16

19 7 0
                                    

Hari demi hari terlewati, Senja yang sedikit menjauh dari Langit. Senja tidak mau merasakan sakit hati mendalam karena terus menahan sakit hati yang semakin hari semakin membesar.

Jam pelajaran olahraga telah usai, dan pelajaran selanjutnya free class karena guru mata pelajaran ada urusan mendadak dari dinas. Satu jam pelajaran sebelum istirahat dan dua jam pelajran sesudah istirahat. Sudah cukup bahagia untuk murid-murid.

Senja dan Afifah berjalan melalui lorong-lorong sepi. Ya, karena kelas lain sedang belajar. Hanya ada satu-dua kelas yang gaduh.

"Hei, kenapa berkeliaran disaat jam pelajaran?" tanya guru di dalam kelas yang sedang mengajar.

"Jamkos bu" sahut Afifah.

Senja menarik lengan Afifah, mengisyaratkan untuk secepatnya pergi dari pada bermasalah. "Duluan bu, mari...."

Senja bercakap banyak bersama Afifah.

"Senja, gue kangen sumpah istirahat bareng sama lo" ucap Afifah

"Istirahat kedua kita kan bareng" jawab Senja.

"Ya tapi, rasanya beda" Afifah terenyum kecil pada Senja.

"Lo aja yang ngerasa beda, padahal gue gak pernah berubah" ucap Senja.

"Setiap weekend lo lebih sering main sama squad baru lo itu" keluh Afifah, "kapan lo berhenti?"

"Aduh, lagian ya, gue masuk squad itu cuma penasaran aja kok. Kalo lo emang pengen ngabisin weekend sama gue ayo aja" kata Senja.

"Bener loh ya, weekend ini full sama gue" seru Afifah enang.

Senja tersenyum penuh arti, semenjauh ini kah Senja dengan Afifah

-----

Langit keluar dari kelasnya, bersama teman sekelasnya. Kalau dipikir, cowok-cowok kelasnya sangat mengutamakan solidaritas. Sehingga setiap istirahat atau ke mesjid selalu bergerombol.

Meja kantin pasti satu, memang di sediakan meja panjang seperti di tukang baso pinggir jalan. Gunanya sebagai tempat makan yang orangnya banyak tanpa menghabiskan banyak tempat.

"Buruan jalannya anjir, penuh sama cewek-cewek rese tau rasa lo!" seru Rehan.

"Halah, kesenengan yang ada lo mah," ejek Melvin.

"Berisik! jalan mah jalan aja, banyak bacot kayak cewe" sergah Ridho.

"Anjay" sahut Langit.

Ridho menaik-turunkan alisnya.

Di kantin, Langit melihat Senja. Dia tersenyun tipis, tapi Senja seolah tidak melihat, padahal Langit tahu, Senja hanya pura-pura tidak melihat. Ini kah yang dinamakan karma?

Nada suara tinggi terdengar tepat di tengah kantin, "Pindah lo dari sini! Lo tau kan? Ini tempat biasa kita-kita, ngapain lo duduk di sini?"

"Lo ngusir gue hah?" ucap Lolita, saingan Anya dan Julia.

"Kalo iya kenapa?" sentak Anya.

"Enak aja lo ngusir gue, siapa cepat dia dapat dong" ujar Lolita dengan santainya.

"Lo cuma duduk berdua, liat kita bersepuluh, kuat mana dong?" tanya Julia dengan tatapan sinis.

"Ya gak bisa lah, ini meja bukan punya kalian, jadi bebas dong mau siapa aja yang dudukin" ucap Lolita. "mending lo aja yang pergi!"

"Alfiyah, coba mana minuman lo!" pinta Anya.

"Nih Nya" ujar Alfiyah sambil menyodorkan minumannya.

Byur

"Kak, kok lo gitu sih? Kalo debat ya debat aja kali gak usah tuh pake nyiram-nyiran segala" sergah Senja yang merasa Anya memperlakukan Lolita tidak wajar.

"Lo dukung mereka?!" tanya Julia dengan nada tinggi.

"Di sini gue gak membela siapa pun, gue netral aja" Senja menyahuti.

Jasmine pun angkat bicara. "Iya kak, Senja bener, lo gak harus sampe nyiram muka orang gitu"

"Kenapa sih lo? Lo seneng banget nyudutin kita berdua Senja? Lo iri sama kita? Lo ingin dianggap paling baik diantara kita hah?" pekik Anya berapi-api.

"Sok tau lo, kak" jawab Senja

Byur

Napas Senja kini baik turun, tatapan matanya seolah menyiratkan kebencian

"Maksud lo apa nyiram gue?" tanya Senja.

"Pengen aja" jawab Anya.

Senja mengambil mangkuk milik Lolita yang tinggal kuahnya. Pasti tau kan untuk apa? Ya, untuk menyiram balik Anya.

Byur

"Gak sopan banget lo nyiram Anya, Anya itu kakak kelas lo, gak bisa menghargai apa?" pekik Julia.

"Apa? Gue harus ngehargain dia yang sama sekali gak bisa ngehargain orang lain? Gitu? Lo bisa mikir gak sih? Makanya punya otak itu digunain, percuma Allah ngasih otak tapi cuma jadi pajangan!" murka Senja kini keluar, seluruh orang yang ada di kantin melihat kejadian itu.

"Sok-sokan banget sih lo jadi adek kelas!" pekik Alfiyah, lalu mendorong Senja hingga tersungkur.

Anya dan kawan-kawanya akhirnya meninggalkan Senja yang tersungkur, kecuali Jasmine yang kini berjongkok di hadapan Senja.

" Lo pergi aja, lo gak usah mentingin gue, dari pada nanti lo dapetin hal yang sama" pinta Senja.

"Enggak, gue gak akan ke mereka" sahut Jasmine.

"Please, kalo lo emang pengen gue gak kenapa-kenapa di sini, please pergi ya" ujar Senja.

Jasmine pun dengan berat hati pergi dari kantin. Senja merasakan sakit di punggungnya, pantat yang sakit, dan juga kaki yang ditendang sebelum mereka pergi. Sebuah tangan terulur untuk membantu Senja.

"Seorang sahabat memang selalu ada di saat kita susah bukan disaat kita senang" batin Senja.

Twilight SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang