6:30 pagi
Senja baru saja selesai sarapan dan kini sedang memakai sepatunya, karena akan berangkat ke sekolah.
"Senjaaa, bawa motor sendiri aja ya, tapi hati-hati. Kakak masuk jam 8, males nganterin" ucap Fitri pada Senja.
Senja mengangguk. "Tapi kak, kakak ke kantornya gimana? Kan naik ojek online bakalan nambahin pengeluaran", "Hmmm, atau sekarang kakak udah punya pacar? Iya kannn!" tebak Senja sambil senyum-senyum tidak jelas.
"Udah sana berangkat, ntar telat lagi" kata Fitri, dan Senja pun menyalimi tangan Fiitri lalu menghilang di balik pintu lift.
****
"Terus Mama ke sekolah kamu sama siapa Langit?" tanya Nina.
"Ya naik ojek online kek" jawab Langit.
"Mama belum ngerti Langit" jawab Nina
Langit berdecak. "Ck, ya udah minta anter papa aja. Bodo amat lah Langit mau di marahin papa juga" Langit menggerutu kesal dan langsung keluar dari rumah, meng-gas motornya menuju sekolah. Pagi-pagi mama nya sudah membuat emosi Langit naik.
Di kelasnya, Senja sedang menugaskan kepada teman-teman kelompoknya untuk melengkapi kertas karton yang telah Senja hias kemarin.
"Kata gue juga bawa lem nya yang
banyak kalo kurang emang lo
mau minta izin ke pak Jamal
buat beli lem?", "Lo juga lagi pake ngeprint segede gajah begini" oceh Gilang."Ya mana gue tau" ucap Vito tak mau kalah.
"Apa lo Vito? Gue yang print segede gitu, kalo kecil gak akan keliatan!" akhirnya Novi nge-gas.
"Berisik ih, gue lagi konsentrasi nih
buat bikin maha karya dari kertas
gliter" teriak Afifah dengan tatapan
mematikannya."Sensi aja lu!" ucap Vito.
"Ih dasar laki-laki pengacau banget" ucap Novi.
Senja yang dari tadi fokus pada pekerjaannya, mulai kehabisan sabar dan sangat emosi.
"Kalian tuh gimana sih? Bisa gak
kerja gak ribut sekali ajaa! Ini lagi
urgent tau. Malah main-main kayak gini! Mau kalian gak dapet nilai, hah? Kerjaan kalian gak sulit kok, yang aku suruh nge-print berita juga beritanya dari gue. Kalian cuma print doang. Please dong ngertiin! Kalo kalian serius juga kan enak, jadi cepet selesai" Senja marah-marah karena anggota kelompoknya sangat tidak bisa diatur terlebih jika Vito, Gilang, dan Novi yang sudah ribut pasti membuat kepala pusing."Denger tuhh" kata Vito.
"Udah! Mau kena murkanya Senja?" ancam Afifah.
Mereka tau kalau Senja sudah marah, bisa saja karton ini sekarang sudah menjadi serpihan karena dirobek olehnya.
Tak ada yang bisa mengendalikan amarah Senja sampai saat ini jika sudah marah besar, maka dari itu teman-temannya akan diam jika Senja sudah memarahinya. Tak mau sampai Senja marah besar. Itu emang salah satu sifat buruk Senja dari SMP. Semenjak mama dan papa nya bekerja diluar kota.
Free class atau jam kosong memang lebih baik dari pada libur. Jika libur sebagian orang uang jajan juga ikut libur, begitu pun dengan Langit.
Langit dan teman-temannya sedang bermain sepak bola di lapangan yang sedang kosong. Mereka bermain bola menggunakan kaos yang selalu dipakai.
Keringat kini bercucuran di pelipis, membasahi kaos yang mereka pakai masing-masing, seperti mandi keringat.
Ridho melihat keluarnya Bu Marica dari ruang guru. Langsung mengintruksi teman-temannya untuk segera berlari menuju kelas.
"Bu Marica, Bu Marica cepet!" teriak Ridho dan semua berlari menuju kelas dengan perasaan campur aduk.
Sampai di kelas, semua laki-laki yang tadi bermain sepak bola berbaring di lantai kelas yang sejuk. Menyalakan kipas angin yang berada di atap kelas.
"Untung gue kasih tau kan, kalo enggak pasti kita udah desek-desekan di ruang BK" ucap Ridho.
"Bosen gue kalo sekarang harus ke BK" sahut Rehan
"Lo kemarin kan baru masuk BK" ucap Yuda.
"Gue juga kemarin dari BK" celetuk Langit.
"Seriusan kemaren lo masuk BK? Gara-gara apa?" tanya Tegar.
"Pecahin kaca UKS" jawab Langit.
"Lawak lo!" ucap Rehan.
"Yo" sahut Langit
Hari-hari selalu menyenangkan jika kita bersama teman.
TOLONG TINGGALKAN JEJAK, JANGAN JADI PEMBACA GHOIB :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight Sky
Teen FictionKetika penulis jatuh cinta, tapi tidak sanggup mengungkapkan dia hanya bisa membuat pria itu menjadi tokoh utama dalam tulisannya. Aku akan membuat namamu melegenda seperti kisah-kisah kuno Yunani, ntah bagaimanapun caranya aku mampu. Jika kamu bers...