Prolog

54 6 0
                                    

~Senja Point Of View~

Senja baru saja terbangun pukul 05:00 pagi, itu pun Fitri yang membangunkan. Senja hanya tinggal berdua bersama kakaknya di apartement, karena mama dan papa sering sekali bekerja di luar kota.

"Senjaaaaa, kalo udah beres sholatnya itu cepetan mandi, bukannya malah asik-asikan main ponsel, nanti kalo kamu terlambat, kakak juga ikutan terlambat" teriak Fitri.

"Iyaaa, kakak aku yang cantikkk" sahut Senja sambil menuju kamar mandi.

Setelah Senja selesai mandi dan mengenakan seragam, Senja keluar kamar mandi sambil menyisir rambut dan tidak lupa sambil memainkan ponsel.

"Udah kakak bilangin berkali-kali kalo main ponsel itu ga boleh pagi-pagi!" ucap Fitri sambil melotot.

"Kakakku yang cantikk, kalo ada informasi penting dari temen kelas gimana?" elak Senja.

"Halah kamu ada aja alasannya" ucap Fitri sambil menyodorkan sebuah piring yang berisi nasi goreng pada Senja.

"Hehehe, kalo udah tau ngapain harus nanya" ucap Senja sambil tertawa.

"Terserah kamu deh, cepet sarapan! Nanti kakak telat masuk kerja lagi" oceh Fitri.

~Langit Point Of View~

"Langit! Mama udah bilang berkali-kali sama kamu, tidur maksimal jam 10!" oceh Nina yang sedang menyiapkan sarapan.

"Iya mah. Langit tau, Langit juga inget. Tapi kan Langit baru selesai baca jam 8 malem terus main game, belum juga ngerjain PR" elak Langit.

"Iya Langit, makanya waktu main game nya kurangin dikit! Pulang sekolah itu langsung pulang, kerjain PR, bukannya malah keluyuran!" ucap Nina.

"Langit gak keluyuran mah, Langit cuma di caffe nya kak Dayu aja kok, kalo mama gak percaya mama bisa cek ke sana" ucap Langit.

"Stop! pokoknya mulai hari ini, pulang sekolah langsung pulang! Kalo hangout bareng temen, bawa temennya ke sini, gak ada istilah diem di caffe nya Dayu lagi!" sergap Nina.

"Tapi mah, masa sih Langit gak ke caffe nya kak Dayu lagi. Itu artinya pelanggannya berkurang satu dong" ucap Langit sambil tertawa paksa.

"Iya bolehnya setiap Jum'at sampai Minggu aja, itu pun kamu jangan lupa sama PR!" oceh Nina.

Langit hanya mengangguk pasrah, durhaka jika Langit terus-terusan melawan mamanya.

~Author point of view~

Semuanya berawal dari sini...

Tringggg.....tringggggg......

Bel istirahat di SMAN 1 JAKARTA baru saja berbunyi, dengan cerianya Senja keluar kelas bersama Afifah menuju kantin.

"Eh Senja, kamu tunggu di sini sebentar ya ada Altezza" kata Afifah sambil menjauh dari Senja.

Bugh...

Bola basket baru saja mendarat tepat di hadapan Senja, sekarang bola itu masih memantul, Senja mengambilnya dan memegangnya.

"Siniin woi!" teriak laki-laki itu.

Senja hanya terdiam.
Tak lama dia melemparkan bola itu dengan kencang. Laki-laki itu mulai meloncat tapi bolanya tak tergapai dan akhirnya....

Prang

"Aaahhh" teriak dari dalam UKS.

Bola itu berhasil menembus kaca UKS dan menyebabkan kaca lebar itu pecah. Laki-laki itu menatap jendela yang kini kacanya sudah berkeping-keping.

"Langit!!!!" teriak Bu Marica, guru killer sekaligus guru Bimbingan Konseling.

"Sini kamu!!!!" teriak Bu Marica.

Laki-laki yang bernama Langit itu pun menghampiri Bu Marica dengan pasrah.

"Kenapa kamu main basket saat istirahat dengan menggunakan baju seragam? Di sini kan peraturannya kalau memakai seragam tidak boleh melakukan olahraga apapun!" tegas Bu Marica.

"Maaf Bu, gak sengaja" ucap Langit.

"Ayo ikut saya ke ruang BK" ucap Bu Marica sambil menarik tangan Langit.

Senja berdiri ditempatnya, menatap kepergian Langit dan Bu Marica, lalu menatap bola basket yang kini berada tengah lapang.

Detik selanjutnya Senja lari ke arah Bu Marica.

"Eh, mhh...mhh....mhh...Bu Mar...mhh itu bukan salah dia mhh..." kata Senja yang masih mengos-ngosan.

"Kenapa kamu bela dia? Dia pacar kamu? Iya?" sergap Bu Marica langsung.

"Gak gitu Bu, tunggu penjelasan Senja dulu" kata Senja sambil mengatur napasnya.

"Ya udah, ayo kamu ikut ke ruangan BK" ucap Bu Marica.

Senja pun ikut berjalan mengikuti langkah kaki Bu Marica. Langit, laki-laki itu menatap Senja dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa?" tanya Senja pelan.

"Seharusnya lo ga ke sini" jawab langit.

"Maksudnya?" tanya Senja.

Langit hanya menjawab dengan tatapan yang sulit di artikan.

Twilight SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang