35

15 4 0
                                    

Perjalanan mereka ditemani semilir angin, Senja yang sedang tak mau bicara dan Langit yang tidak membuka suara. Mereka terdiam dengan pikiran masing-masing, seolah raga di sini dan pikiran yang entah ke mana. Setelah lama diam, akhirnya Langit bersuara.

"Mau ke mana?" tanya Langit.

"Gak tau, kan kamu yang ngajak aku" jawab Senja.

"Yaaaa, karena aku gak tau kamu lagi mau ke mana" ujar Langit.

"Mall aja deh, adem." Senja menjawab asal.

Akhirnya mereka berada di Mall, Langit dan Senja berjalan tanpa tujuan, memutari sekeliling Mall tanpa berniatan mampir di salah satu toko yang ada.

"Mau terus-terusan kayak gini?" tanya Langit.

"Gimana?" Senja balik bertanya dengan suara rendah hampir tak terdengar.

"Dari tadi kamu diem, aku tawarin ini kamu cuma geleng geleng, kamu gak nyaut-nyaut dari tadi aku ajakin ngobrol" ujar Langit dengan nada yang sedikit terdengar tinggi.

"Ini nyaut" sahut Senja singkat.

"Hm, jadi sekarang kamu mau apa?" tanya Langit.

"Minum aja, chatime, but terserah sih" jawab Senja.

"Yaudah ayok" sahut Langit.

Akhirnya mereka duduk di sana, meminum minuman yang baru saja dibelinya. Senja meminumnya seperti tak selera, sedangkan Langit belum sedikitpun meminumnya.

"Padahal, tadi kalo kamu gak mau. Harusnya kamu bilang aja, aku gak akan marah kok kalo kamu nolak" ujar Langit pelan.

"Aku gak mau kamu sakit hati karena aku tolak", "kamu tau kan? Aku gak pernah pengen kamu sakit hati, apalagi karena aku." ujar Senja.

Langit menghela napas. "Tapi, kamu lebih baik nolak dari pada akhirnya kayak gini. Kita jalan tanpa tujuan, kita gak ngobrol, asli kita kayak orang gak kenal yang jalan-jalan bareng." jelas Langit.

"Aku kan cuma gak mau bikin kamu sakit hati Langit" ujar Senja.

"Jadi sekarang kamu maunya gimana?" tanya Langit tanpa menatap Senja, memaksakan menatap yang lain karena tak mau melihat Senja yang matanya sedang berkaca-kaca.

Senja hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Kalo sekarang kamu emang mau pulang, bilang aja. Gitu lebih baik, biar aku ada kepastian dan kamu gak ada keterpaksaan" ucap Langit dengan intonasi yang dingin, menusuk ke hati Senja.

Satu tetes air mata Senja turun, Senja memejamkan matanya cukup lama, mencoba menahan air mata yang hendak mengalir. "Aku sekarang bingung harus gimana, aku pengen pulang... tapi, jujur aku kangen kayak gini sama kamu." ucap Senja.

"Aku gak mau kamu sama aku ada di sini tapi pikiran kamu lagi ada di rumah kamu, lebih baik kamu di rumah tapi pikiran kamu untuk aku" ujar Langit.

Senja mengelap air matanya. "Langit
jangan marah sama aku, hiks." ucap Senja.

"Aku gak marah sama kamu Senja, kamu jangan nangis ya, maafin aku udah bikin kamu nangis" ujar Langit lembut, lembut sekali.

"Aku nangis bukan karena kamu Langit." Senja tertawa agar rasa ingin menangisnya hilang.

"Kamu bohong, ketawamu juga bohong. Aku tau itu" kata Langit.

"Aku kan gak mau kamu sedih karena liat aku sedih" sahut Senja dengan percaya diri.

"PD banget sih" ucap Langit sambil ketawa.

Bugh.

"Kamu kok jahat sama aku sih?!" ucap Senja.

"Ya udah iya maafin aku dong" ujar Langit Langit.

"Udah good mood" ujar Senja, "I love you!"

"I love you more than you think" balas Langit sambil tersenyum.

"Sesederhana ini kamu membuatku bahagia dengan kata-kata yang biasa tapi berdampak luar biasa" batin Senja.

Twilight SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang