Nasi goreng yang dimakan Senja kini sudah habis. Buru-buru saja Senja membayar apa yang tadi dia makan.
Senja langsung pergi tanpa menoleh ke arah Langit. Perasaannya kini campur aduk, Senja tidak ingin mempunyai masalah dengan Langit.
Senja langsung mengendarai motornya menuju apartemen sederhana yang dia tempati bersama kakaknya.
Sampai di apartemen, Senja baru bisa menenangkan diri. Bagaimana jika Langit benar-benar mendengar apa yang Senja ucapkan di depan Julia dan Anya? Cukup sekali Senja membuat masalah dengan Langit. Tolong, kali ini jangan lagi.
Terdengar ketukan pintu. Ternyata Fitri yang datang.
"Udah lama sampe? Kok belum ganti baju aja?" tanya Fitri.
"Baru aja nyampe, jadi belum ganti
baju, masih capek" jawab Senja.Lalu Fitri memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sementara Senja mencoba membuang pikiran-pikiran yang belum tentu benar. Kalau memang Langit mendengarnya dan meminta penjelasan, Senja akan jujur sejujur-jujurnya, tapi semoga saja Langit tak mendengarnya.
****
Langit baru sampai di rumahnya.
Langit langsung membuka aplikasi game yang memang sedang ramai di mainkan akhir-akhir ini.Tapi Langit tak bisa fokus memainkan game nya, beberapa kali Langit membantingkan handphone nya ke kasur.
"Langit gak ada PR?" tanya Nina.
"Enggak" jawab Langit. Lalu mencoba permainan sekali lagi, sebenarnya ada PR, namun Langit sedang tidak mau mengerjakannya.
Langit lama-kelamaan sudah melupakan pikiran-pikiran yang dari tadi di pikirkannya, karena Langit mulai bisa melampiasakannya kepada game.
Saat pukul 6 sore. Baterai handphone nya habis sehingga dengan berat hati, Langit mencharger nya dan mulai berbaring di tempat tidur.
Pagi harinya, Senja sudah siap
memakai baju seragamnya, sedang sarapan, sementara Fitri sudah ke lobby apartemen, karena menunggu jemputan dari calon suaminya itu.Yaa, Fitri 3 bulan lagi akan menikah dengan Brayn. Temannya
sewaktu SMP, tak pernah dekat
sebelumnya, tapi kalau jodoh mau
bagaimana lagi?Senja buru-buru mengunci pintu dan menekan tombol 1 di pintu Lift. Senja memang selalu turun ke lantai 1 menggunakan lift. Dari lantai 1 baru menggunakan tangga ke basement. Lumayan, sedikit olahraga.
"Langit! Cepat sarapan, liat udah jam setengah 7. Lelet banget" teriakan Nina membuat Langit buru-buru turun dari kamarnya.
"Iya ma, Langit kan lagi masukin buku pelajaran" ucap Langit dengan malas.
"Dari malem makanya, bukannya ngedadak pagi-pagi" ucap Nina langsung mengambil sarapan Langit dari dapur.
"Abisin jangan sampe kesisa, makan tuh harus sampe kinclong piringnya" ucap Nina
"Hmm" guman Langit, malas harus berdebat pagi-pagi dengan mamanya yang super cerewet itu.
Sekitar 10 menit, Langit telah menghabiskan sarapannya lalu menyalimi tangan Nina dan menuju garasi.
1 menit kemudian Langit
mengendarai motornya menuju Meteora.Koridor sepi, sangat aneh karena biasanya jam segini orang-orang sudah banyak yang datang, tapi kali ini masih pada di rumah karena udara yang dingin membuat setiap orang malas untuk berangkat ke sekolah pagi-pagi.
Kelas pun hanya sepuluh orang yang sudah datang. Guru juga belum banyak yang datang, hanya guru yang jarak rumahnya ke sekolah dekat saja yang sudah datang.
"Gue pastiin nih ya, pasti jamkos" ucap Reza.
"Duh Alhamdulillah jadi gue gak usah rusuh minta contekan PR" sahut Gilang
"Ya ngerjain harus lah, kalo tebakan Reza salah mampus!" Senja nimbrung.
"Apaan sih cewek ikut-ikutan" kata Gilang.
"Bodo amat, cuma ngasih tau" kata Senja lalu fokus kembali pada handphone nya. Senja kini sedang membaca novel fiction, seringkali membayangkan kisah cintanya bisa seperti itu.
"Semanis itu ya cinta di novel" batin Senja.
Senja selalu membayangkan bagaimana suatu hari akan terasa selalu bahagia karena bisa bersama Langit, bagaimana jika Langit bisa berubah menjadi romantis seperti di novel-novel.
Hanya itu yang Senja harapkan."Lo pacaran sama Jasmine?" tanya Langit pada Melvin.
"Kenapa? Lo cemburu?" sewot Melvin.
"Nanya doang, lagian Jasmine bukan tipe cewe gue" jawab Langit.
"Level lo Senja kan?" celetuk Riko.
Deg.
Mengapa harus Senja? Langit menatapnya dengan pandangan frustasi, bagaimana bisa Riko menebak Senja?
"Sok tau" sahut Langit.
"Senja ka suka sama lo" kata Altezza.
"Kata siapa?" tanya Langit.
"Kata Afifah lah" jawab Altezza.
"Emang cerita?" tanya Langit.
"Kayak gak tau cewe aja" balas Altezza.
"Jadi Langit tuh suka sama Senja?" tanya Melvin.
"Terbalik" kata Langit.
"Pede banget lo Langit" kata Melvin sambil menoyor kepala Langit.
"Sakit anjay" kata Langit langsung melemparkan balas dendam pada kepala Melvin.
"Monyet!" umpat Melvin.
"Kasar" kata Altezza.
"Berisik, kayak cewek!" ucap Langit sinis.
"Emang, lo mau gabung?" tawar Melvin bercanda.
"Pasti akan lebih seru kalau Langit gabung sama geng cowok rasa cewek" kata Altezza.
"Najis!" kata Langit jijik.
"Kasar!!" pekik Altezza dan Melvin bersamaan.
"Stress" kata Langit menyimpan telunjuknya miring di kening sambil di gesekan.
"Sirik" kata Melvin.
SEBELUM NEXT, TOLONG VOTE :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight Sky
Teen FictionKetika penulis jatuh cinta, tapi tidak sanggup mengungkapkan dia hanya bisa membuat pria itu menjadi tokoh utama dalam tulisannya. Aku akan membuat namamu melegenda seperti kisah-kisah kuno Yunani, ntah bagaimanapun caranya aku mampu. Jika kamu bers...