... aku yakin kamu bisa, Kay. Waktu akan menyembuhkan luka, Kay, katanya sih gituh."
"Semoga."
"Pelan-pelan aja, Kay. Semua butuh waktu."
Mereka mempercepat langkah begitu bel berbunyi. Yuki sampai menarik tangan Sky untuk cepat berbaris. Bukannya apa-apa, karena kalau terlambat sekian detik, bisa-bisa mereka baris paling depan atau lebih parah paling belakang karena banyak anggota OSIS yang berjaga dengan beberapa guru.
Sky dan Yuki merapihkan topi untuk ke sekian kali begitu upacara mau dimulai. Usaha Yuki yang memaksa Sky untuk mempercepat langkah itu berhasil membawa mereka mendapatkan posisi di tengah barisan. Posisi paling nyaman lantaran bisa ngobrol meski seperti berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Arletta (TAMAT)
Teen FictionPernahkah kalian bertanya, bagaimana kehidupan seorang broken home itu? Kenapa kebanyakan mereka mencari perhatian di luar? Atau bahkan tidak sedikit dari mereka yang merusak dirinya? Sky Arletta adalah siswi SMA yang seketika kehilangan arah karena...