...
"Itu Papa, kan, Ma?" kata Sky pada Syeril.
Syeril mengikuti arah pandang Sky. Dan benar, itu Rehan. Yang seketika membeku di tempatnya saat matanya bertemu dengan mata Syeril. Tangan Rehan di pinggang Weny pun segera ditariknya.
"Kenapa mereka harus ke sini juga, sih, Ma? Kan banyak tempat lain."
Syeril yang masih terhenyak batinnya, bingung harus menjawab apa.
"Kita pergi yuk, Ma. Aku males liat Papa sama wanita itu. Ayo, Ma."
Bersamaan dengan itu, pesanan mereka sudah selesai.
"Sebentar, Kay." Syeril segera saja membayar.
Kemudian keduanya kembali ke tempat sebelumnya untuk mengambil kotak makanan yang sengaja ditinggal di sana. Rencananya, mereka mau menikmati baso di tempat itu juga, tetapi sepertinya sudah tidak memungkinkan.
Terlihat Sky sangat hancur saat ini. Sedangkan Syeril, dia seolah kehilangan kendali atas dirinya. Wanita itu menurut saja saat putrinya menarik tangannya keluar dari alun-alun dari gerbang selatan. Lalu Sky asal menghentikan angkutan kota tanpa melihat dulu angkot itu akan menuju ke mana.
Sementara Rehan, niatnya untuk melepas penat dari lelahnya bekerja dengan berjalan-jalan bersama Weny, mendadak tidak bersemangat.
Tadi pagi saat Sky izin keluar, Sky tidak bilang mau ke mana dan mau bertemu siapa. Kalau Rehan tahu Sky di tempat ini, maka dia tidak akan ke sini.
Dalam diamnya, Weny memperhatikan wajah Rehan. Ada rasa iri dan cemburu di hati Weny karena melihat air muka Rehan yang sepertinya mulai menyesali perceraiannya.
"Kamu masih mencintai mantan istrimu?" Weny bertanya dengan menahan sakit di dalam dirinya.
Rehan menoleh. "Entahlah."
Bibir Weny terulas senyum, tetapi getir. "Entahlah? Sebelumnya kamu sangat yakin kalau kamu sebenarnya tidak pernah mencintai mantan istrimu. Kamu menikahinya karena saat itu kamu sedang kecewa terhadap nasibmu yang tidak bisa menikah denganku lantaran terhalang restu orang tuaku. Tapi sekarang apa? Kau terlihat menyesal berpisah dengannya. Apa ditinggal oleh mantan istrimu itu, menumbuhkan cinta di hati kamu, Mas?"
Menyadari perubahan sikap Weny, Rehan tidak ragu memeluk Weny detik itu juga. "Aku sudah mengorbankan banyak hal untuk mendapatkanmu. Jadi tolong jangan meragukanku."
"Kamu yang meragukanku, sayang."
"Maaf. Akhir-akhir aku hanya kepikiran karena pernah melakukan kekerasan pada Sky. Aku hanya takut kalau Sky mengadu pada mamanya."
"Bohong."
"Aku tidak berani berbohong padamu, Wen."
"Kalau begitu cepat nikahi aku."
"Iya."
"Bulan depan. Kalau kamu benar-benar serius denganku, aku mau kita nikah dua bulan lagi dari sekarang."
"Baiklah. Kita akan menikah dua bulan lagi."
***
Tepat pukul sembilan, saat malam mulai membungkus kota dalam sunyi, Rehan baru sampai di rumahnya setelah mengantar pulang sang kekasih.
Tempat yang kali pertama dituju adalah kamar putrinya. Ternyata Sky tidak ada di sana. Pun saat dia mengecek kamar mandi di kamar Sky, Sky tidak ada.
Tanpa memastikan lebih dulu, pikiran Rehan tertuju pada satu tempat. Tempat yang paling tidak ingin dia datangi, yaitu rumah mantan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Arletta (TAMAT)
Fiksi RemajaPernahkah kalian bertanya, bagaimana kehidupan seorang broken home itu? Kenapa kebanyakan mereka mencari perhatian di luar? Atau bahkan tidak sedikit dari mereka yang merusak dirinya? Sky Arletta adalah siswi SMA yang seketika kehilangan arah karena...