Chapter 6 SA

30 3 0
                                    

...

"Jaga ya mulut kamu!" kata senior yang sudah menampar Sky sembari menunjuk wajah Sky.

Sky menekan rahangnya, menahan air mata yang menumpuk di pelupuk mata. Tatapannya mengunci tepat di pupil mata seniornya. Dia tidak pernah diperlakukan sekasar ini. Hatinya sakit sekaligus malu, tetapi ... entah kenapa Sky seperti mendapatkan kesempatan emas untuk meluapkan kekecewaannya pada orang tuanya yang sudah berpisah.

"Kay, kamu enggak apa-apa?" tanya Yuki mendekati Sky dari arah belakang Sky. Dari ekspresinya, Yuki terlihat sangat khawatir.

Sayangnya, orang yang dikhawatirkan Yuki justru melepas tawa. Tawa yang membuat orang-orang di sana bertanya-tanya dan bertukar pandang, bingung.

Detik setelahnya napas mereka seolah tertahan di tenggorokan begitu Sky balik menampar seniornya. Hal itu membuat dua senior lain melotot tidak percaya, ada juga yang berani melawan mereka, pikir mereka.

"Orang tua aku saja yang membesarkan aku, tidak pernah sekali pun menamparku. Sedangkan kamu, berani-beraninya nampar aku hanya karena status kamu sebagai senior. Kamu pikir aku takut? Enggak!"

Sky dan senior yang baru saja Sky tampar bersitatap dengan sorot tajam.

"Dasar bitch!" kata Sky lagi sebelum memutuskan untuk pergi.

Namun baru beberapa langkah, tubuh Sky tertarik ke belakang karena rambutnya yang ditarik oleh senior yang tadi. Sky yang tidak terima balas menjambak senior itu. Dengan sangat cepat, Sky dikeroyok ketiga seniornya.

Siswa-siswi di sana yang tadi hanya menonton, segera melerai. Yuki sampai jatuh bangun untuk memisahkan mereka, hingga berakhir tangannya ikut menjambak rambut seniornya karena seniornya yang lebih dulu melakukan.

Keributan itu pun berakhir di ruang BP. Yuki yang bermaksud melerai, tetapi menjadi sasaran empuk tangan seniornya pun turut berada di ruang itu. Telinga mereka sudah sangat panas karena nasehat-nasehat panjang dari kepala sekolah dan beberapa guru.

Hingga akhirnya mereka diperbolehkan keluar setelah orang tua mereka datang. Itu pun setelah mereka mau berdamai.

***

🌸 KANGEN 🌸

Dalam kamarnya, Sky hanya menunduk. Di wajahnya ada goresan-goresan kecil karena cakaran dari para seniornya. Sementara papanya berdiri bersandar di dinding samping pintu sembari memijat pelipisnya, tidak habis pikir dengan kelakuan putrinya di sekolah.

"Kenapa bisa berantem sama senior kamu, Kay?" tanya Rehan pada Sky yang duduk di tepi ranjang.

"Aku yakin, di sekolah tadi Papa sudah mendapatkan penjelasan dari para guru. Jadi kenapa masih tanya?"

"Papa ingin tahu dari kamu."

Sky diam.

"Kamu enggak pernah seperti ini sebelumnya, Kay. Kamu marah karena perceraian mamamu sama Papa?"

Sky masih tidak menanggapi.

"Kalau iya, jangan seperti anak kecil, Kay. Kamu itu udah besar, jadi jangan karena perpisahan kedua orang tua kamu, kamu cari perhatian di luar sana dengan membuat keributan. Kamu mau bikin malu Papa?"

Sky masih membisu.

"Kay."

"Sky capek, Pa."

Rehan menghela napas. "Jelasin dulu sama Papa bagaimana kronologinya. Setelah itu Papa akan keluar dari kamar kamu."

"Ya pokoknya gituh, Pa."

"Gituh gimana?" desak Rehan.

Sky berdecak. "Udahlah, Pa. Sky males bahas itu."

"Oke. Kali ini Papa maafin kamu. Tapi sekali lagi kamu buat keributan di sekolah, Papa bakal potong uang jajan kamu dan juga Papa akan hukum kamu."

Sky mengalihkan pandang tanpa menjawab.

Dan tanpa berbicara lagi, Rehan beranjak pergi dari sana.

Detik berikutnya Sky membanting tubuhya ke kasur sembari menghela napas lelah.

"Sky enggak akan kayak gini, Pa, seandainya saja Papa sama Mama enggak cerai," kata Sky dalam hati. Air mata mengaliri pelipisnya saat Sky menutup mata.

"Ma, Sky kangen."

...

Sky Arletta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang