🌸"Deta dan teman-temannya yang melakukannya, Vin," ucap Sky dengan suara pelan dan hampir ada jeda di setiap katanya. Pandangannya kosong menatap lurus dengan kepala bersandar pada punggung kursi. Entah Sky mengatakannya sadar atau tidak, yang jelas di mata Levin, Sky seperti orang yang kehilangan jiwanya.
Setelah mobil sudah melesat setengah perjalanan menuju rumah Sky, Sky akhirnya memberitahukan perihal siapa yang sudah melecehkannya. Diam menunggu lampu berganti hijau, Levin menggeretak giginya, dia sudah menduga kalau si brengsek Deta yang melakukannya, tetapi dia belum yakin sepenuhnya.
Namun, karena sekarang Sky sudah mengkonfirmasi siapa pelakunya, Levin ingin menemui Deta dan teman-temannya saat ini juga untuk menghabisinya. Sayangnya, sekarang bukanlah waktu yang tepat.
Saat ini Levin tidak bisa berkata-kata, dia sangat marah. Membayangkan bagaimana Deta dan teman-temannya itu memperlakukan Sky sampai sekujur tubuh Sky penuh luka, membuatnya ingin segera menuntaskan amarah.
Levin segera melajukan kembali mobilnya begitu lampu hijau menyala. Dia sengaja mengambil jalur kiri dan memperlambat lajunya saat Sky kembali berbicara.
"Mereka memperlakukan aku lebih buruk dari seekor binatang, Vin. Mereka menyentuhku beramai-ramai."
Set! Levin mengerem mendadak. Dia ingin dengar cerita Sky, tetapi batinnya merasa tidak kuat. Dua tangannya turun dari stir dan jatuh di pahanya, mengepal kuat, tetapi bergetar.
Sky menoleh Levin dengan gerakan pelan. "Malam itu aku harap mereka juga akan membunuhku, Vin. Aku malu, aku menjijikan. Tapi sayangnya ... mereka tidak melakukannya. Deta malah mengusirku agar segera pergi dari tempat itu begitu teman-temannya puas memakaiku. Aku lihat mereka sudah tidur, hanya Deta yang belum. Deta mabuk. Aku ingat, sorot matanya terlihat bengis, tetapi setengah mengantuk. Dia membentakku agar segera pergi, tapi sebelum itu ... dia memperlihatkan rekaman dari handphonenya. Kamu tahu rekaman apa itu, Vin?" Tatapan Sky masih kosong dan lemah, seolah dia sedang menceritakan imajinasinya. Padahal realita yang sudah dia alami.
Pikiran Levin menebak kalau rekaman itu adalah rekaman Sky yang disentuh oleh Deta dan yang lainnya, tetapi Levin masih berharap kalau yang ditunjukkan Deta adalah hal lain.
"Apa?" Levin balik bertanya dengan air mata yang menggantung di sudut matanya.
Sky mengulas senyum, senyuman yang semakin membuat Levin tidak bisa menahan dirinya. "Aku ... yang tidak memakai apapun dan disentuh beramai-ramai oleh mereka." Air mata Sky mengalir sebulir membelah pipinya. Pun Levin, air matanya ikut jatuh begitu saja.
Lalu Sky tiba-tiba melepas tawanya. Ada keputus-asaan, kemarahan, kekecewaan, rasa sakit, kelemahan, penyesalan, kepedihan, juga luka dari suaranya.
Beberapa detik kemudian, tawa Sky mereda. "Deta mengancamku, Vin. Dia bilang kalau aku memberitahu siapa pun tentang perbuatan biadab mereka padaku, dia akan menyebarkan video itu. Dia fikir aku peduli? Enggak, Vin. Aku enggak peduli kalau sampai video itu tersebar. Aku enggak peduli, Vin." Lain di mulut, lain di hati. Mulut berkata tidak peduli, tetapi hati berkata sebaliknya. Tubuhnya merespons dengan mengeluarkan air mata.
"Aku enggak peduli, Vin, kalau sampai video itu tersebar. Aku enggak peduli." Sky tertunduk dengan air mata yang berjatuhan.
Levin meraih tangan kanan Sky yang mengepal, menggenggamnya erat. "Percaya sama aku ya, Kay. Videonya enggak akan tersebar. Aku janji, kalau sampai Deta dan teman-temannya berani nyebarin video itu, akan aku buat mereka menyesal."
"Caranya? Mereka bisa kapan saja menyebarkannya, Vin."
"Serahkan padaku."
"Kamu ingin membunuh mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Arletta (TAMAT)
Teen FictionPernahkah kalian bertanya, bagaimana kehidupan seorang broken home itu? Kenapa kebanyakan mereka mencari perhatian di luar? Atau bahkan tidak sedikit dari mereka yang merusak dirinya? Sky Arletta adalah siswi SMA yang seketika kehilangan arah karena...