EPILOG

30 5 0
                                    

ENDING

Huhuhu thank you so much buat yang mau baca cerita ini Akhirnya selesai juga ya cerita gaje ini, cerita yang alurnya itu gak nentu. Cerita yang bener-bener absurd cerita yang banyak di gantung setiap partnya. Ah pokoknya makasih banget buat yang mau baca apa lagi vote atau comment. Pokoknya love you deh.

Ok langsung aja ya.


Senja terdiam, tatapannya kini kosong, setiap helaan napasnya berat, banyak keraguan yang terpancar dari wajahnya

"Kamu gak apa-apa kan?" tanya Langit.

"Aduh bego banget dah gue, tau Senja lagi kayak gini malahan nanya gapapa" batin Langit

"Gak apa-apa, aku ngerasa lega banget loh. Tapi aku udah bikin hati orang sakit Langit" ucap Senja lemah.

"Sekali-kali, kamu boleh bikin orang sakit hati kok. Kadang kamu harus ngerasain gimana rasanya nyakitin hati orang lain, bukan disakitin orang lain terus" ucap Langit.

"Tapi kan - "

"Gak apa-apa, lagian kan emang itu bener, kalo kamu bikin sakit hati orang dengan hal atau fakta yang gak bener. Aku gak akan ngebela kamu," ujar Langit, "kalo kamu emang udah tenang dan udah mengikhlaskan, kita bisa minta maaf sama-sama kok ke Karin. "

"Iyaa, kalo bisa besok anter aku ke rumah Karin ya, aku mau minta maaf soal tadi, hati Karin sekarang pasti sakit" ujar Senja.

"Pokoknya, sebanyak apapun orang yang berusaha merusak hubungan kita, kalo kita saling percaya. Gak bakalan ada yang bisa" ucap Langit sambil tersenyum.

"Aku beruntung banget, bisa dapetin cowok kayak kamu" bisik Senja sambil tertawa kecil.

"Aku lebih beruntung dapetin kamu yang pengertian dan sabar banget sama aku. Aku mau berterima kasih ya, sampai saat ini kamu selalu ngertiin aku walau kamu jadi sakit hati" ujar Langit.

Senja tertawa, "Iya sama-sama, I Love you."

"I Love you more than you know Senja" balas Langit sambil mengacak rambut Senja.

"Nanti jangan pulang dulu ya, aku mau ngajak kamu ke galeri" ucap Langit. Senja pun mengangguk sebagai jawaban.

------

Setelah sampai di Galeri, Senja ingin belajar melukis disana. Langit mengajari Senja dengan penuh kesabaran dan telaten, seolah dia memang memiliki bakat menjadi guru walaupun tatapannya tajam, dan bicara yang dingin.

Awalnya belajar, lagi tidak langsung mengajarkan melukis yang sulit. Senja baru diajarkan untuk menggambarkan sebuah kubus yang di belakangnya terdapat sebuah kerucut. Gambarnya tidak simpel memang, Tapi tidak semudah kelihatannya saat senja belajar teknik merengarsir menggunakan pensil sehingga gambarnya bisa berbentuk bayangan hitam putih yang selaras titik itupun masih banyak terdapat kesalahan dan langit langsung turun tangan membetulkannya.

"Susah juga ya, aku kira gampang."  Senja masih fokus mengarsir gambarnya. Langit diam dan melanjutkan gambaran di buku sketsanya. Cowok itu sedang belajar sedikit-sedikit membuat grafity seni melukis dengan gaya huruf yang unik dan bahkan orang awam yang baru tahu gravity saja belum tentu tahu bacaan yang tertuang dalam jenis huruf itu apa maknanya.

"Itu kamu lagi buat apa?" Senja melirik sekilas ke arah pekerjaan langit yang masih setengah jadi.

"Gravity."

"Wah, itu malah susah. Aku dulu punya temen yang jago bikin gravity, dan aku disuruh baca hasil karyanya dia. Nggak tau apa emang kelewat bagus atau aku yang nggak tahu cara bacanya, jadinya ya aku ga bisa baca itu tulisannya apaan" jelas Senja.

"Aku juga masih belajar." ujar Langit.

Senja hanya tersenyum menanggapi, lalu kembali fokus menyelesaikan gambarnya.

"nanti lukisan ini aku bawa pulang, deh. Lumayan buat nambah panjangan. Supaya aku punya karya sendiri buat di pajang" ucap Senja.

Langit hanya mengangguk mengiyakan titik Lalu, keduanya mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bunyi rintik hujan yang terdengar dari atap galeri Langit membuat Senja menghentikan kegiatannya sejenak titik ia menolehkan pandangannya ke arah jendela dan pintu kaca di samping galeri cowok itu dan benar saja kalau hujan sudah mulai turun derasnya titik senja yang hanya memandangnya saja sudah merasa damai, apalagi ikut bermain hujan di bawahnya, pikirnya. Tidak peduli kalau bisa demam kemudian harinya, yang penting Senja senang bisa mandi hujan.

Senja melirik Langit yang masih fokus pada kertas sketsanya yang tidak memperdulikan rintik hujan yang turun Kian derasnya membasahi bumi sore ini. Suasana seperti ini memang sangat menyenangkan bagi senja atau mungkin juga langit yang dalam diamnya menikmati setiap rintikan hujan sebagai melodi terindah selain lagu kesukaannya.

"Senja makasih ya udah mau nerima aku apa adanya" ucap Langit seraya menyunggingkan senyuman kecilnya, yang terlihat manis.

Twilight SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang